aku hanya belum terbiasa dengan keadaan. Sebab kamu pergi disaat aku terbiasa dengan sapaan manismu, terbiasa tersenyum karna berbalas pesan denganmu, tertawa karna candaanmu. aku terlalu menyukai kebiasaan baruku saat itu. Aku terlalu mencintaimu.
Apa kamu berfikir itu sebuah pembelaan atas gagalnya aku melupakanmu? Iya. Anggap saja begitu. Karna benar aku belum melupakan, belum melupakan bagaimana hatiku dibuat hancur berantakan. Aku tidak dendam. Hanya saja, siapa yang melupakan seseorang yang sudah menyakitinya terlalu dalam? Kamu akan selalu tersimpan, bukan sebagai yang teristimewa tentunya.Perihal rasa yang kupunya, itu sudah tidak lagi sama. Sejak kamu beranjak meninggalkan semuanya, sejak itu rasaku perlahan ikut pergi. Yang kau tinggalkan hanya luka.
Perihal masalalu, aku yang mencintaimu memang bagian dari itu. Begitupun kamu. Tapi aku sudah berdamai dengan masalaluku. Karna pembenci memang bukan sifatku. Menyapamu lagi bukan sebuah kesalahan, memangnya bagian mana yang salah jika ingin berteman dengan mantan?
Jangan terlalu besar rasa. Aku memang pernah mencintaimu, tapi itu dulu. Kamu fikir siapa yang rela bertahan dalam kesakitan?
Lagipula bukannya aku yang mencintaimu adalah masalalu?
Sedangkan yang kamu temukan sekarang bukan aku yang mencintaimu. Aku sudah tidak punya rasa itu. Jadi aku yang dihadapamu ini bukan masalalu. Dan yang kutemui sekarang bukan masalaluku. Sapaan yang kulontarkan bukan kesalahan.Aku tidak sedang hidup dimasalalu seperti katamu waktu beberapa bulan setelah kamu pergi sementara saat itu aku masih terkurung dengan rasaku. Dan aku sudah meninggalkan rasaku dimasa itu. Lalu mengapa kamu masih menganggap semua seperti dulu? Ah atau kamu yang masih belum melupakan masalalumu? Jadi, sebenarnya siapa yang masih hidup dimasalalu?-nr-
-ditulis saat otak lagi kusut karna statistika dinamika😭 help help otakku berasap😭😭😭
