3

374 87 91
                                    

Adara berjalan ke arah toilet wanita dan ia kini berdiri di Vas bunga anggrek yang setinggi pas dengan tingginya Adara.Vas besar itu berdiri tegak di samping ambang pintu toilet. Adara gugup setengah mati ia terus saja berjalan kesana kemari supaya rasa tegang dan gugupnya hilang. Ketika ia sudah mencapai ketujuh putaran, tiba-tiba saja bahu Adara ditepuk dan membuat Adara terjelontak kaget. Seketika jantung Adara berdetak cepat seperti ingin keluar.

Tanpa pikir panjang ia langsung memutar tubuhnya dan seketika kedua matanya membulat ketika tahu siapa yang ada didepannya sekarang. Adara menggigit bibir dengan sekeras mungkin ia tiba-tiba saja teringat apa yang dikatakan Anna tadi siang dikantin sekolah.

"Fa-Fathur?" Jantungnya berpacu dengan cepat, sungguh ini diluar dugaannya. Bagaimana pria sial ini bisa tahu jika dirinya berada disini.

Fathur melangkahkan kakinya mendekati Adara, dengan cepat Adara melangkah mundur. Setelah Fathur menghabiskan beberapa jarak sampai membuat Adara dan napas mereka saling terhirup satu sama lain, Adara memejamkan mata entah mengapa pikiran kotornya itu berhasil menghipnotis, dengan secepat kilat Fathur meraih pergelangan tangan Adara dan menarik paksa Adara, dirinya sempat memberontak tetapi tidak bisa. Tenaga perempuan dan lelaki itu berbeda. Adara pun pasrah dan mengikuti ke mana saja Fathur membawannya.

Fathur dan Adara sekarang berdiri di depan pintu hotel yang ber nomor 445. Kedua mata Adara membelalak lebar dengan mulut yang menganga. Apa yang akan dilakukan Fathur? Pertanyaan itu menyarang di otaknya.

Fathur yang melihat perubahan ekspresi Adara langsung tersenyum miring dan setelah membuka knop pintu dengan cepat Fathur menyeret paksa Adara untuk masuk ke dalam.

Jantung Adara berdetak cepat, Keringat terus saja bercucuran dan Adara seperti langsung terkena panas dingin, tangan dan kaki bergetar hebat.

Adara menghembuskan napas kasar. Ia tiba-tiba saja memiliki Ide cemerlang, menurutnya ia bisa mengatasi masalah ini. Senyum miring tersungging dibibir mungil Adara.

Dengan perasaan ragu-ragu Adara melangkahkan kakinya mendekati Fathur yang sedang duduk di pinggir ranjang. Tanpa pikir panjang Adara melakukan aktivitasnya dan berhasil membuat Fathur mengernyitkan dahi.

Adara menaikan sebelah kakinya ke atas ranjang lalu ia kemudian mencondongkan dada ke depan dan wajahnya langsung menatap Fathur. Ia langsung membisikkan sesuatu yang membuat Fathur melipatkan kedua alisnya.

Kedua mata mereka saling bertemu. Entah kenapa dan mengapa Adara melirik bibir merah milik Fathur, pikirannya yang melayang dan terbayang sesuatu membuat dirinya menggeleng. Ada apa denganmu Adara? Apakah kau tergoda oleh bibir Fathur?

Ya, dirinya tergoda. Adara tidak munafik, bagaimanapun bibir Fathur berhasil membuat seluruh badannya merasakan sesuatu yang tidak pantas.

Ia kembali menggeleng kuat-kuat. Lalu melanjutkan rencananya.

"Gue udah gak perawan. Kalau gue hamil terus lo mau nikahin cewek yang udah gak perawan? Bagi gue mah gak apa-apa karna akhirnya gue bisa nikah juga haha." Adara mengatakannya jelas ditelinga Fathur dan membuat Fathur menatapnya lekat.

Sebenarnya Adara masih perawan hanya saja ia harus melakukan itu demi menyelamatkan keperawanannya dari cowok yang bernama Fathur ini.

Fathur tersenyum dan langsung terkekeh kecil, ternyata ia tidak mempan dengan apa yang dikatakan Adara membuat dia pusing karna harus memikirkan ide lain.

Jemarinya berkutat dikancing baju Fathur, dibukanya kancing baju itu perlahan, akan tetapi kegiatannya terhenti lantaran jemari lain menghalangi.

"Mau ngapain?" tanya Fathur membuat Adara tertawa hambar.

"Kamu ini sangat bodoh sekali, honey. Lo ngajakin gue ke kamar kalo gak berbuat itu ya mau ngapain lagi." Fathur menggeliat dan memundurkan tubuhnya.

"Kok mundur bukan nya lo yang mau duluan ya?" Adara menoel bibir Fathur lalu ia duduk di paha Fathur, kemudian mengalungkan kedua tangannya di bahu Fathur berniat untuk mengecup bibir merah itu.

Ketakutan Adara menghilang karna bisa memutar balikan apa yang dilakukan Fathur kepadanya senyuman licik tergambar dibibirnya.

ketika Adara ingin memajukan kembali bibirnya, dengan sekali hentak Fathur mendorongnya membuat tubuh mungil itu terhuyung ke belakang. Tanpa pikir panjang ia keluar dari kamar dengan langkah lebar.

Tawa Adara pecah, sangat lucu sekali Fathur menurutnya. Lelaki bodoh.

***

Adara disembur pertanyaan dari Fara karena ia pergi terlalu lama.

"You anywhere! We all waiting from earlier." Adara memutar bola mata malas.

"I want to go home," jawab Adara tanpa memperdulikan tatapan membunuh dari sahabatnya itu.

"Gue capek," jelas Adara karna tidak nyaman dengan tatapan Fara.

"I school along with you, so my want one apartment with you," ucapan Fara membuat Adara menghentikan langkahnya. Adara memutar balik tubuhnya dan menatap lurus ke arah Fara tanpa menatap Dante sekalipun.

"Lo boleh satu sekolahan sama gue. Tapi nggak satu Apartemen, ngerti!" Setelah mengucapkan ucapannya Adara langsung melangkah pergi.

*******

Adara merebahkan tubuhnya di ranjang Apartemennya. Apartemen yang memiliki luas yang sudah tidak bisa dijelaskan dengan dua kamar, dapur yang luas, ruang tamu, teras belakang yang menyatu dengan kolam renang.

Adara kembali memikirkan kejadian beberapa minggu lalu bersama Dante. Karna perempuan penghianat temannya itu membuat Adara dan Dante putus. Setelah menerima keputusan dari Dante, Adara langsung pergi dari Malaysia dan datang ke Indonesia. Ia ingin menghilangkan rasa cintanya kepada Dante.

Tanpa sadar Adara langsung melemparkan gelas yang dipegangnya. Dan membuat gelas itu hancur berkeping-keping sama seperti hati dan perasaannya saat ini.

Ia melangkahkan kaki menuju ruang tamu yang sudah ada foto dirinya beserta juga Dante. Ia melihat foto Dante yang cukup tinggi dengan ukuran yang sedikit besar. Adara menyeret bangku kayu untuk meraih foto Dante.

Adara langsung menjatuhkan bingkai foto itu dengan keras membuat suara yang kencang dan mengema di seluruh ruang tamu Apartemen Adara. ia meraih foto Dante dan langsung merobek-robeknya tanpa menghiraukan tangannya yang terluka akibat pecahan kaca.

"KENAPA KAMU MELAKUKAN INI SAMA KU DANTE!"

"KAMU SUDAH MENDAPATKAN YANG BARU SEDANGKN AKU? JANGANKAN MENDAPATKAN YANG BARU. MOVE ON AJA BELUM BISA! ARGH!" Adara mengacak-acak seluruh ruang tamunya ini dan sudah menjadi seperti kapal pecah. Ia berjalan gontai menuju kamar sesekali meringis karena tangannya yang teramat perih.

Langkahnya terhenti ketika mendengar dering ponsel. Adara mengobrak-abrik seluruh ruangan mencari ponselnya. Ponsel Adara masih saja berdering tapi Adara tidak bisa menemukan nya membuat ia semakin frustasi.

Ia memilih berlari dengan langkah kecil menuju dimana tempat kulkas berada, dia ingin meminum yang segar-segar supaya otak dan pikirannya tidak ikut penat.

Setelah minum juice, ponsel Adara berdering lagi membuat Adara kesal setengah mati. Mungkin saat ini jika Adara mendengar dering ponsel ia akan mengalami shock dan depresi. Sangat mengerikan.

Adara tidak mengambil pusing ia langsung masuk ke kamar dan tidur.

Selama Adara terlelap tidur, ponsel yang berada di bawah kolong ranjangnya terus berdering. Menampilkan nama Fara Nada Abey.

Follow Ig Aku yak hehe. *fitrinvtasr*

Maaf yang kemarin sudah diubah.

Girl TeaserTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang