일 il

128 20 18
                                    

Malik Atharizz Calief

Alfin mengerem mobil begitu mereka sampai di parkiran bandara Soekarno Hatta. Gavin segera keluar dari mobil dan membuka bagasi mobil dan mendapati Malik meringkuk sambil tertidur di dalam ruangan sempit itu.

Gavin tertawa. "Ya! lihatlah pemuda yang satu ini!"

Alfin dan Kahfi langsung turun dari mobil dan melihat keadaan Malik di bagasi mobil. "Hahaha. Ya si anjing, lu bisa tidur nyenyak?" goda alfin sambil tergelak.

"Cepet bangun atau lu mau ketinggalan pesawat!" teriak Gavin begitu tawanya reda.

"Ini paspor sama barang punya lu," ujar Kahfi sambil menyerahkan paspor dan tas kecil kepada Malik. Tapi pemuda itu masih tak bergerak. Entah dia masih tertidur atau tidak.

"Ye si anjing! Cepet bangun!" teriak Gavin lagi sambil mengguncang-guncangkan tubuh pemuda itu.

Tiba-tiba saja tubuh Malik menggeliat-geliat gelisah. Pemuda itu langsung terduduk dengan mata masih terpejam rapat. Dan...

"Hueks!"

"Goblok!"

Malik muntah tepat diatas sepatu ketiga pemuda itu. Alfin, Gavi, dan Kahfi langsung menjauh dari Malik dengan wajah jijik untuk menghindari kalau-kalau pemuda itu akan muntah lagi.

"Anjing lu lik" Gavi menoyor kepala Malik dengan kasar lalu membersihkan sepatunya dengan tissue basah.

🍬🍬🍬

Masih dalam keadaan setengah mabuk dan setengah mengantuk, Malik berjalan sambil menenteng ranselnya dengan susah payah ke dalam teras bandara. Rombongan turnya sudah menunggunya disana.

"Halo. Maaf saya terlambat," sapa Malik, berusaha seramah mungkin.

Salah seorang perempuan yang merupakan tour guide mereka hanya bisa tersenyum melihat Malik. Sementara rombongan yang lain cekikikan melihat Malik.

"Ada apa?" tanya Malik, mulai merasa risih. Dia menatap dirinya sendiri dari bawah keatas untuk memastikan bahwa tidak ada yang salah dengan dirinya saat itu.

"Itu! Didahimu!" Tour guide itu menunjuk kearah dahi Malik dengan telunjuknya.

Malik berubah panik dan merogoh ponsel dari saku celananya lalu menggunakan refleksi layar ponselnya untuk melihat bayangan dahinya dari sana. Tepat didahinya, ada sebuah tulisan yang dibuat dengan spidol berwarna merah dalam ukuran yang cukup besar. Dan dia tahu, itu pasti ulah ketiga sahabatnya, Alfin, Kahfi dan Gavi. "Baru saja dicampkan."

"Brengsek!"

🍬🍬🍬

🍬🍬🍬

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Anya Fernanda Queisha

Hello, Stranger!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang