Mengenalmu tak pernah ku rencanakan, semua terjadi begitu saja.
Kehadiranmu merubah segalanya, menjadi lebih berwarna, menghiasi anganku meski ku tahu hanya sesaat.
Memang waktu merubah segalanya, waktu mampu merubah terang menjadi gelap, dan kini w...
Awalnya… Aku yang tak pernah berencana mengenalmu - Malik Atharizz
Malik meraih sweater dan syalnya lalu berjalan keluar dari hotel. Perutnya keroncongan dan dia tak bisa tidur karenanya. Cuaca diluar sangat dingin. Malik mendekap kedua lengannya lalu berjalan mengikuti peta yang ada di agenda.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Setelah melewati berapa kali perempatan, Malik akhirnya sampai di sebuah kedai kecil di sudut jalan. Ketika pintu kedai itu didorong, gemerincing bel pintu menyambutnya dan seorang pelayan—gadis muda dengan rambut coklat terang—juga menyambutnya.
“Anyeonghaseo! Blablablabla…”
Malik hanya bisa menyeringai kikuk dan mengikuti saat gadis muda itu menuntunnya ke sebuah meja kosong. Gadis itu memberikan Malik sebuah buku menu dan bersiaga untuk mencatat pesanannya.
Mata Malik seketika membelalak ketika melihat nama-nama menu yang ada disana. Terdengar aneh dan asing. Malik memandang ke sekelilingnya dan melihat orang-orang asing disana asik menikmati makan siang mereka dengan lahap.
Matanya tertuju pada orang asing di sebelahnya yang sedang menikmati semangkuk sup dengan macam sayuran dan daging.
“Ah, excuse me, I want that one!” kata Malik sambil menunjuk makanan orang asing tadi.
“Ah!” Gadis itu berseru dan mencatatnya ke dalam note. Gadis itu lalu tersenyum dan pamit sebentar.
Tak berapa lama kemudian, gadis itu kembali membawa nampan dengan semangkuk sup sesuai dengan pesanan Malik. Dia meletakkan sup itu dihadapan Malik. Pemuda itu bisa menghirup wangi dari sup itu yang menggelitik mulut dan perutnya yang kelaparan.
Ketika gadis itu hendak pergi, Malik kembali mencegat gadis itu. “Hm, excuse me, what meat is used in this soup?” tanyanya, dengan bahasa Inggris.
Gadis itu mengernyit, tak mengerti.
“I mean, is it Chicken?,” Malik menirukan gerakan sayap ayam dengan mengepak-ngepakkan kedua lengannya. Or pork? Ngok! Ngok,” Lalu menarik ujung hidungnya menyerupai hidung babi. “Or cow? Moo! Moo!”
Gadis itu masih mengernyit. Masih tak mengerti. Malik menyerah dan akhirnya membiarkan gadis itu pergi.
Pemuda itu mulai menyendokkan sup itu dan menyuapi mulutnya. Malik mengerutkan alis, berusaha mencari tahu sendiri, daging apa yang sebenarnya digunakan. Tapi, rasanya begitu asing.
Sejurus kemudian, gadis itu kembali menghampiri Malik sambil membawa sebuah majalah. Dia membuka salah satu halaman yang bergambarkan macam-macam fauna dan menunjuk gambar kodok yang ada di sudut kiri halaman itu.