Suasana pesawat mulai sunyi ketika waktu sudah memasuki tengah malam. Beberapa penumpang lain sudah terlelap dan lampu-lampu mulai dinyalakan temaram agar tak mengganggu. Anya menghela nafas. Dia rasa, dia adalah satu-satunya orang yang belum tidur saat itu. Rasanya membosankan.
"Aw!" Anya bisa merasakan perut bagian bawahnya terasa mencekik. Dia langsung menyesal kenapa tadi dia sok gaya minum kopi ketika di bandara, dan terlalu malas untuk ke kamar kecil di area boarding.
Anya akhirnya beranjak dari tempat duduknya, tidak lupa membawa tasnya sesuai pesan Aldrick yang diulang-ulang puluhan kali sebelum berangkat, "Jangan lupa, Anya. Jangan pernah sekali pun meninggalkan tas yang isinya dokumenmu, walaupun hanya sedetik."
Terkadang, Aldrick memang sangat menyebalkan jika penyakit overprotektifnya sedang kumat. Hal yang seharusnya sewajarnya dihindari malah terasa berlebihan. Tapi untuk yang satu ini, Anya harus setuju dengan pacarnya.
🍬🍬🍬
Butuh sedikit perjuangan dan rasa tebal muka untuk keluar dari sarangnya yang nyaman di sisi jendela. Dua penumpang asing yang duduk di dua kursi di sebelah kanannya bertubuh tidak kecil. Penumpang yang berada di sisi gang malah harus khusus berdiri supaya Anya bisa lewat dengan nyaman dan kakinya tidak tersangkut.
Sambil tersenyum, dengan sungkan, Anya menggumamkan "thanks" pelan. Dia bertekad tidak akan lagi minum banyak-banyak selama di pesawat ini.
Ketika Anya sudah berjalan di gang mengarah ke toilet yang ada di belakang, seorang penumpang yang duduk di kursi paling belakang mendadak berdiri dan masuk ke toilet. Seketika itu juga lampu tanda semua toilet penuh pun menyala.
"Sial!" umpatnya kesal. Gadis itu terpaksa berdiri menunggu di depan pintu.
Seorang penumpang lain sepertinya juga mengalami hal yang sama. Anya menoleh sekilas dan melihat penumpang lain yang berdiri di belakang punggungnya sambil mencengkeram kaki bajunya dengan resah.
Pemuda itu menghampiri Anya yang sudah lebih dahulu berdiri di depan toilet sambil tersenyum ramah.
"Hi, very crowded in this area, don't you think?"
Tidak tahu harus berkata apa, Anya hanya tersenyum sopan. Menurutnya ini bukanlah saat yang tepat untuk mengobrol.
"Lu mau kemana?" Kemudian dia memukul kepalanya sendiri dan berkata, "Tentu saja Korea, bodoh."
Kali ini Anya benar-benar tak tahan. Dia bahkan tak tersenyum sama sekali. Dan dilihatnya wajah pemuda itu bersemu merah karena malu. Situasi kembali hening dan pemuda itu terlihat semakin gelisah.
Dia menatap Anya dengan ragu lalu bertanya dengan suara pelan, "Gua duluan ya yang masuk ? Gue benar-benar kebelet nih"
Anya mengerutkan kening lalu menyahut, "Maaf, Tuan. Tapi tolong budayakan antri. Aku duluan yang mengantri di depan toilet. Lagi pula, bukan Anda saja yang ingin buang air kecil, tapi aku juga."
Pemuda itu meringis, tapi Anya tak peduli.
Saat penumpang tadi keluar dari dalam toilet dan Anya yang hendak masuk, pemuda itu menarik lengannya dan berusaha masuk mendahului Anya.
"Hei, apaa-apaan kamu! Aku duluan!" pekik Anya sambil menarik pinggul pemuda itu, mencegatnya masuk.
"Tolonglah, sekali ini saja. Gue benar-benar gak tahan nih!"
"Tidak! Tidak akan!" Anya terus menarik tubuh pemuda itu sampai akhirnya keduanya tersungkur jatuh keatas lantai pesawat.
Anya segera berdiri dan menjitak kepala pemuda itu dengan kasar lalu berlari masuk ke toilet sebelum didahului lagi. Sebelum menutup pintu toilet, Anya menjulurkan lidah kearah pemuda itu dan mengejeknya.
Pemuda itu meninju lantai pesawat dengan kesal. "Dasar perempuan jelek!"
🍬🍬🍬

KAMU SEDANG MEMBACA
Hello, Stranger!
RomansaMengenalmu tak pernah ku rencanakan, semua terjadi begitu saja. Kehadiranmu merubah segalanya, menjadi lebih berwarna, menghiasi anganku meski ku tahu hanya sesaat. Memang waktu merubah segalanya, waktu mampu merubah terang menjadi gelap, dan kini w...