bagian 13

14 4 2
                                    

Shania kembali kearah meja makan setelah tadi sempat mengambil jas osisnya dan bekal makanan yang disiapkan bi Ina didapur.

"Ka, ayo." Ucap Shania setelah sampai dimeja makan. Ia menggendong tasnya.

Azka menoleh kearah Shania. "Lah, lo kan belum makan. Makan dulu gih, belum terlambat."

Shania mengangkat tempat bekalnya, " Nih udah ada. Nanti gue makan disekolah aja." Ucapnya kepada Azka. Azka lalu menghela napas pelan dan menggeleng.

"Ma, pa, kakak, Shania sama Azka pergi dulu ya. Nanti makannya disekolah. Shania bawa bekal kok." Ada sedikit nada jahil ketika ia mengucapkan kata 'kakak'. Bekalnya kembali ia angkat untuk meyakinkan orang tuanya.

"Yaudah. Tapi pas sampai sekolah langsung makan." Ucap Hana. Shania mengangguk bersemangat. Ia lalu menyalami mamanya dan papanya dan Azka mengikuti meskipun dengan terpaksa.

Sebenarnya ia ingin agar Shania makan dulu dirumah, karena pasti sampai disekolah ia akan sibuk dengan tugas osisnya. Mengingat bahwa tadi Zaen menge-line bahwa sebentar para anak kelas 3 bakalan datang dan pastinya Shania yang merupakan wakil ketua osis akan sibuk untuk mengurus kedatangan mereka.

Ck, ngapain sih mereka pake acara datang, Azka mendumel dalam hati.

Keduanya sudah berada diluar rumah. Azka lalu menyalakan motornya dan memakai helm. Satu helmnya ia berikan pada Shania. Shania menerimanya dan memakainya. Shania lalu naik keatas motor itu. Azka pun melajukan motornya.

Tak ada perbincangan yang terjadi selama perjalanan. Azka yang masih kesal dengan anak kelas 3 yang datang, yang membuat Shania rela tak makan pagi. Azka tahu bekal yang dibawa Shania paling cuman roti isi selai coklat. Kalau Azka sih tidak mungkin akan kenyang hanya dengan memakan makanan itu.

Lain dengan Shania. Ia diam karena masih terlalu gugup. Gugup karena anak kelas 3 akan datang dan gugup karena kejadian semalam dengan Azka. Dia sudah berdoa agar mereka cepat sampai, dan doanya terkabul.

Mereka sampai disekolah. Shania buru-buru turun dan melepas helm tanpa menatap Azka. Ketika dia akan pergi Azka mencekal tangannya.

"Ingat langsung makan bekal yang lo bawa." Azka menatap Shania tajam. Shania berusaha menghilangkan kegugupannya.

"Iya, iya. Bakalan gue makan." Ucapnya malas. Azka lebih menjengkelkan dari mama dan papanya. Shania lalu melepaskan cekalan tangan Azka dan berlalu pergi.

Azka turun dari motornya dan melepas helm. Mempercepat jalannya dan mengikuti Shania. Dia sudah disamping Shania. Shania yang merasa ada seseorang disampingnya pun menoleh.

"Azka?"

Azka menatap datar kearahnya. Sebelah alisnya terangkat. "Kenapa?"

"Seharusnya gue yang nanya. Ngapain lo ngikutin gue? Kelasnya kita kan diatas." Tanya Shania.

"Liatin elo makan." ungkap Azka jujur.

"Hah?"

Azka tak mempedulikan ucapan Shania yang membuat pandangan beberapa siswa menatap mereka. Ia lalu membalikan badan Shania kedepan dan mendorong Shania pelan dengan tangannya yang masih berada dipundak Shania.

"Ayo kita makan."

Keduanya lalu berjalan dengan Azka yang mendorong Shania dan Shania yang berjalan seperti patung setengah hidup. Ia masih bingung dengan Azka. Tanpa ia sadari ia dan Azka sudah sampai di depan ruang osis.

Melihat Shania yang masih diam, Azka lalu menarik tangan Shania kedalam. Ketika pintu terbuka terlihat para anggota osis yang sibuk berlalu-lalang, namun tak lama kegiatan mereka terhenti ketika mengetahui siapa yang berada diambang pintu.

NoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang