bagian 15

18 3 10
                                    

Bunyi lonceng membuat aktifitas para sifswa terhenti, namun setelah itu mereka kembali melanjutkan aktifitas mereka.

Shania dan Chila, keduanya sudah duduk manis di salah satu bangku dikantin. Didepan keduanya terlihat dua mangkuk yang sudah kosong.

"Balik yuk."

Chila sudah berdiri dari duduknya. Namun Shania masih belum bergerak sedikit pun. Ia masih duduk sambil menopang dagunya dan menatap kedepan dengan tatapan kosong. Chila berdecak melihat tak ada reaksi sedikit pun dari Shania.

"Mager ah." Shania masih menopang dagunya. Tak peduli dengan tatapan membunuh dari Chila. Chila mendengus, namun sedetik kemudian ia kembali duduk dengan nyaman disamping Shania. Kembali membuka handphonenya dan memainkan game yang mungkin bisa menghilangkan rasa suntuknya.

Tak ada percakapan diantara mereka. Keduanya sibuk dengan kegiatan masing-masing. Chila yang sibuk dengan game Mobile Legendnya dan Shania yang sibuk memperhatikan sekelilingnya.

"Balik ke kelas yuk."

Ucapan Shania memecah keheningan diantara mereka. "Tunggu Shan, lagi nanggung nih. Entar gue kalah. Tunggu ya, tunggu." Chila masih fokus dengan permainannya. Tak mempedulikan tatapan Shania yang seperti ingin menelannya.

"Chil, cepetan deh. Gue udah bosan disini." Shania menatap tak sabaran kearah Chila yang hanya ditanggapi gumaman. Shania berdecak kesal, ia lalu meraih handphone Chila yang membuat pekikan kesal dari sang pemilik.

"Shan!! Lo apa-apaan sih. Balikin nggak!?"

Sebelah alis Shania terangkat. Ia lalu tersenyum miring. "Oke ini gue balikin." Shania menyerahkan handphone milik Chila yang membuat gadis itu dapat bernafas lega.

"Oke gue duluan yah. Bye." Shania pergi dari tempat duduknya itu dengan tergesa-gesa. Diwajahnya terpampang senyum yang cukup mencurigakan. Ia lalu cepat-cepat pergi meninggalkan Chila yang menatapnya bingung, namun akhirnya tak Chila pedulikan.

Chila lalu menyalakan handphonenya dan kejadian selanjutnya-

"Shaniaaaaa...!"

Suara teriakan besar memenuhi seluruh ruangan itu. Semua mata tertuju kearah gadis yang duduk sendirian di pojok kantin. Wajahnya memerah, antara menahan emosi akibat perbuatan sahabatnya atau menahan malu karena sekarang ia menjadi bahan perhatian.

Matanya lalu menatap nyalang kearah tempat sahabatnya keluar. Chila lalu menghela napas. "Dasar sahabat sialan. Gara-gara dia gue jadi kalah." umpatan-umpatan kecil keluar dari bibirnya ketika ia sedang berjalan keluar dari kantin itu.

Seluruh tatapan masih menatap bingung kearahnya, dengan langkah dihentak-hentakan ia berjalan keluar. Fikirannya sudab dipenuhi fikiran-fikiran kotor untuk membalas perbuatan sahabatnya.

Sedangkan orang yang sedang dipikirkan Chila itu tengah tertawa-tawa didalam kelasnya tanpa beban. Ia sudah menyadari bahwa sahabatnya sekaligus teman sebangkunya itu akan marah besar akan perbuatannya.

Dan benar saja, ketika salah seorang temannya yang baru datang dari kantin menceritakan bahwa sahabatnya itu, Chila tengah marah-marah dikantin tanpa alasan yang jelas,tawa gadis itu langsung pecah.

Shania sudah dapat menebaknya sedari tadi dan ia tahu sebentar lagi sahabat tersayangnya itu akan datan-

"Shaniaaaa!"

Suara teriakan terdengar dari arah pintu masuk. Semua mata tertuju kearah seorang gadis yang tengah berdiri menghalangi jalan masuk kekelas itu. Wajahnya memerah, matanya menatap nyalang kearah satu arah. Shania.

Sedangkan Shania, ia mulai menjadi takut melihat tatapan membunuh dari Chila. Namun ia menutupinya dengan tatapan datar sekaligus bingung. "Kenapa lo?" Tanya Shania pura-pura bingung.

NoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang