Ketika segala sesal kembali kedepan pelupuk mata..
Aku sengaja mengingatmu dalam cahaya logika..
Rasamu telah menjelma menjadi raga sempurna..
Entah mengapa hari ini aku sangat ingin acuh padanya..
Pada gumpalan darah yang mengalirinya..
Pada tanah yang bernyawa..
Pada udara yang mengisi tubuhnya..
Terlebih untuknya, belulangku yang sedang terlepas.
Terlepas, terhempas ke tempat yang sebenarnya.
Aku sedang mencarinya..
Santai saja, aku mencarinya sembari meneguk kopi..
Cangkir demi cangkir kuhabiskan dalam penyesalan..
Sesal yang dia anggap sebagai nada provokasi saja..
Aku menikmati kegundahan hati yang telah dibuatnya..
Jika saja mengembalikannya semudah menggaruk, aku akan menggaruk hingga berdarah..
Sehingga dia akan benar-benar kembali pada celahnya, celahku.
Rongga ini belum terisi..
Kosong melompong sama sekali..
Aku membiarkannya tetap kosong..
Agar nantinya dia bisa mengisinya dengan padat.
Aku akan setia menanti seperti pelangi yang menunggu hujan reda..
Aku memilih untuk mengarungi waktu tanpa arti..
Daripada memiliki arti tanpa dicintai..
Telah ku sadari semua sesal diri..
Dia telah menyuruhku untuk membersihkan debu maafku..
Ku kerjakan itu..
Namun serpihan-serpihan kenangan itu terhempas kembali, oleh tiupan keras rasa ingin kembali..
Aku hanya bisa mengetuknya..
Aku tak bisa memaksanya untuk membuka..
Karena dia lupa menaruh kuncinya..
Oh, iya!
Kuncinya dibawa oleh pemiliknya..
Yang sayangnya, pemiliknya lupa menaruh kuncinya dimana..
Membuat dia tak tahu harus bagaimana..
Sama sepertiku.
Bodoh!
Aku bodoh!
Coba saja waktu itu aku jaga baik-baik kuncinya..
Mungkin tidak akan ada kata penyesalan dalam hidupku..
Aku sedang dikurung oleh waktu..
Diikat oleh kenangan..
Dilebur oleh kerinduan..
Dan disatukan kembali oleh rasa.
Tapi rasa itu hanya milikku, dia tidak punya..
Yang dia punya adalah dia yang lain yang entah mengapa dia memilih dia..
Rasa ini terbelenggu malu..
Aku melakukan dosa besar, karena membiarkan rasa ini terbengkalai..
Aku merasa sempurna, padahal alam semesta tau nyatanya, kalau dialah yang lengkap adanya.
Sekarang tak ada guna bagiku untuk menyesalinya..
Aku hanya bisa menunggunya kembali dalam gelap dan setitik cahaya..
Andaikan dia mengizinkanku untuk sekejap saja menatap matanya..
Niscaya aku akan memberi sorot emosi ingin kembali..
Aku berniat seutuhnya walau diapun tau aku hanya penulis yang Cuma punya imajinasi..
Tapi dalam setiap imajiku diapun akan tau, bahwa hanya namanya saja yang konsisten selalu terhembus dalam setiap respirasiku.
Dia adalah benalu bagiku!
Membuatku sulit bergerak karena ketulusannya begitu nikmat bagiku..
Esok kan berbuat apa padanya? Hidup adalah candu..
Membuat siklus berkelanjutan tanpa akhiran..
Begitulah perasaanku pada dia..
Bila sang pencipta akhirnya mengabulkan keinginanku..
Dia tau, yang aku butuh di dunia imajiku adalah kamu.
-Indra (terduduk dalam bisu kerinduan)
![](https://img.wattpad.com/cover/134292909-288-k127240.jpg)
YOU ARE READING
P A S R A H
Poetrycelotehan-celotehan pemuda yang tak mengenal karma. Bab pertama buku kumpulan puisi "Botol Kosong". Semoga kalian suka!! Lebih dekat dengan penulis, Instagram : @infoindra Terimakasih.