Kamu adalah penari lapangan.
Penari yang tegas dengan segala kemolekan nya.
Aku adalah pelukis imaji.
Pelukis abstrak yang berusaha menjelaskan imajinasinya dengan si penari.
Si penari tak sempat membuang waktu untuk sekedar menemani si pelukis, Karena ia terlalu sibuk latihan menari dilapangan gersang.
Si pelukis tak bisa menjelaskan abstraknya tanpa si penari.
Sementara, si penari kian jelas berlenggak-lenggok di atas lapangan.
Aku adalah pelukis yang tidak tau diri.
Aku meminati si gadis penari, namun tak pernah tau cara untuk mendekati.
Ya, aku tak tau cara mendekatkan hati ke hati.
Aku adalah pelukis yang iri.
Iri terhadap si penari yang kian menemukan jati diri.
Si penari terus berlari namun sesekali berhenti,
Ia berhenti bukan untuk menemui si pelukis.
Tapi ia berhenti hanya untuk menemui para penari lain yang lebih kekar, yang bisa ia ajak berlari.
Sayangnya aku bukanlah penari.
Aku hanya seorang pelukis imaji yang hanya bisa berlari ketika dikejar oleh banci.
Sampai kapan si penari berlari?
entahlah.
Yang ia lakukan memang benar.
Terus berlari, mengikuti derasnya keinginan diri.
Lalu sampai kapan aku melukis?
entahlah.
Yang aku lakukan sejauh ini benar.
Melukis garis demi garis kanvas yang tragis.
-indra
YOU ARE READING
P A S R A H
Poesíacelotehan-celotehan pemuda yang tak mengenal karma. Bab pertama buku kumpulan puisi "Botol Kosong". Semoga kalian suka!! Lebih dekat dengan penulis, Instagram : @infoindra Terimakasih.