Cahaya Itu menerangkan sekaligus menunjukkan,
Menunujukkan kejalan yang memang seharusnya dijalani.
Terang selalu baik, dan gelap selalu buruk.
Tapi bagaimana bila aku menyukai gelap?
Terlebih gelapku, aku lalui bersamamu.
Gelap dan tersesat.
Bila seperti itu adanya, aku rela tersesat selamanya.
Selamanya, sampai kita bosan untuk bermain-main dalam gulita itu, Asal bersamamu.
Kita tidak akan seabadi kegelapan, Oleh karena itu Sang Pencipta menyediakan terang, untuk bersandar.
Aku bersandar pada Nur yang telah membawaku terlepas dari kegelapan.
Kegelapan itu yang membuatku lama tersesat bersamanya, dan akhirnya menghadapi terang bersamanya pula.
Ada yang tersesat lalu mati didalamnya, tapi ada juga yang tersesat lalu bangkit dan keluar darinya.
Aku tidak menyalahkan keduanya, semuanya itu bebas seperti agama kita yang menjamin kebebasan. Kebebasan adalah fitrah.
Cahaya itu sudah berada didepan mataku.
Bermain-main dengan indah tak jarang memasuki titik lemah.
Aku tak mengutuk cahaya itu, sebaliknya aku mengikuti alirannya terus tanpa ujung.
Tuhanku, aku mohon padaMU, biarkanlah cahaya itu tetap bermain-main dengan apaadanya, seperti cahayaMU yang selalu menyinari hidupku tanpa batas dan tidak akan terbatas.
-indra
YOU ARE READING
P A S R A H
Poetrycelotehan-celotehan pemuda yang tak mengenal karma. Bab pertama buku kumpulan puisi "Botol Kosong". Semoga kalian suka!! Lebih dekat dengan penulis, Instagram : @infoindra Terimakasih.