Semua terlihat apa adanya..
Tak ada yang dilebih-lebihkan, tak ada yang dikurang-kurangkan..
Aku melihatmu tak berbeda dengan aku melihat senja turun disana..
Senja yang turun, sekaligus membawa pesan keindahan yang tak perlu diungkapkan..
Semuanya remang..
Tak ada yang jelas, taka da pula yang dapat menjelaskan..
Tak ada yang menghendaki setiap pertumuan, kecuali Sang Maha penentu..
Dial ah yang paling berkuasa atas setiap pembuatan scenario pertemuan..
Bukan aku atau kamu yang menentukan..
Angin dinginlah yang menuntun kita kedalam sebuah potret percakapan..
Ya, percakapan-percakapan yang terkadang tak penting untuk kita bicarakan..
Biarlah..
Biarkanlah percakapan itu menjadi saksi atas apa yang sedang aku perjuangkan..
Apalah arti waktu bila kamu yang ada dihadapanku..
Hanya kamu mesin waktu yang nyata bagiku..
Gravitasi dan hukum alam lain seaakan tak berlaku padaku bila kamu dihadapanku..
Hukum-hukum itu hanya dapat mengatur, tapi takkan merubah apapun tentang aku padamu..
Padamu yang aku syukuri, sama seperti aku mensyukuri adanya nadi ini..
Nadi yang dapat membuatku dapat tetap hidup secara otomatis dan statis..
Tak usah sibuk dengan mereka..
Mereka yang selalu mencampuri kehidupan yang bukan miliknya..
Biarkanlah ini tetap begini, Begini saja sudah cukup..
Sesederhana ini, tak usah dilebih-lebihkan, tak usah dikurang-kurangkan
-Indra (terpaku bosan dalam pelukan sepi)
![](https://img.wattpad.com/cover/134292909-288-k127240.jpg)
YOU ARE READING
P A S R A H
Poeziecelotehan-celotehan pemuda yang tak mengenal karma. Bab pertama buku kumpulan puisi "Botol Kosong". Semoga kalian suka!! Lebih dekat dengan penulis, Instagram : @infoindra Terimakasih.