Ava kesal dengan Alena yang terus menggodanya, rupanya kemarian Alena datang ke rumahnya dan mama Ava memberitahu Alena kalau Ava sedang bersama dengan Louis. Sedari tadi Alena terus bertanya mengenai apa yang Louis dan Ava lakukan, begitu Ava menjawabnya dengan kalimat singkat, Alena meminta cerita lengkap. Karena Ava tak mau memberitahu maka Alena terus menggodanya.
"Jadi, apa Louis sudah mengungkapakan cintanya? Apa kau membalasnya? Aduh sahabatku pasti sedang jatuh cinta. Siapa yang bisa menolak seorang Louis. Kau tahu kan badannya itu—"
Plak
Ava memukul Alena dengan buku yang dibawanya. Dia berharap dengan begitu Alena akan diam dan tidak mengungkit masalah Louis lagi. Tapi ternyata sahabatnya itu masih terus melanjutkan pembahasan mengenai Louis.
"Apa kau cemburu saat aku membicarakan badan Louis? Dia itu model jadi aku sering melihat tubuhnya—" Ava menutup mulut Alena dengan tangannya. Ia sudah tak tahan mendengar semuanya.
Ava sebenarnya juga keberatan jika Louis menjadi model. Kemarin saja saat ada yang meminta foto Louis ia sudah uring-uringan. Apalagi jika para wanita membicarakan tubuh Louis seperti Alena tadi. Ava ingin memukul semua wanita yang melakukannya. Ava tidak tahu kenapa dirinya tidak rela seperti ini.
Ava ingin bilang pada Louis mengenai ketidak setujuannya, tapi ia takut Louis marah. Ava bukanlah siapa-siapa. Meskipun Louis sudah mengatakan cintanya tapi hubungan mereka masih belum jelas. Ava tidak mau mengambil keuntungan dari perasaan Louis padanya.
Ava menjalani sisa hari di kampusnya dengan muka ditekuk. Apalagi Alena sama sekali tak peka dan terus membicarakan Louis hingga mau tak mau membuat Ava kembali teringat akan kata-kata Louis ketika ia mengantar Ava pulang.
'You're my happiness and i never let you go.'
Ava hanya bisa diam seperti patung ketika Louis mengatakan kalimat itu. Louis kelewat romantis dan hati Ava terlalu lemah untuk menangkal semua efek kalimat dan tindakan Louis. Ava sudah meminta pada Louis untuk menurunkan sifat romantisnya itu, tapi Louis justru tertawa mendengar permintaan Ava itu.
Ava dan Alena memutuskan untuk makan dulu sebelum pulang. Mereka memilih kafe yang tak jauh dari kampus mereka. Ava menikmati makanananya sambil melihat para pengunjung yang keluar masuk.
Ava hampir tersedak ketika melihat seseorang yang ia kenal memasuki kafe ini, Ava langsung menutup wajahnya dengan buku menu, ia tak mau orang tersebut melihatnya.
"Hey, kau kenapa?" bisik Alena ketika melihat perilaku sahabatnya.
"Ada Louis sama ceweknya," bisik Ava pada Alena. Alena mengedarkan pandangannya mencari Louis dan wanita yang Ava maksud. Ketika Alena sudah menemukan mereka, ia memperhatikan wanita yang menjadi teman Louis, sebagai pelanggan majalah fashion, Alena tahu siapa wanita itu.
"Wanita itu seorang model, dia pasti teman Louis, jangan berpikiran negatif. Louis hanya milikmu, percayalah." Ava melihat penampilannya sendiri, dibanding wanita yang sedang bersama Louis sekarang, maka dirinya bagaikan itik buruk rupa. Wanita itu tinggi dengan badan yang langsing, pakaiannya juga terlihat sederhana tapi modis.
Dengan kesal, Ava menurunkan buku menu yang sedari tadi ia pegang. Ava memakan makanannya dengan lahap, seperti orang yang sedang kelaparan. Alena menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah Ava, salah satu tanda bahwa Ava sedang marah adalah makannya pasti banyak.
"Ava, kau cemburu?"
"Tidak! Aku tidak cemburu."
Ava tidak menyadarai bahwa kini Louis tengah berjalan ke arahnya, ia masih saja makan dengan lahap.
"Ava, hati-hati makannya." Ava tersedak mendengar suara Louis. Alena tertawa keras ketika melihat ekspresi Ava. Berbeda dengan Louis yang tampak panik dan segera membantu Ava.
"Makanya hati-hati," ucap Louis.
"Kau mengagetkanku." Ava masih berusaha untuk menormalkan pernapasannya.
Tanpa diminta Louis mengambil tempat duduk di samping Ava.
"Kalau tahu kau sudah pulang, aku pasti menjemputmu. Kenapa tidak menghubungiku?" Ava mengangkat bahunya, ia tidak ingin berbicara dengan Louis. Entah kenapa dirinya masih kesal dengan apa yang dilihatnya tadi.
Louis mengerutkan keningnya, ia tak tahu apa kesalahannya, kemarin Ava sudah menerimanya dan bersikap hangat padanya, tapi sekarang wanita itu kembali mendiamkannya. Louis melihat ke arah Alena yang tengah tersenyum padanya.
"Ava itu posesif," ucap Alena menarik perhatian Louis dan Ava. Ava akan protes dan menyangkal ucapan sahabatnya ketika seorang wanita memanggil nama Louis. Ava kembali menutup mulutnya dan memfokuskan perhatiannya pada wanita yang baru saja datang ke mejanya.
"Louis, katanya kau hanya menyapa temanmu tapi kenapa malah duduk di sini?" Ava mencoba untuk tidak mempedulikan ucapan wanita cantik itu. Ava kembali memakan makanannya, kali ini dengan pelan dan sebisa mungkin tidak mempermalukan dirinya sendiri lagi.
"Dee, kau bisa pulang sendirian kan? Aku masih ada urusan dengan calon kekasihku yang sedang ngambek ini." Ava menatap Louis tajam, dirinya merasa tidak sedang marah atau ngambek, ia juga tidak cemburu seperti yang Alena tadi bilang.
"Tidak bisa begitu dong, aku datang denganmu dan seharusnya kau juga yang mengantarku pulang." Ava memutar matanya mendengar nada manja itu. Tapi ia tetap diam, tak mau mencampuri urusan Louis dan wanita itu.
"Dee!" Louis menaikkan nada suaranya, mata tajamnya tertuju pada wanita yang dipanggil Dee itu. Suasana berubah dingin akibat Louis yang mengeluarkan aura menyeramkannya. Ava sudah pernah mengalami situasi ini dan ia tahu bagaimana rasanya mendapatkan tatapan tajam dan nada penuh ancaman itu.
Wanita bernama Dee itu menghentakkan kakinya sebelum pergi tanpa berkata apapun. Mood Louis sepertinya belum membaik, Alena tak lagi tersenyum akibat suasana tegang yang ada di meja itu. Ava pun malas berbicara apalagi menenangkan emosi Louis.
Tanpa ijin, Louis mengambil minuman Ava dan meminumnya hingga tandas. Ava yang kesal dengan Louis hanya bisa diam, ia sedang malas berbicara dengan pria itu. Alena hanya bisa geleng-geleng kepala melihat kelakuan dua orang itu. Dua-duanya sama-sama sedang marah tapi tak ada yang mau berbicara.
"Ava, hey." Louis mencolek dagu Ava, Ava menampik tangan Louis.
"Sayang, dia sudah pergi. Bukan aku yang tadi mengajaknya ke sini, dia memaksa ikut dan aku tak enak menolaknya di depan banyak orang."
Ava tak menanggapi, makanannya sudah habis jadi ia tak bisa mengalihkan perhatiannya lagi, minumannya pun sudah habis diminum Louis.
"Sayang, kau cemburu?"
Alena merasa seperti penonton adegan drama sekarang ini, sang pemeran wanita sedang cemburu lalu si aktor pria membujuk sang kekasih hati untuk memaafkannya.
"Ava, aku pulang duluan ya." Louis menahan tangan Ava yang mau ikut dengan Alena. Louis menahan tawanya, ternyata benar apa kata Alena, Ava adalah wanita yang posesif. Seperti kemarin ketika Ava melihatnya melayani para wanita yang ingin berfoto dengannya, Ava juga seperti ini, marah tapi tidak mengakui bahwa ia cemburu.
"Kau menggemaskan."
"Diam, Louis, aku ingin pulang." Louis tertawa kecil, membuat tatapan tajam Ava tertuju padanya.
"Sudah aku bilang, kau tidak perlu cemburu,"
"Aku tidak cemburu!" sahut Ava cepat.
"Iya, baiklah, kamu tidak cemburu. Wanita itu hanya temanku, seperti yang aku jelaskan tadi."
"Benarkah?"
*******
See y, wp suka error ya? minta disleding berjamaah nih,