Perempuan dengan air mata

81 1 0
                                    

Saat pertama kali aku melihatmu, kita duduk dalam satu kereta. Kamu duduk di bangku sebelahku. Awalnya aku tidak menyadari keadaanmu. Ku sibuk mendengarkan lagu melalui earphone di telingaku. Lalu ada pemeriksa tiket yang datang. Ku menoleh ke arahmu saat kau menunjuk tiketmu kepadanya.

Kamu senyum tapi aku bisa melihat air mata di wajahmu bekas tangisan. Matamu bengkak, berarti sangat berat tangisanmu. Ko aku ga sadar kau menangis selama kamu duduk di sebelahku?

Aku jadi heran, bertanya kepada diriku sendiri: Kenapa dia nangis? Perempuan secantik itu seharusnya jangan menangis. Apa yang membuatnya nangis seperti ini?

Dan tiba-tiba datang rasanya, ingin sekali aku menghibur dan memelukmu. Tapi aku bukan siapa-siapa bagimu. Namamu saja aku ga kenal. Baru pertama kali menatapmu. Namun rasanya aku tidak kuat melihatmu dalam keadaan begitu, ingin menghapus air mata dari wajahmu.

Diriku bingung. Apakah aku harus membiarkanmu dalam kesedihan itu karena kamu tidak mengenalku? Apa aku harus berusaha untuk menghiburmu?

Setelah sekian menit dimana aku melihat keluar jendela dan air matamu tidak juga mereda aku berani untuk menyapamu.

„Hey" aku berkata. Kamu menoleh.

„Kamu nangis ya?" pertanyaan konyol karena memang jelas kelihatan bahwa kamu nangis.

Kamu memandangku dan hanya senyum.

„Kamu ngerti bahasa indonesia kan?" aku terus bertanya. Wjahnmu memang agak bule gitusih, putih, hidung mancung, bibir merah merona. Kamu mengangguk.

„Terus kamu bisa ngomong juga?" ku lanjut karena tidak dapat jawaban darimu. Lalu kamu ketawa. Asiiik akhirnya ketawa.

„Bisa ko" kamu menjawab pelan.

„Nah gitu jawab dong kalau ditanya. Terus kamu kenapa nangis?" aku berani untuk menanyakanmu. Kamu berhenti ketawa dan hanya menunduk.

„Aduh maaf. Harusnya ga nanya. Kita belum kenal. Kenalan dulu deh. Aku Arkan." Tidak dapat jawaban lagi. Aduh anak ini susah benar di ajak bicara.

„Nama kamu siapa?"

„Saliha" jawab kamu singkat tetapi dengan senyuman yang menghangatkan hati. Wah, pantes banget namanya.

„Salam kenal Saliha." Aku menyodorkan tanganku untuk bersalaman. Namun kamu tidak mengambilnya.

Aku baru sadar pakaianmu syar'i banget lalu mengerti bahwa kamu tidak ingin bersentuhan denganku maka aku hanya senyum dan mengangguk sebagai tanda pengertianku.

Kamu menoleh ke layar ponselmu lalu senyum.
Waduh manis banget senyumannya walaupun mukanya masih penuh air mata. Kenapa ya dia ga berusaha untuk menyembunyikan kesedihan dan ari matanya? Membiarkan saja di atas wajah yang sangat cantik itu.

Aku keluarin sebuah kantong tissue.

"Kamu mau gak?" aku menawarkan tissue itu kepadamu.

"Oh iya makasih" kamu mengambil satu tissue dari ku.

Colours of LoveWhere stories live. Discover now