Rendi Irawan, cowok ini otaknya ganas. Semua pelajaran dilahap. Dan dia termasuk pemecah rekor jomblo terlama, tidak pernah punya pacar. Dan juga pemecah rekor terbanyak menolak ajakan pacaran. Si Jomblo elit. Orang terpelit sedunia saat ujian. Dia selalu punya alasan setiap kali ada teman yang meminta contekan.
Contohnya,
Sok mikir sambil mengetuk-ngetuk pen ke dahi.
Sok tuli.
Atau sesekali menoleh ke mereka yang meminta contekan sambil memasang muka sok kesusahan, lalu berkata
"Soalnya sulit-sulit semua, jawabanku karangan semua."
Dan para peminta contekan itu P-E-R-C-A-Y-A dengan perkataan Rendi. Ia pun bersorak.
Hari ini Rendi pulang. Ada yang bergejolak di dalam hatinya. Entah kenapa pikirannya bekerja lebih aktif kali ini. Semua hal yang sulit sekali ia bayangkan di hari-hari biasa, sontak berputar seperti film di kepalanya. Setelah empat tahun pergi dari Malang, dia pasti merindukan semuanya. Empat tahun lalu saat dia baru saja lulus SD, dia terpaksa pergi, ikut pamannya ke Jakarta. Orang tua Rendi bercerai. Entah karena apa. Rendi hanya tahu satu hal. Bahwa di dalam hatinya, ada sesuatu yang gelap dan penuh amarah. Terkadang, dia juga membenci hidup ini. Benci karena dia kehilangan hal paling berarti dalam hidup. Keluarga.
Cerita yang belum usai di masa lalu tidak akan terselesaikan jika hanya dipikirkan, dia kembali hari ini. Kembali ke rumahnya yang dulu, meski ia tahu tidak ada lagi keluarga di sana. Aku masih punya rumah itu. Rendi bukan lagi anak SMP yang suka galau sepanjang hari. Ia telah menjadi sosok yang lebih dewasa sekarang. Rendi akan membuat perhitungan kepada dua orang yang dengan teganya meninggalkannya sendirian. Orang tuanya yang sangat ia benci semenjak perceraian itu. Terlebih, tidak ada satupun dari mereka yang mengucap salam perpisahan kepadanya. Saat itu, dia sakit. Sakit semuanya. Jiwa dan raga. Yah, itulah alasan mengapa ia harus kembali ke sini. Malang.
Satu hal lagi. Alasan mengapa Rendi memilih kembali ke Malang. Memilih hidup sendiri meskipun sebenarnya hidup di Jakarta bersama pamannya tidaklah buruk. Tentang perasaannya, tentang alasan mengapa sampai saat ini dia tidak pernah pacaran sekalipun.
Bus berhenti. Rendi mengenakan jaket tebalnya. Malang yang sejuk ini. Dingin yang bersahabat ini. Mata rendi berkaca-kaca. Biasanya, dia paling bisa mengendalikan perasaannya, tapi sekarang perasaannya seperti diaduk-aduk. Kebahagiaannya, masa kelamnya, persahabatannya dan perasaan yang belum tersampaikan, semua berputar-putar di dalam benak. Malang dan semua kenangannya. Di sini, terminal Arjosari.
Rendi turun dari bus. Mengedarkan pandangan dan berjalan saat melihat toko yang menjual air mineral dingin. Tapi, sebelum ia sempat berjalan jauh, ada seseorang yang menarik tangannya kemudian menangkapnya, memeluknya erat sekali, hal yang sangat ia rindukan. Rendi belum menyadari siapa yang memeluknya.
"Kamu jahat." gadis yang memeluk Rendi berbicara. Suaranya terdengar mencekik, terlalu serak. Dan seketika Rendi tahu siapa yang memeluknya. Rendi membalas pelukan gadis tersebut. Ia menangis. Air matanya tidak terbendung lagi. Air mata yang sejak dulu ia tahan. Air mata yang hanya ia tumpahkan saat bersama gadis ini. Gadis yang selalu mau mendengarkan ceritanya.
Rendi menangis, Aku masih punya dia, Bella, perasaaan terpendam yang belum tersampaikan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Favorite Girl
Roman pour AdolescentsMendapatkanmu memang tidak mudah. Tapi bagiku ini kesempatan, untuk menunjukkan bahwa aku mencintaimu sepenuhnya. Mungkin saja, kamu juga tidak ingin aku cepat menyerah. Benar kan? Ngaku aja deh... Menyatakan 'Aku Suka Kamu' tidak akan membuat dirik...