Chapters 1

277 29 1
                                    

Selama seminggu lebih Wonwoo tinggal bersama Jeonghan di rumah sederhana itu, Jeonghan memang anak dari keluarga kaya raya. Kedua orang tuanya sudah meninggal 7 tahun yang lalu dan mewariskan perusahaan besar pada Jeonghan. Ia adalah direktur di perusahaan Yoon Group. Alasan ia berada di hutan sekarang adalah karena Jeonghan mengambil cuti, untuk istirahat.

"Wonwoo-yya, apa kau sudah mandi?" Jeonghan membuka pintu kamar Wonwoo, menjadi kamar Wonwoo.

Slam

"Yak! Kenapa kau tidak mengunci pintu hah?!" bentak Jeonghan dari luar kamar.

Wonwoo mengusap rambutnya yang basah, mata rubahnya menatap lurus pintu yang tadi ditutup oleh Jeonghan. Tubuhnya tidak tertutup apapun dan masih basah, hanya handuk ia lilitkan dipinggang untuk menutupi bagian bawah. Ia membuka pintu, Jeonghan terkejut setengah mati. Matanya terpaku melihat postur tubuh Wonwoo.

Glup

"Sentuh saja kalau mau." mendengar ucapan Wonwoo membuat Jeonghan membalikkan tubuhnya malu.

"S-siapa juga yang mau! Aku juga punya!" lontar Jeonghan.

Wonwoo memeluknya dari belakang, tubuhnya yang masih basah membuat baju belakang Jeonghan ikut basah. Wonwoo mengendus belakang telinga Jeonghan, sialnya Jeonghan malah mendesah karena hal itu. Tangannya berusaha melepaskan genggaman tangan Wonwoo dipinggangnya. Wajahnya begitu merah, merona hebat.

"Ungh... Won-wonwoo... Hentikan!" melasnya. Wonwoo tidak mau mendengar.

Namja tampan itu membuka kancing baju Jeonghan dan mengelus perut rata namja cantik itu sesual, tangannya cekatan membalik tubuh Jeonghan agar menghadap kearahnya. Jeonghan menumpukkan kedua tangannya dipundak Wonwoo, sesekali meremasnya saat Wonwoo memainkan lidahnya didaerah leher, pundak dan tekuknya. Berakhir ciuman singkat dibibir.

Chup~

"Jangan menggodaku." ucap Wonwoo datar.

"Huh? Apa kau bilang?! Siapa juga yang menggodamu! Siapa yang melakukannya duluan! Kau, bukan aku!!" bentak Jeonghan tak terima.

Wonwoo menutup pintu kamarnya, dan meninggalkan Jeonghan yang menatap pintu kamar itu blank. Ia merasa ada sesuatu yang hilang, Jeonghan menundukkan kepalanya. Air matanya keluar begitu saja, isakkan bahkan terdengar jelas. Wonwoo mendengarnya, ia bahkan mendengar Jeonghan menggerutu tentangnya. Tubuhnya tersandar pada daun pintu.

Tok tok tok

"Ada apa?" tanya Wonwoo.

"Makan malam sudah siap!" lontar Jeonghan datar.

Mereka makan malam bersama dalam kesunyian, Jeonghan menghentikan acara makannya, mata indah itu menatap lurus kearah Wonwoo. Ia harus menyelesaikan hal yang aneh dalam hatinya sekarang, ketika akan membuka suara, Wonwoo lebih dulu melakukannya. Tapi, bukan itu yang Jeonghan ingin dengar.

"Jika kau menanyakan apa hubungan kita? Akan kujawab, kita bukan apa-apa. Maaf karena melakukan hal tak lazim padamu." Jeonghan mengepalkan tangannya saat mendengar itu.

"Maaf? Semudah itukah kau mengatakannya? Brengsek!! Kau membuatku menjadi seperti ini!! Kau.. Membuatku... Jatuh cinta padamu.." Jeonghan terisak pelan.

Wonwoo membulatkan matanya ketika mendengar penuturan Jeonghan, namja cantik itu menyukainya? Wonwoo bangkit dari tempat duduknya dan menghampiri Jeonghan. Ia menarik tubuh namja cantik itu kedalam dekapannya, terasa pas dan nyaman. Jeonghan membalas pelukannya erat. Wonwoo mengecup kening Jeonghan mesra. Ucapan Wonwoo setelahnya membuat Jeonghan merasa bahagia.

"Saranghae... Yoon Jeonghan." ucap Wonwoo.

"... Na do.." gumam Jeonghan kemudian memeluk tubuh Wonwoo lagi.

Plakk

"Apa kau sudah gila? Kita ini werewolf, kita tidak bisa berhubungan dengan manusia! Kalau kau tetap keras kepala, Appa akan membuat namja yang kau cintai itu sengsara!"

"Eomma tahu perasaanmu sayang, tapi asal kau tahu... Cinta antara dua dunia itu tidak akan berakhir bahagia. Kalian akan saling menyakiti diri sendiri."

"Eomma yakin kau tahu apa yang terbaik.."

Jeonghan memeluk tubuh Wonwoo dari belakang, mereka sedang berada didapur, dan Wonwoo sedang memasak sarapan untuk mereka. Jeonghan merasa bahagia karena akhirnya ada seseorang yang berhasil membuka hatinya, hati yang dulu tertutup rapat. Hanya Wonwoo yang berhasil melakukan itu, hanya namja tampan yang kini ada didepannya yang menjadi sandarannya.

"Kenapa menatapku seperti itu?" tanya Wonwoo bingung.

"Tidak.. Hanya.." jawab Jeonghan.

"Kalau begitu, makan saja.." ucap Wonwoo dingin.

Sikap Wonwoo memang dingin, tapi entah kenapa Jeonghan merasa kalau Wonwoo berusaha untuk menghindarinya. Malam ini bahkan Wonwoo tidak ada di rumah, Jeonghan mencari dimana namja tampan itu berada, sialnya ia malah tersesat ke tengah hutan. Jeonghan terduduk lesu, tubuhnya bahkan basah karena hujan, kakinya terkilir karena terjatuh tadi.

"Apa yang kau lakukan disini?" tanya Wonwoo dingin.

"Cih! Apa yang ku lakukan disini? Kau pikir kenapa? Dasar brengsek!" teriak Jeonghan kesal.

Wonwoo terdiam, Jeonghan menangis disana, ini yang paling menyakitkan untuknya, menyakiti Jeonghan, Wonwoo benar-benar merasa buruk sekarang. Ia tidak mungkin mempertahankan hubungannya dengan Jeonghan, itu artinya ia membiarkan Ayahnya menyiksa Jeonghan nanti. Wonwoo menatap Jeonghan dingin. Ini yang terakhir.

"Akhiri saja semuanya. Lagi pula kau akan kembali ke Seoul dan meninggalkanku." ujar Wonwoo.

"Apa maksudmu? Memang benar aku akan kembali ke Seoul, tapi aku tidak akan meninggalkanmu disini, aku akan membawamu kesana!" elak Jeonghan.

"Akhiri saja. Kau berhak bebas!" lontar Wonwoo.

"Wonwoo-yya, jangan pernah mengatakan hal itu!" bentak Jeonghan.

"Kalau begitu bercintalah denganku!" ucap Wonwoo.

Plakk

"Aku membencimu!" desis Jeonghan kemudian meninggalkan Wonwoo disana.

Mianhae...

-to becountinue-

The Last WerewolfTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang