Jeonghan berguling-guling tak karuan diatas kasur, wajahnya sudah memerah, jantungnya bahkan berdetak lebih cepat dari biasanya. Apakah boleh ia menyesal mengatakan hal yang tadi siang? Itu pasti karena suasana, Jeonghan berteriak histeris namun mulutnya ditutup oleh bantal. Malam ini, Jeonghan serasa bermimpi indah, malam ini ia dan Wonwoo akan... Kalian bisa tebak.
Treak
"Ah.. Kau sudah selesai mandi?" ucap Jeonghan.
Kenapa kau malah menanyakannya? Dasar bodoh! - Yjh
"Hn." balas Wonwoo singkat.
Namja tinggi itu berjalan kearah lemari dan mengeluarkan baju tidurnya, Jeonghan menghampirinya dan malah memeluknya dari belakang, matanya terasa perih, ia merasa bahagia tapi apakah itu yang dirasakan Wonwoo juga?. Wonwoo segera berbalik dan memakai bajunya, Jeonghan menatapnya sendu, Wonwoo benci tatapan itu.
"Tidurlah." ujarnya. Jeonghan menggeleng.
"Kenapa kau... Apa yang kau lakukan selama 5 bulan lalu hah? Ada apa dengan luka dipunggungmu itu?" lontar Jeonghan sambil terisak.
"Itu bukan urusanmu!" bentak Wonwoo. Jeonghan tersentak.
Wonwoo membulatkan matanya, ia baru saja membentak Jeonghan, itu salah. Jeonghan memukul pundaknya dan menangis lagi, ia tidak marah ataupun takut ketika Wonwoo membentaknya, ia malah semakin sedih. Ini semua salahnya karena meninggalkan Wonwoo. Wonwoo memeluk tubuhnya erat, untuk pertama kalinya ia menangis, rasanya semua bebannya terangkat.
"Hiks... Berjanjilah kau tidak akan terluka.." ucap Jeonghan. Wonwoo tersenyum tipis.
"Hm.." balas Wonwoo.
"Jawaban apaan itu?" desis Jeonghan. Wonwoo malah terkekeh.
"Aku janji.. Sekarang, tidurlah." ujar Wonwoo.
Jeonghan malah menatapnya tajam, apakah itu hanya pikiran Jeonghan saja? Wonwoo menatapnya bingung, kenapa Jeonghan malah terlihat kesal?. Namja cantik, manis itu membelakanginya sekarang, mengerti sedikit, Wonwoo langsung memeluk tubuh namja itu dari belakang dan mencium tekuk leher Jeonghan mesra. Jeonghan tersenyum manis, ia pun terlelap.
Terik mentari mengusik tidurnya, Jeonghan membuka kedua netranya perlahan, terasa berat, pandangannya teralih pada sosok namja tampan yang masih asik tertidur disampingnya. Jeonghan terkekeh dalam hati, melihat ekspresi tidur Wonwoo seperti bayi menurutnya sangat menggemaskan. Dan, Jeonghan merasa kalau Wonwoo semakin tampan.
"Jangan menatapku seperti itu." ucap Wonwoo. Jeonghan terkejut bukan main.
"K-kau sudah bangun?" Jeonghan malu, wajahnya bahkan merona.
"Hn.." gumam Wonwoo.
Wonwoo beranjak dari tempat tidur dan mengambil kacamatanya, Jeonghan yang melihat itu terkejut, sejak kapan Wonwoo menggunakan kecamata?. Wonwoo kembali duduk disamping Jeonghan yang masih menatapnya penasaran, senyuman tipis terpasang diwajahnya yang tampan. Jeonghan langsung menundukkan kepalanya, kedua pipinya merona, ketampanan Wonwoo memang mengalahkannya.
"Aku akan menyiapkan sarapan, kau mandilah." ujar Wonwoo sebelum keluar kamar.
"Anu.. Aku tidak membawa baju." lontar Jeonghan.
"Pakai saja bajuku." balas Wonwoo santai.
Setelah mandi, namja manis itu terpesona melihat pakaian Wonwoo yang tersimpan dengan rapih, namja tampan itu memang idaman. Jeonghan mencari-cari baju yang sekiranya cocok untuknya, ukuran pakaian Wonwoo lebih besar dari ukuran tubuhnya. Senyuman terpancar diwajah manisnya ketika mendapatkan yang cocok, sweater coklat dan celana jeans ketat.
Sweaternya kebesaran, bahkan menutupi hampir lutur, Jeonghan bergegas keluar kamar, langkahnya terhenti ketika melihat punggung lebar namja yang membuatnya jatuh. Wonwoo, namja itu sedang memasak sesuatu, dilihat dari jauh saja membuat Jeonghan hampir kehabisan nafas. Ia bahkan bisa melihat tetesan keringat mengaliri pelipis namja itu, auranya terasa menenangkan.
"Jangan hanya berdiri disana, bantu aku menyiapkan meja makan." lontar Wonwoo. Jeonghan langsung bergegas melakukannya.
"Makanlah yang banyak, tubuhmu kurus!" ujar Wonwoo.
"Nae!!" gumam Jeonghan kesal. Tapi, ia tersenyum setelahnya.
Boom!
"Mereka sudah mati!" ucap seorang bertopeng.
"Jangan sampai ada jejak." titah sosok lain.
Eomma.... Appa....
Jeonghan terbangun dengan keringat membasahi keningnya, mimpi buruk itu lagi, matanya mencari-cari seseorang, tapi tak ada siapapun disana. Jeonghan membuka pintu kamar, namun bukan Wonwoo yang ia temukan, tapi Mingyu. Namja tinggi itu terlihat terkejut melihat dirinya ada didalam kamar Wonwoo. Jeonghan hampir terjatuh, untung saja ada Mingyu yang menahan tubuhnya.
"Gwaenchana?" tanya Mingyu khawatir. Jeonghan hanya menggeleng pelan.
"Dimana Wonwoo?" tanya Jeonghan. Mingyu terdiam.
"Ah.. Dia sedang ada urusan. Dia memintaku untuk menjagamu. Mungkin sebentar lagi dia kembali." jawab Mingyu.
Seperti yang dikatakan oleh Mingyu, Wonwoo kembali sekitar 16 menit kemudian, dengan pakaian yang sangat rapih, namja tampan itu menghampiri Jeonghan. Entah apa yang merasuki dirinya, Jeonghan berlari kearah Wonwoo dan memeluk tubuh namja itu erat, rasanya ia takut kehilangan Wonwoo. Ia sangat takut.
"Kim Mingyu, kau apakan dia?" lontar Wonwoo dengan aura kelam. Mingyu langsung ketakutan.
"Ak-aku tidak melakukan apapun hyung, sumpah!" ucap Mingyu.
"Wae?" tanya Wonwoo pada Jeonghan. Namja manis itu menggeleng.
Melihat ada sesuatu, Mingyu langsung pamit untuk menginap di hotel, untuk apa dia di apartement kalau ia bertahan disana, yang ada Wonwoo pasti akan memarahinya karena masalah sarapan. Jeonghan menyembunyikan wajahnya dengan bantal, ia seperti kucing yang takut kehilangan tuannya. Wonwoo masuk kedalam kamar setelah membersihkan diri, ia menatap Jeonghan bingung.
"Apa kau sakit?" tanyanya. Jeonghan tersentak kaget.
"Tidak.." jawabnya gugup.
Ini kacau!!! Kenapa jantungku terus berdetak aneh? Dan kenapa Wonwoo belum memakai baju atasnya sih!!! -Yjh
-to becountinue-