Always love with youJeonghan memunduk malu, ayolah semalam itu Wonwoo menemaninya tidur, harusnya itu adalah hal biasa untuk nya, tapi entah kenapa rasa yang ia rasakan sekarang berbeda dari dulu. Wonwoo memeluk tubuhnya erat, menyembunyikan wajah tampannya ditekuk leher Jeonghan.
Membayangkannya lagi membuat Jeonghan ingin menjerit kegirangan seperti gadis kecil yang berhasil mendapatkan makanan favoritnya. Kedengaran kekanak-kanakan, tapi itulah perasaan Jeonghan. Lupakan hal semalam, karena pagi ini Jeonghan duduk dipangkuan Wonwoo.
Namja tampan itu memintanya untuk duduk dipangkuannya, otomatis Jeonghan hanya menurut, Wonwoo membaca bukunya dengan serius, membuat Jeonghan bosan karena diabaikan. Namja cantik-manis, itu membalikkan tubuhnya, menghadap Wonwoo yang masih sibuk membaca.
Masih diabaikan, Jeonghan mendengus pelan dan melingkarkan kedua tangannya di leher Wonwoo, menyembunyikan wajahnya diperpotongan leher namja tampan itu. Tanpa sadar, ternyata Wonwoo sudah menanggalkan buku yang tadi dibacanya dan memeluk tubuh Jeonghan lembut. Terasa hangat.
"Jangan mengabaikanku." gumam Jeonghan. Wonwoo terkekeh pelan.
"Baiklah, maafkan aku." ucapnya.
Suasana sedikit canggung, Jeonghan mendehem pelan, entah kenapa bibirnya terasa kering, begitupun dengan tenggorokannya. Tapi tidak lagi ketika Wonwoo melumat bibirnya dan bermain dengan lidahnya. Jeonghan mengerang pelan, ketika Wonwoo menekan tekuknya lebih dekat.
Kegiatan mereka terhenti ketika seseorang membunyikan bel rumah, Wonwoo mendengus kesal, sementara Jeonghan terkekeh ketika melihatnya. Ia memberikan kecupan manis di bibir Wonwoo sebelum beranjak untuk membuka pintu. Tubuh Jeonghan menegang, kedua kakinya gemetar.
Wonwoo menghampiri Jeonghan dengan cepat, ia juga terkejut ketika melihat siapa yang berdiri diambang pintu. Segera ia menarik tubuh Jeonghan berada dibelakangnya, menggenggam erat tangan Jeonghan yang dingin. Matanya menyalang, sementara yang ditatap hanya tersenyum.
"I have something to tell you." ucap namja blasteran itu.
"Katakan." gumam Wonwoo.
"You're father, ingin menghancurkan bangsa manusia. Dia bahkan menguasai bangsa Vampire untuk kepentingan pribadinya." ucap namja itu sebelum menghela nafas.
"Jangan teruskan, tunggu aku di taman. Ada yang harus kuurus." titah Wonwoo, namja blasteran itu menghilang dengan cepat.
Wonwoo menghela nafasnya, kemudian berbalik, ia terkejut ketika melihat Jeonghan yang menatap kosong kedua tangannya sendiri. Ia masih syok dengan apa yang baru saja namja asing itu katakan pada Wonwoo. Ketika ia akan memeluk Jeonghan, namja cantik itu menghindar.
"Temui dia." gumamnya. Wonwoo menghela nafas dan pergi keluar.
Mingyu datang ke apartement karena mendapat telepon dari Wonwoo, kalau Jeonghan mengetahui semuanya sekarang. Satu yang ia takutkan, benar saja namja cantik itu duduk dengan pandangan kosong. Mingyu duduk disampingnya saja tidak digubris sama sekali.
"Jeonghan?" panggilnya. Tak ada jawaban.
"Aku akan jelaskan semuanya." ucap Mingyu.
"Apa kau manusia?" tanya Jeonghan.
"Tentu saja." jawab Mingyu.
"Lalu Wonwoo itu apa!" bentak Jeonghan. Mingyu tersentak.
"Namja yang baru saja datang mengatakan kalau ayahnya akan menghancurkan manusia dan dia bahkan sudah memperbudak Vampire! Sebenarnya siapa Wonwoo!" tubuh Jeonghan bergetar.
Mingyu membisu, ia tidak bisa mengatakan apapun karena yang harus menjelaskan adalah Wonwoo. Jeonghan sudah terlihat lebih tenang dari yang tadi, namja cantik itu bahkan menawarkan makan malam untuknya, Mingyu menerima. Wonwoo masuk kedalam rumah dalam keadaan yang mengenaskan.
"Hyung!" pekik Mingyu yang langung membantu Wonwoo berjalan.
Jeonghan terkejut, ia hanya diam. Wonwoo menatapnya sekilas dan meminta Mingyu membawanya ke kamar. Mingyu meringis ketika melihat luka tusuk diperut Wonwoo, untung saja ia sudah biasa, jadi ia tidak terlalu takut. Wonwoo menutup matanya lelah, pertarungan dengan Vernon memang melelahkan.
"Kau benar-benar melakukannya hyung.." gumam Mingyu miris.
Jeonghan masuk kedalam kamar dengan membawa seember air hangat dan handuk basah, ia meminta Mingyu untuk menyingkir dan sekarang dia yang duduk disamping Wonwoo. Namja cantik itu hanya menghela nafas dan membasuh wajah Wonwoo dengan lembut.
"Jeonghan, biar aku jelaskan..." gumam Mingyu.
"Tidak. Aku ingin Wonwoo yang menjelaskannya padaku." ucap Jeonghan tegas.
"Baiklah.. Kalau begitu aku pulang." pamit Mingyu.
Siapa kau sebenarnya?
Wonwoo meringis ketika merasakan perih di sekitar perutnya, ia baru ingat kalau ia baru saja mendapat luka tusukan. Kedua matanya perlahan terbuka, pandangannya meredup ketika ia tidak melihat sosok Jeonghan disana. Ia tertawa miris dan menunduk, ini yang ia takutkan, Jeonghan pergi darinya.
Treak
"Jeonghan?" gumam Wonwoo kaget.
"Hm." balas Jeonghan.
Namja cantik itu menghampiri dan duduk disampingnya, tak lupa semangkuk bubur dan air putih yang ia bawa untuk Wonwoo. Namja tampan itu kembali menunduk, tangan besarnya menyentuh kedua pipi Jeonghan dan bergumam sangat pelan, Wonwoo berterimakasih karena Jeonghan masih berada disisinya. Jeonghan menatap sendu namja tampan dihadapannya.
Kecewa? Tentu saja karena Wonwoo berbohong selama ini padanya tentang siapa dirinya. Tapi, disisi lain ia merasa sedih melihat Wonwoo yang lemah. Jeonghan tersenyum tegar, ia menatap wajah Wonwoo dalam dan mengecup bibir namja tampan itu lembut. Wonwoo tersentak ketika mendapat ciuman dari Jeonghan. Namja cantik itu tersenyum kearahnya.
"Ayo, makan buburnya dulu, lalu minum obat." ujar Jeonghan.
"Gomawo." ucap Wonwoo.
Tbc-