Chapters 3

173 22 0
                                    

"Kau membuat pilihan yang buruk!! Kenapa kau tega membunuh kami!! Kawananmu sendiri!!"

"Wonwoo-yya... Eomma... Menyayangimu..."

"Kau.. Anak yang tak tahu diuntung!"

"Jangan pernah menyakiti..."

Wonwoo pov

Mimpi itu terasa nyata, kuusap keningku, peluh terus membasahi, sayup-sayup kudengar seseorang tengah memasak di dapur. Itu pasti Mingyu, aku akan memarahinya karena kemarin ia tidak menyiapkan sarapan untukku. Langkahku terhenti ketika melihat siapa yang ada disana, Jeonghan, namja itu menatapku terkejut. Pasalnya aku tidak memakai baju atasan karena aku baru saja bangun.

"Ma-maaf." gumamnya.

"Lanjutkan saja." ujarku datar.

Tubuhnya terlihat lebih kurus, apakah dia makan dengan baik? Ah.. Lupakan. Aku pergi ke kamar karena suara ponselku berbunyi, ada pesan dari Mingyu, anak kecil itu memang kurang ajar, dia malah menyuruhku untuk meminta Jeonghan menginap saja. Apa-apaan itu?. Ku hela nafas panjang, sudah 5 bulan sejak Jeonghan benar-benar meninggalkanku. Itu yang terbaik untuknya, karena ia bisa saja dalam bahaya waktu itu.

Tok tok tok

"Sarapannya sudah siap." ucapnya.

"Hn. Baik." balasku gugup.

Kalau dilihat, Jeonghan sedikit berbeda dengan tatanan rambut yang seperti namja pada umumnya, dulu rambutnya seperti perempuan dan ia terlihat cantik. Kali ini ia terlihat manis dan aku merindukan rona di pipinya itu. Ia mungkin menganggapku hanya pemain, menyukai tubuhnya saja, sejujurnya itu tidak benar, aku mencintainya, bukan karena wajah, tubuh atau kekayaan.

"Apakah makanannya tidak enak?" tanyanya gugup.

"Ini enak." sanggahku.

"Kalau begitu aku pergi." lontarnya.

Entah apa yang merasukiku, tangan yang sejak tadi memegang sendok kini malah menggenggam erat tangan kurus itu. Jeonghan menatapku terkejut, matanya mengisyaratkan ketakutan yang sama seperti waktu itu. Apakah aku semenakutkan itu?. Ia menunduk dalam, aku pun hanya diam menatapnya. Tanpa basa-basi kutarik tubuhnya kedalam pelukanku.

"Eh?" kejutnya.

"... Beogeoshippo..." gumamku. Kali ini aku mengatakannya.

Kurasakan genggamannya semakin erat, suara isakkan bahkan terdengar jelas. Kali ini Jeonghan menangis dengan kencang dalam pelukanku, tangannya bahkan memukul pundakku. Kuusap punggungnya yang bergetar hebat, kubelai rambutnya dengan lembut. Jeonghan menjauhkan tubuhnya dariku, menatapku sendu.

"Nappeun!" ucapnya pelan.

"Mianhae.." gumamku.

Wonwoo pov end

Jeonghan mengulurkan tangannya, menyentuh wajah Wonwoo dengan lembut, selama ini yang ia rindukan, tatapan Wonwoo yang ia rindukan, senyuman tipis itu yang ia rindukan. Wonwoo menarik tekuk lehernya dan mengecup mesra bibir tipisnya, melumatnya dengan lembut, menghisapnya dalam-dalam. Lidahnya bahkan mulai bermain didalam mulut Jeonghan.

"Hmm.. Mmp.. Ekkh... Ah.." suara aneh itu keluar entah dari mulut siapa.

Wonwoo melepaskan tautannya dan mengusap bibir Jeonghan dengan ibu jarinya, rasa rindunya kini terbayarkan. Jeonghan menatap mata rubah yang semakin redup itu, ia mencari-cari dimana dan kenapa Wonwoo terlihat semakin asing baginya?. Jeonghan ingin bertanya, tapi entah kenapa bibirnya terasa kelu. Ia hanya bisa menangis dan memeluk tubuh namja itu.

"Hyaa!!! Apa yang kau lakukan?" teriak Jeonghan kaget. Wonwoo tiba-tiba membuka kancing bajunya.

"Aku ingin mandi." jawab Wonwoo polos.

"Ah... Be-begitu, ya sudah sana!" ucap Jeonghan gugup. Wajahnya bahkan sudah merona hebat.

Jeonghan menunggunya di ruang tamu, ia memainkan ponselnya sesekali karena bosan. Sebuah tangan menyilang didepan tubuhnya, punggungnya kini terasa basah. Hembusan nafas berat terasa di tekuknya, Jeonghan menahan nafas sekali karena rasa gugupnya. Wonwoo melepaskan pelukannya dan mengangkat tubuh Jeonghan, tubuhnya bahkan lebih ringan.

"Yakk!! Apa.. Yang.." lontar Jeonghan kaget.

"Tubuhmu ringan." komentar Wonwoo. Jeonghan melotot kesal.

"Ringan?? Kau bilang aku berat waktu itu.. Jadi.." Jeonghan menghentikan ucapannya. Hampir keceplosan.

Wonwoo mendudukkan tubuh Jeonghan dimeja makan, merapatkan tubuhnya ke tubuh Jeonghan, namja cantik itu langsung protes karena bajunya basah kuyup sekarang. Belaian tangan Wonwoo turun ke pinggangnya, satu tangannya yang lain membuka kancing baju yang Jeonghan pakai, namja cantik itu tidak bisa berkutik karena bibirnya kini dikulum oleh bibir Wonwoo.

Dalam hitungan detik tubuhnya sudah telanjang bulat, Wonwoo memandanginya dalam, Jeonghan langsung memeluk tubuh Wonwoo, membuat namja itu berhenti memandangi tubuhnya. Jeonghan sadar, ia melupakan sesuatu, Wonwoo tidak mencintainya, namja itu hanya mencintai tubuhnya. Tapi, Jeonghan mengkhianati pikirannya sekarang, ia merindukan Wonwoo.

"Aaahh!!! Ha!! Akhh!!!" desah Jeonghan tak karuan karena Wonwoo mengocok juniornya.

"Hen-tikan.. Ahh.." tubuh Jeonghan terkulai lemas, tangannya masih memeluk punggung lebar Wonwoo.

Wonwoo mengangkat tubuhnya, mendudukkannya dipangkuannya, Jeonghan membulatkan matanya ketika bagian bawahnya bersentuhan dengan junior Wonwoo yang sudah tegang. Gesekkan itu membuat keduanya mengerang nikmat, Jeonghan meremas pundak Wonwoo, ia tidak bisa menahan diri, apapun yang dilakukan Wonwoo nanti, ia pasrah. Walau harus berada diranjang.

"Enngg... Haaa...ahhh..." desah Jeonghan keenakkan. Mereka bahkan tidak melakukan apapun selain menggesek kemaluan mereka.

"Cukup." ucap Wonwoo. Jeonghan menatapnya bingung.

"Hah?" gumam Jeonghan.

"Maaf... Aku hampir lepas kendali." lontar Wonwoo.

"Apa maksudmu?" tanya Jeonghan bingung.

-to becountinue-

The Last WerewolfTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang