"Aku menyukai tubuhmu.."
Jeonghan meremas dadanya, terasa sesak dan begitu menyakitkan, air matanya saja tidak bisa membuat rasa sakit itu mereda. Jeonghan tahu itu, tapi entah kenapa, kali ini terasa sakit ketika Wonwoo mengatakannya secara langsung. Dengan sekuat tenaga ia pergi ke suatu tempat yang tidak akan ada orang yang tahu keberadaannya.
Paginya Mingyu mondar-mandir, namja tampan itu terlihat khawatir, bagaimana tidak, Jeonghan pergi dari apartementnya karena Wonwoo mengatakan kebohongan yang memuakkan itu. Mingyu ingin sekali membongkar semuanya, tapi ia tidak punya hak untuk itu. Sementara Wonwoo tidak melakukan apapun, selain diam dengan santainya membaca buku.
"Aaargh!! Hyung, cobalah hubungi Jeonghan! Bagaimana kalau hal buruk menimpanya?" lontar Mingyu frustasi.
"..."
"Hyung... Kau mencintainya, aku tahu itu. Kau mengatakan itu agar dia menjauh darimu!" teriak Mingyu kesal.
"Kau tenang saja, dia bersama mantan kekasihnya." ucap Wonwoo.
Jeonghan menatap pemandangan sungai han dengan tatapan sendu, semalaman ia berada ditempat itu, Seungcheol sudah membujuknya saat tahu Jeonghan tidak pulang ke rumah, tapi ia tetap menolak. Wonwoo berjalan dengan arogan memasuki sebuah kastil megah bernuansa putih itu, banyak pelayan yang menyambut kedatangannya.
"Welcomeback, my son." Mata rubah Wonwoo menatapnya tajam.
Ayahnya adalah yang paling menakutkan, dia bahkan bekerjasama dengan bangsa vampire jalang itu untuk menjebaknya, semua kematian bangsanya adalah karena Ayahnya, dia membuat semuanya terasa benar, namun nyatanya salah besar. Wonwoo tidak pernah membunuh.
"Apa maumu?" tanya Wonwoo dingin.
"Aku.. Hanya ingin kau membunuh Jeonghan." ucap Ayahnya spontan.
Wonwoo mentapnya tajam, ia bisa saja menjauhkan Jeonghan dari kehidupannya, tapi tidak untuk membunuh orang yang begitu ia sayangi. Ibunya bahkan berpesan agar Wonwoo menjaga namja manis itu, harus menjaganya. Wonwoo tidak menjawab karena ia langsung menghilang dengan cepat.
"Vernon, awasi pergerakannya." titahnya pada Vampire berwajah bule itu. Dibalas anggukan.
Jeonghan menggigit bibir bawahnya, hatinya mengatakan bahwa Wonwoo mungkin berbohong, tapi apa yang ia dengar adalah kenyataannya bukan?. Tanpa sepengetahuan Seungcheol, namja manis itu pergi ke perbatasan antara lautan dan daratan, tebing tinggi yang mengerikan. Mengakhiri hidup mudah bukan?.
"Eomma... Appa... Aku... Mencintainya... Aku tidak bisa membencinya... Aku... Hiks... Aku..." gumamnya sambil menangis.
".... Aku bahagia ketika dia menatapku dengan lembut..." gumamnya lagi, namun dengan senyuman.
"Aku bahagia, hingga rasanya aku ingin mati ketika melihatnya bersama orang lain..." lanjutnya.
Tap
Jeonghan tersentak kaget ketika seseorang menariknya agar menjauh dari tempat itu, seseorang yang menatapnya dalam, dingin, dan seseorang yang begitu ia rindukan. Jeonghan mencoba lepas, tapi kekuatannya habis entah bagaimana, sedangkan Wonwoo masih memegang tangannya kuat.
"Hiks... Hiks... Lepaskan.. Hiks.." rancau Jeonghan.
"Hiduplah bahagia dengannya, aku tidak akan muncul dihadapanmu lagi." ucapan Wonwoo membuatnya mendongak.
"Apa maksudmu?" tanya Jeonghan.
"Kekasihmu.. Kembalilah padanya." lontar Wonwoo. Jeonghan membulatkan matanya.
"Mwo? Aku tidak segila itu Jeon Wonwoo! Dia sudah menjadi milik orang lain, kau ingin aku mengusiknya?!" bentak Jeonghan kesal.
"Kenapa kau melakukan ini padaku?! Kenapa?!" teriak Jeonghan sambil memukul dada Wonwoo dan menangis.
Wonwoo membawa Jeonghan kembali ke apartementnya, disana Mingyu terlihat khawatir, ayolah kemarin dua orang itu menghilang tanpa jejak. Jeonghan duduk di sofa, Wonwoo disampingnya, dan Mingyu berada dihadapan mereka berdua. Wonwoo memilih diam, ia tidak tahu apa yang harus ia katakan.
"Hyung..." panggil Mingyu.
"Jeonghan..." panggil Mingyu.
"Aku akan pergi ke kolega, kalian baik-baik disini." ucap Mingyu, seolah-olah ia adalah orang tua dua namja itu.
Jeonghan menundukkan kepalanya, ia tidak suka hal ini, ia ingin seperti dulu, ketika Wonwoo bermanja-manja padanya, memintanya untuk tetap tinggal ketika ia belum tertidur, Jeonghan tersenyum miris ketika mengingat kejadian itu. Wonwoo menghela nafas kasar, ancaman Ayahnya membuatnya resah.
"Jeonghan/Wonwoo?" keduanya saling berhadapan.
"Kau duluan." ucap Wonwoo.
"Maafkan aku.. Karena sudah membuatmu kerepotan." gumam Jeonghan.
"Hn." balas Wonwoo seadanya.
Jeonghan menggigit bibir bawahnya, itu karena Wonwoo tak kunjung membuka suara setelah membalas ucapannya. Tapi tindakan Wonwoo membuatnya tersentak, namja tampan itu berada diatasnya sekarang, menyembunyikan wajahnya diceruk leher Jeonghan.
Hembusan nafas terasa menyapa tekuknya, Jeonghan menutup matanya, rasa nyaman hinggap dihatinya sekarang. Wonwoo mengecup lembut leher jenjang itu, menyesapnya sampai diempunya mendesah tertahan. Jeonghan menggeliat geli, sedangkan Wonwoo masih saja menjilat dan menyesap leher Jeonghan.
"Eunghh... Wonu... Ahhhk!!!" Jeonghan tersentak ketika tangan Wonwoo meremas juniornya.
"Hen-tikan!!" teriaknya, Wonwoo menghentikan kegiatannya dan menatap wajah namja manis itu.
"Mian, aku tidak bermaksud membentakmu... Aku... Hanya... Ugh... Malu..." gumam Jeonghan sambil menunduk.
Wonwoo tersenyum miris, ia tidak bisa melepaskan namja manis ini, tidak untuk kedua kalinya. Walaupun ayahnya yang memerintah, tapi bisakah ia bersikap egois sekali lagi? Ia tidak mau melukai namjanya lagi, cukup menyakitkan ketika melihat Jeonghan menangis. Apapun yang terjadi nanti... Ia akan tetap mencintai seorang Yoon Jeonghan.
"Saranghae Yoon Jeonghan!" ucapan Wonwoo membuatnya tersentak.
"I always love with you.." lanjut Wonwoo. Jeonghan terisak kencang.
"Menyebalkan!!! Aku.. Juga.." gumam Jeonghan. Wonwoo tersenyum jahil.
"Juga apa?" tanyanya.
"Mencintaimu.. Lebih.. Dari itu.." gumam Jeonghan dengan wajah bersemunya.
Manisnya ^^
-tbc