Chapters 2

176 24 0
                                    

5 bulan setelah Jeonghan kembali ke Seoul, namja cantik itu memakai jas resmi berwarna merah marun, gaya rambut yang rapih kebelakang dan Jeonghan terlihat lebih cantik sekarang. Para pegawainya bahkan sering memujinya karena memiliki kelebihan itu, dan sikapnya yang ramah membuat banyak orang menyukainya. Senyuman selalu terpancar diwajahnya, tapi air mata terus keluar dalam hatinya.

"Kau akan meninggalkanku."

Jeonghan menatap layar ponselnya, wallpaper ponselnya bahkan masih photo Wonwoo yang sedang tertidur pulas disampingnya saat itu. Jeonghan merindukannya, ia ingin sekali kembali ke tempat itu tapi mengingat kembali kata-kata dingin Wonwoo membuatnya sakit. Apakah karena hal yang berbau sex itu menjadi alasan kenapa Wonwoo mendekatinya? Bukan karena cinta?.

Tok tok tok

"Masuk." ucap Jeonghan.

"Direktur, investor dari luar negeri sudah tiba di ruang pertemuan." ucap Sekretaris Kim.

"Baiklah, aku akan kesana." ucap Jeonghan.

Di ruang pertemuan, Jeonghan terpaku ketika melihat siapa yang ia temui, namja tampan yang begitu ia rindukan, sosok yang sangat sangat ia cintai sampai sekarang. Pakaiannya terlihat cocok dan sangat elegan ditubuhnya yang tinggi. Jeonghan mencoba untuk mengatur ekspresi kagetnya, ia tersenyum dan menyapa dua namja yang berdiri didepannya itu ramah. Namja yang lain terlihat gugup karena belum terbiasa, tapi Wonwoo, namja tampan itu terlihat dingin.

"Selamat datang di Yoon Group." sapa Jeonghan.

"Wah!! Sambutan yang meriah!" lontar namja tan disamping Wonwoo.

"Terimakasih atas kunjungannya." ucap Jeonghan.

"Tak usah formal, kurasa kita seumuran. Perkenalkan namaku Mingyu, Kim Mingyu. Dan ini hyung ku, Jeon Wonwoo." ucap namja tan itu.

Wonwoo... Kau tidak mengganti namamu.. Dan.. Kau masih sama..

"Salam kenal." balas Jeonghan.

Jeonghan pov

Pertemuan pertamaku dengan Wonwoo, dia masih sama tapi entah kenapa dia terlihat asing. Tatapan matanya pun semakin datar dan kosong. Aku memang bodoh! Jelas-jelas aku meninggalkannya karena dia hanya mencintai tubuhku, bukan hatiku! Aku harus melupakannya, dia saja sudah melupakanku. Tapi... Kenapa aku ingin sekali menemuinya dan memeluknya?. Haha.. Kau memang sudah gila Yoon Jeonghan.

Takk

"Kenapa melamun di siang bolong begini hm?" tanya Seungcheol, mantan kekasihku setelah Wonwoo.

"Bukan urusanmu!" ketusku.

"Hey, kenapa kau marah? Ayo, kita makan malam!" ujar nya.

Alasan aku memutuskannya adalah karena dia terlalu baik, aku tidak pantas untuknya, aku hanya namja yang tidak bisa melupakan masa lalu. Seungcheol membawaku ke restoran bintang lima, dia memang romantis tapi entah kenapa aku tidak bisa menerima itu. Sialnya lagi itu semua karena Wonwoo. Hubunganku dengan Seungcheol berjalan dengan baik walaulun kami hanya sekedar teman, dia juga sudah memiliki kekasih bernama Jihoon.

"Wajahmu terlihat pucat." ucapnya miris. Aku hanya terkekeh.

"Istirahatlah yang banyak, badanmu saja lebih kurus sekarang." tegurnya. Aku pun tersenyum tipis.

Setelah makan malam, aku kembali ke apartemen. Selesai mandi, aku duduk dibalkon kamar untuk menghirup udara dinginnya malam. Mengingat masa-masa dimana aku merasakan kehangatan yang begitu kurindukan, tanpa sadar aku menangis dalam diam. Ponselku berdering, melihat layar ponsel tertera nomor Mingyu yang memanggil, namja itu memang so akrab.

"Halo?" tanyaku.

"Jeonghan gawat!"

"Ada apa?" tanyaku khawatir, apakah ada yang salah?.

"Aku melupakan sarapan pagi Wonwoo hyung, dan aku malah berangkat ke London sekarang. Bisa kau datang jam 3 pagi untuk menyiapkannya? Kujamin perusahaanmu akan membuka cabang di London!."

Panggilan pun terputus sebelum aku mengeluarkan protes, apa-apaan itu tadi, dia kira aku ini teman akrabnya? Untuk apa aku ke rumah Wonwoo?. Kurasa aku termakan ucapan ku sendiri, kupandangi bangunan megah itu, terlihat sepi, apakah dia tinggal sendirian?. Kunci rumahnya pun Mingyu memberikannya padaku tadi malam. Kenapa aku malah datang?.

"Permisi?" gumamku ketika membuka pintu.

"Ah.. Aku lupa, ini kan baru jam 3 pagi.." gumamku.

Jeonghan pov end

Sarapan siap pada pukul 4 pagi, Jeonghan membuat makanan yang bisa ia buat dengan bahan-bahan yang tersedia dalam kulkas. Senyuman terpancar diwajahnya, masakannya mungkin enak, ia sangat lihai dalam memasak sekarang. Karena sudah selesai, ia pun bergegas untuk pulang, bisa gawat kalau ia bertemu dengan Wonwoo sekarang. Jeonghan berjalan mengendap menuju pintu keluar.

"Apa yang kau lakukan disini?" suara itu... Jeonghan merindukannya.

"Ehm.. Aku.. Hanya membuat sarapan." jawabnya gugup.

"Terimakasih, kau boleh pergi." ucap Wonwoo datar.

Jeonghan membalikkan tubuhnya, mata indahnya terbelalak karena tubuh Wonwoo tepat dihadapannya sekarang, jadi dari tadi namja itu berdiri di belakangnya?. Jeonghan mundur satu langkah, punggungnya menyentuh daun pintu, Wonwoo mengulurkan tangannya kearah Jeonghan, jemarinya mengusap lembut wajah cantik Jeonghan. Ia juga merindukan Jeonghan.

"..."

Beogeoshippo

"..."

Beogeoshippoyo

"Aku antar kau pulang." ujar Wonwoo.

"Ehm." balas Jeonghan.

Didalam mobil tak ada seorang pun yang membuka percakapan, Jeonghan terus menundukkan kepalanya dalam, ia menahan rasa rindunya, sangat menyakitkan, Jeonghan ingin menangis dan menumpahkan segalanya pada Wonwoo. Bahwa ia merindukan namja itu, bahwa semua perasaan bencinya sia-sia saja, dan malah rasa cintanya semakin dalam. Jeonghan ingin mengutarakannya.

"Sudah sampai." ucap Wonwoo.

"Terimakasih." ucap Jeonghan kemudian keluar dari mobil milik Wonwoo.

-to becountinue-

The Last WerewolfTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang