57. Restu Yang Pupus -2-

7.7K 641 93
                                    

Disclaimer : Naruto belongs only to Masashi Kishimoto
Alternate Universe Love Story Of Naruto and Hinata

"Kaa-chan..." Sekali lagi Hinata panggilan itu... namun kedua tangan putih Kushina yang mendingin itu tetap terlepas dari genggamannya. Mutiara lavendernya memelas penuh harap pada wanita paruh baya yang sudah ia anggap sebagai ibu sendiri.

"Permisi..." Suara wanita yang semasa gadisnya menyandang Klan Uzumaki itu terdengar begitu parau, sisa-sisa tangis masih tersisa di tenggorokannya.

Tak tahukah Hinata? Beberapa menit yang lalu Kushina baru saja meraung-meraung seperti orang gila saat melihat Puteranya kembali dengan keadaan hampir meregang nyawa. Kembali dari menyelamatkan gadis yang ia harapkan menjadi menantunya, gadis yang mala mengantarkan putera satu-satunya pada kehancuran.

Hinata yang tadinya berjongkok di hadapan Kushina, kini terduduk sempurna, akibat terkejut karena sikap dingin wanita ramah itu, atau mungkin terkejut karena tiba-tiba Kushina berdiri dan berjalan mejauhinya. Ibu satu anak itu nampak berdiri di hadapan kaca besar yang di tutupi tirai biru, dimana di baik tirai itu masa depan sang Putera tengah terputus.

Manik kelabunya tak henti menderaikan air mata, ibu mana..., ibu mana yang bisa baik-baik saja ketika melihat Sang Putera kehilangan organ tubuh vitalnya, dan Kushina merasa itu semua adalah salahnya. Salahnya karena memaksa sang Putera memperjuangkan seseorang yang sama sekali tak mencintai Puteranya.

Sama halnya dengan Hinata, tatapan mutiara lavendernya tiba-tiba kosong. Melihat untuk pertama kalinya Kushina dalam keadaan hancur sehancurnya seperti saat ini membuat batin Hinata remuk redam. Rasa bersalah berkecamuk dalam benaknya dan itu membuat kinerja aliran darahnya tak menentu.

"Sebaiknya kau pulang..."

Sedikit tersentak, Hinata menoleh siapa pemilik suara bijak itu. Pria paruh baya yang mewariskan hampir semua ciri fisiknya itu pada Naruto, tersenyum lembut padanya seraya menepuk pelan bahunya. Minato berjongkok di sampingnya, pri paruh baya nan bersahaja itu masih nampak hangat seperti biasanya.

"Apa Kaa-chan membenciku...?" Tanya Hinata lirih dengan pandangan mengiba pada Minato.

Kembali, Minato tersenyum meneduhkan sambil menggeleng. "Dia hanya sedang sedih... Tak perlu kau pikirkan, semua akan membaik seiring berjalannya waktu..."

Hinata merasa sedikit lega, ketika kehangatan menyentuh kepalanya. Minato menepuk pelan pucuk kepalanya.

"Aku harus pulang kemana...?" Tanya Hinata lirih seraya menundukkan pandangannya. Ia memandang ubin yang di jatuhi oleh air matanya. Tak salah ia bertanya seperti itu, mengingat gelagat sang Ayah dan Kakak yang terang-terangan menunjukkan gelagat menolaknya saat pertemuan mereka yang terakhir.

"Mereka menunggumu..."

Hinata mendongak mendengar perkataan Minato, ia melihat jari telunjuk kepala keluarga Namikaze itu menunjuk ke arah di belakang punggungnya. Ia mengikuti arah telunjuk Minato, antara bahagia dan tidak percaya, Hinata kembali menunduk ketika memandang dua pria dengan surai cokelat sebahu yang di tunjuk Minato.

"Kurasa mereka mengajakmu pulang...." Minato menepuk sekilas bahu Hinata.

...

"Hiashi-sama, kita sudah sampai."

Limousine hitam keluaran Pabrik Toyota Century Royal Japan itu, berhenti di teras mansion paling megah di Distrik Setagaya. Mansion milik salah satu Klan terkaya di Negeri Macan Asia, Hyuuga.

Sweet DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang