Lara mengerjapkan matanya dan tersadar dari keterkejutannya didekati oleh Indra. Lara mundur perlahan namun kakinya yang terantuk sofa membuat dia terjatuh dan terduduk di atas benda empuk itu.
"Kamu sebenernya siapa?" tanya Indra lagi dengan suara yang lebih dingin, menusuk indra pendengaran Lara seakan membekukan setiap inci tubuh wanita itu.
Wanita bermata bulat itu berpikir sejenak. Dia tidak mengerti dengan maksud Indra. Cinta pertama? Siapa? Pacaran pun Lara tak pernah.
Indra membungkukan badannya condong ke arah Lara. Kedua tangannya bertumpu di sofa, membuat Lara kini terkurung oleh Indra dengan suasana yang terasa mencekam.
"Ayo jawab!" suara Indra sedikit keras membuat Lara menutupkan matanya.
"A-aku ga tau maksud kamu tuh apa. Ya ... aku Lara, siapa lagi? Hantu?" Lara tergagap. Dia mengatur napasnya yang mulai memburu ketakutan.
Indra melihat perubahan kondisi Lara. Tangan mungil istrinya yang gemetaran dan wajahnya yang menunduk, menandakan Lara benar-benar takut kepada sosok pria temperamen di hadapannya.
Indra melepaskan Lara dari kurungannya dan menyilangkan tangan di dada. Ketakutan Lara tidak membuat Indra berhenti menanyakan hubungan kakak satu-satunya itu dengan istrinya.
Lara memperbaiki duduknya dia mengangkat perlahan kepalanya untuk melihat wajah suaminya. Namun, seketika tatapannya kembali dia alihkan ketika melihat Indra yang masih menusuknya dengan tatapan sedingin es, seakan tatapan itu dapat membekukan apa yang ia lihat.
"Jujur ..., aku nggak tau siapa Andri? Cinta pertama apaan? Kayaknya obrolan kita ga bisa diterusin, deh," ucap gadis berambut ombre itu dengan hati-hati.
"Andri, orang yang tadi mengantarkan kamu ke sini," ujar Indra, masih dengan suara tegas.
Lara terdiam sejenak. "Oh, kakak kamu?"
"Kalo otak kamu nggak sengklek, pasti kamu bisa jawab dia itu siapa."
Lara mendengus. Padahal hari ini pertemuan pertamanya dengan Andri. Kenapa Indra mengira kalau Lara dan Andri itu sebelumnya pernah bertemu?
"Gini deh. Aku butuh istirahat. Aku bakal cari itu siapa namanya ..., mmm ..." Lara seakan tengah berpikir. "Ah, ya, Andri. Aku bakal cari orang itu di dalam mimpi. Siapa tau, nanti aku ketemu sama yang namanya Andri. Kalo ngga, seengganya aku bakal ketemu si Ilham yang ngasih tau siapa Andri itu, dan apa hubungannya sama aku. Oke?" tawar Lara.
Laki-laki itu pun menganggukan kepala. Jam dua belas kurang, gadis itu menolehkan kepalanya ke salah satu ruangan yang terdapat jam dinding berwarna hitam dengan roda gerigi yang menghiasi jam. Persis roda motor dinamo transparan yang menggerakkan benda berdetak itu.
"Oke, aku setuju. Kamu mimpi aja dulu yang indah," kata Indra.
Helaan napas terdengar dari wanita di hadapan Indra.
"Tapi ...," seketika kelegaan Lara berubah menjadi ketegangan. "besok jangan lupa bikin sarapan."
Lara menghela napas. Kirain apaan.
"Oke, besok aku bikinin nasi goreng."
"Eh, sorry ya, aku ga pernah sarapan nasi goreng," tukas Indra.
Lara mengernyitkan dahinya, menatap Indra dengan wajah bertanya. "Terus, kamu mau sarapan apa?"
"Spaghetti Aglio Olio."
"Hah?"
***
Setelah tidur hanya dua jam, Lara harus kembali bangun di pagi hari karena permintaan sang suami yang begitu sulit baginya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dating After Marriage [END]
ChickLitSUDAH TERSEDIA DI BAKBUK.ID Highest rank #8 - 15 Maret 2018 Ini bukan harapannya. Bukan cita-citanya. Terpaksa menikah di usia muda dengan pria yang baru dikenal semalam. Menjadi istri seorang gamers, menghadapi masalah pekerjaannya, dan hidup ber...