"Oh, thanks God," gumam Lara ketika tahu siapa yang menjadi kliennya.
"Selamat siang, Pak." Lara berbicara formal kepada orang di hadapannya. "Sebelumnya saya mohon maaf sebesar-besarnya karena telah membuat Anda menunggu terlalu lama."
"Hei, Ra. Ga usah formal gitu, kali. Lo emang lupa siapa gue?" tanya pria itu dengan senyum menawan.
Lara membalas senyuman itu dan menunduk. "Saat ini saya sedang bekerja. Sudah seharusnya saya bersikap seperti ini."
Wanita berkulit putih itu pun duduk di seberang kliennya dan mulai mengeluarkan berkas-berkas yang ia bawa. Tak lama, seorang wanita berkerudung yang merupakan salah satu perwakilan dari pihak notaris pun memasuki ruangan di mana dilangsungkannya akad kredit.
"Mohon untuk disimak baik-baik." Lara memulai membacakan kertas yang ada di hadapannya. "Berkas pengajuan kredit atas nama Ferdinan Sinaga, nomor KTP ...." Lara membacakan isi dokumen dengan serius.
Sementara Ferdinan menatap Lara dengan intens. Menyapukan pandangannya ke setiap detail wajah Lara. Mata, hidung, bibir, pipi, bahkan bibirnya pun tak terlewat.
"Ternyata, kamu cantik juga, ya. Menarik," celetuk Ferdinan dengan senyum menawan tercetak di wajahnya.
Lara menghentikan sejenak pembacaan dokumennya dan kembali melanjutkan aktivitasnya yang sedang tertunda.
"Pantesan aja Indra ga nolak dikawinin kalau ceweknya semenarik kamu. Beda sama waktu di kelab."
Kali ini, Lara menghentikan aktivitasnya dan menatap tajam ke arah Ferdinan. Wajahnya memerah menahan marah dan malu. "Mohon untuk fokus menyimak apa yang saya katakan. Saya tidak bertanggung jawab apabila ada kesalahan yang terjadi karena kelalaian Anda."
"Oh, oke, Ra. Slow, baby," Pria gagah itu menenangkan Lara dengan menampilkan senyum terbaiknya. Namun asal tahu saja, rasa kesal Lara sama sekali tidak berkurang walaupun Ferdinan membuat wanita di sebelah Lara menahan pekikannya.
Lara kembali fokus ke berkas yang ada di genggaman tangannya. Ia lanjut membacakan poin-poin penting yang harus Ferdinan ketahui.
"Kalo marah, makin gemes ya. Udah nyobain punya Indra, belum? Kalo Indra ga pengen, boleh dong nyoba--"
Brak!
Gebrakan meja membuat Asti dan Ferdinan tersentak. Emosi Lara sudah tak terbendung. Dia memukul meja sekeras-kerasnya, mengeluarkan seluruh kekuatannya yang tertumpu di telapak tangan.
"Kita selesaikan secepatnya!"
Ferdinan kemudian terkekeh yang kembali mendapat hadiah pelototan dari Lara. Wanita itu segera membalik arah dokumen kepada Ferdi untuk segera ditandatangani oleh pria berdarah Tionghoa itu.
Namun dasar Ferdi, dia tak henti menggoda Lara sehingga proses akad kredit yang biasanya paling lama memakan waktu satu jam, kali ini menghabiskan waktu dua jam lebih.
Setelah proses yang cukup lama, akhirnya akad kredit diakhiri dengan jabatan tangan. Antara Ferdi dengan Lara juga Asti dari pihak notaris.
"Datang terlambat, melotot, memberikan tatapan tak bersahabat, menggebrak meja, dan perlakuan-perlakuan yang tidak menyenangkan, perlu dilaporkan kepada atasan Anda?" goda Ferdi yang kemudian bersiap mengeluarkan ponselnya.
Mata Lara membulat dan ia menggigit bibir bawahnya sambil meringis. "Ah, ga usah formal gitu, kali. Kan akad kreditnya udah beres," ucap Lara sambil mencegah Ferdi mengeluarkan ponselnya. "Ntar, kalau aku dipecat, mau makan apa?"
"Kan masih ada Indra," balas Ferdi datar.
Lara memutar bola matanya. Dia tidak bisa diharapkan. Pagi ini aja udah abis dua ratus ribu dan sama sekali makanannya nggak dia sentuh. Kan kamvret. Batin Lara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dating After Marriage [END]
ChickLitSUDAH TERSEDIA DI BAKBUK.ID Highest rank #8 - 15 Maret 2018 Ini bukan harapannya. Bukan cita-citanya. Terpaksa menikah di usia muda dengan pria yang baru dikenal semalam. Menjadi istri seorang gamers, menghadapi masalah pekerjaannya, dan hidup ber...