72. Pembunuhan Yang Gagal

4.9K 494 48
                                    

Setelah berbincang-bincang dengan raja Shinbel di ruangannya, kami bertiga keluar menuju kota. Para prajurit telah mengetahui siapa Lein dan Iliya, jadi mereka membiarkan kami lewat, walau sebenarnya sempat ditanya siapa aku. Dengan penjelasan singkat dari Iliya, kami berhasil keluar dari istana.

   "Ya ampun, ternyata merepotkan ya berjalan bersamamu, Ibane."

   "Itu karena aku memang tidak dan tidak ingin terkenal."

   "Baik baik."

Iliya menjawab pertanyaanku dengan kedua bahunya yang terangkat ke atas untuk sesaat, sedangkan Lein hanya tersenyum. Karena Lein dan Iliya memiliki tempat tinggal sendiri di kota ini, kami akan berpisah sebelum sampai di kota. Sambil berjalan, kami berbicara tentang rencana penyerangan dan tentu saja diriku.

   "Ibane, apa kau yakin hanya enam orang? Aku tahu kalau kau memiliki kekuatan yang luar biasa, tapi jumlah itu benar-benar sedikit."

   "Aku tidak memerlukan pasukan besar, aku hanya membutuhkan rekan yang dapat dipercaya. Dan tentu saja yang berkemampuan hebat."

Mendengar jawabanku, Iliya tersenyum. Lein hanya mendengarkan percakapan kami dengan tenang. Apa gunanya jumlah besar tapi tidak memiliki kekuatan? Itu sama halnya dengan sekerumunan ayam yang menantang seekor serigala lapar.

Yang kupikirkan adalah sekelompok serigala yang menantang sekelompok serigala lainnya untuk memperebutkan kekuasaan suatu wilayah. Jika kekuatan yang sama bertabrakan, maka keduanya akan hancur atau salah satunya menang, paling tidak itu menurutku.

Sampai di kota, kami pun berpisah dan mereka berdua berjalan ke arah kediamannya masing-masing. Aku melangkahkan kakiku menuju penginapan yang kutempati di bawah naungan langit biru cerah.

Sebelum kembali ke penginapan, kurasa aku akan mampir ke sebuah toko sihir untuk membeli sesuatu yang dapat kupakai untuk persiapan menyerang Ouroboros nanti. Ada kemungkinan juga aku akan bertarung dengan Demian, sang ketua teroris, jadi aku harus mempersiapkan semuanya dengan matang. Belum lagi kelihatannya ada pengguna mana alam di pihak mereka, ini akan sulit.

Untuk itu, aku mengubah langkah ke arah kiriku. Kenapa? Karena secara kebetulan, toko sihir yang kucari telah ada di sampingku. Aku berjalan masuk ke dalam dan mencari beberapa keperluan yang kuperlukan.

Setelah membeli beberapa barang yang kubutuhkan, aku berjalan keluar menuju sebuah restoran. Karena hari masih siang dan perutku juga mulai meminta makan, jadi aku memutuskan untuk makan sebelum kembali ke penginapan.

Sampai di restoran, aku memesan nasi goreng daging dan secangkir kopi. Seperti biasa, aku selalu memperhatikan gerak-gerik para pelayan restoran ini agar dapat mengajari para mantan budak yang kuselamatkan. Ngomong-ngomong, hampir setiap malam sebelum tidur aku selalu menghubungi Lestia dengan [Radiophone].

Aku telah memberinya kotak kayu kecil yang dapat digenggam satu tangan dengan lingkaran sihir di sana, jadi kami bisa berkomunikasi tanpa mempedulikan jarak. Untukku, aku tidak perlu kotak kayu tersebut karena aku dapat langsung menggunakan [Radiophone]. Tapi aku juga butuh konsentrasi besar agar mananya dapat menghantarkan suaraku sampai di Lifozo sana.

   "Akademi Lubia telah jatuh, apa kau tahu?"

   "Ya. Rumornya teroris Ouroboros-lah yang menyerang."

   "Apa kau tahu alasannya?"

   "Kalau tak salah mereka mengincar senjata rahasia yang di simpan di sana."

   "Eh? Serius? Aku bahkan tidak tahu jika akademi menyimpan senjata rahasia."

   "Istrinya temanku melihat sekelompok orang berjubah hitam menarik meriam besar. Kelihatannya itu adalah senjata rahasianya."

Restart For New Life In Another World : Vol 3 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang