66. Tantangan

5.1K 454 59
                                    

Aku berjalan lurus menuju akademi setelah berpisah dengan Julie di alun-alun kota. Sesuatu yang kulihat di hutan saat bersama Julie itu berbahaya, sangat berbahaya. Aku harus melaporkannya kepada kepala sekolah. Ketika aku sampai di akademi, aku langsung menuju ruangan kepala sekolah untuk membicarakan hal ini.

   “Ibane?”

Langkahku berhenti saat namaku dipanggil. Ketika aku menoleh ke belakang, aku melihat Iliya sedang membawa beberapa kotak dengan kedua tangannya, tapi pastinya menggunakan sihir. Ia terlihat kebingungan melihatku berjalan di lorong akademi saat malam seperti ini.

Aku hanya terdiam ketika melihatnya masih berada di akademi. Seorang murid yang masih berjalan-jalan di lorong malam seperti ini, itu berbahaya.

   “Sedang apa kau di sini? Bukankah ini sudah malam?”

   “Ah, aku masih mengerjakan beberapa urusan sebagai ketua dari 7 pengawas di sini. Jadi sebelum urusan itu selesai, aku belum boleh pulang.”

Urusan macam apa yang harus dikerjakan oleh ketua 7 pengawas sampai lewat sore seperti ini? Jika dilihat dari apa yang ia bawa, ini pasti dari kepala sekolah. Kelihatannya ia memesan beberapa barang untuk pelajaran dan menyuruh Iliya membereskannya.

Aku melangkahkan kakiku dan berjalan mendekatinya, kemudian aku mengambil 4 kotak sekaligus dari tangannya. Ia terlihat terkejut ketika aku mengambil kotak-kotak tersebut tanpa izin darinya.

   “Apa kau ingin membantuku?”

   “Hm? Bukankah sudah jelas terlihat? Kenapa? Tidak boleh?”

   “Bukannya tidak boleh sih, hanya saja aku sedikit terkejut.”

Terkejut? Apanya? Lalu kami berjalan beriringan sambil membawa kotak-kotak ini.

   “Aku hampir tidak pernah dibantu oleh seseorang karena kekuatan sihirku yang terlalu kuat.”

Hm... terlalu kuat ya. Memang, jika dilihat dari tekanan mana yang ia miliki saat ini, ia setara dengan penyihir kelas C. Untuk standar murid akademi, kekuatan yang sebanding dengan penyihir kelas C itu sudah sangat-sangat kuat. Julie, Dean, Lucy, dan Lea juga memiliki kekuatan yang bisa dikatakan sekelas dengan penyihir kelas C.

Untuk Lestia, mungkin ia adalah penyihir kelas B, jika tidak menggunakan kelautan Yiela. Kalau aku... tidak perlu dijelaskan, jawabannya sudah terlihat sejak dulu. Dalam sihir, mungkin aku bisa dikatakan memiliki kekuatan di atas kelas S, tapi tidak untuk pedang.

Jika saja aku bertanding menggunakan teknik pedang murni dengan manusia terkuat saat ini, Rufia Polifalus, aku akan kalah. Aku tidak terlalu bergantung pada sihir karena ada kelemahan-kelemahan tertentu dari pengguna sihir murni.

Satu, jarak. Kebanyakan penyihir hanya dapat bertarung dengan baik jika lawannya tidak berada di dalam 5 meter dari dirinya. Kalau ada musuh yang dapat menerobos dengan mematahkan dan menghindari sihir yang dikerahkan, maka penyihir akan panik dan akhirnya kalah atau tewas dalam pertarungan tersebut, terutama jika lawannya adalah petarung jarak dekat.

Dua, terlalu makan waktu. Memang aku tidak perlu merapal mantra untuk mengerahkan sihir, tapi ini demi menjaga rahasiaku. Aku yang sekarang, dapat mengeluarkan sekitar 5 buah [Lightning Spear] dalam satu kali serang dengan kekuatan penghancur yang dahsyat, itu pun tanpa merapal mantra.

Tiga, tidak efektif. Tidak efektif di sini maksudku ketika melawan petarung jarak dekat. Seperti kelemahan sihir yang sebelumnya, jarak serang dan waktu yang digunakan untuk merapal mantra akan sangat membuang waktu jika sedang perang. Untuk orang seperti Aruhi, Gerrard, dan Hiraki, mereka tidak terikat dengan ketiga kelemahan tersebut karena memiliki teknik bertarung dalam jarak dekat, tentu saja termasuk diriku.

Restart For New Life In Another World : Vol 3 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang