Daniel memerhatikan bangunan sekolah yang sudah tak lagi terpakai sebentar, mengedarkan pandangannya ke seluruh sudut, pikirannya berputar soal bagaimana bisa mereka membiarkan bangunan sebesar ini tak terawat, dan suasananya pun sedikit membuat pria Kang itu merinding.
"Untuk apa kita ke tempat ini, Daniel?" itu Seong Woo yang bertanya. Tangannya semakin erat mencengkram lengan Daniel saat suara daun kering yang tertiup angin menyapa pendengarannya, entahlah untuk Seong Woo itu sedikit...menyeramkan.
"Aku ingin mengenalkanmu pada seseorang," ucap Daniel. Ia lantas menggenggam erat tangan Seong Woo, berjalan melewati bangunan sekolah menuju bukit yang masih nampak sedikit hijau di belakang sekolah.
"Makam?" Seong Woo menautkan alis. Pasalnya, selama ini Daniel tidak pernah bercerita padanya soal seseorang yang telah meninggal, selain kakek kesayangannya.
"Dia Kakakku." Daniel menghela napas pendek sebelum meletakkan karangan bunga yang ia bawa.
"Bukankah kau bilang jika Kakakmu di Amerika bersama Ayah juga Ibumu? Atau...kau punya Kakak lain selain Kang Dong Ho?"
Daniel menggelengkan kepalanya pelan sebagai jawaban dari pertanyaan Seong Woo barusan. "Dia Dong Ho...dia...sudah tiada, Seong Woo."
Ong Seong Woo mengerjapkan matanya berkali-kali, ia menatap Daniel yang tengah menatap makam yang ia katakana makam Dong Ho dengan tatapan yang sulit dijelaskan.
"Saat usiaku tujuh tahun, aku tidak sengaja mendorongnya saat kami berebut mainan yang dibelikan Ayah." Daniel menelan ludah, kemudian atensinya beralih pada Seong Woo yang berdiri tepat di sebelahnya.
"Dia terjatuh di tangga, dia mengalami pendarahan otak, hingga akhirnya nyawanya tak tertolong. Sejak itulah Ibu selalu menyalahkanku, dia bilang aku membunuh Kakakku, Ibu...membenciku, Seong Woo, dan Ayah...juga sama saja. Karena itulah, aku tidak pernah tinggal dengan mereka sejak usiaku delapan tahun, aku juga tidak mempunyai banyak teman sampai akhirnya aku bertemu denganmu di jembatan itu," lanjut Daniel.
Seong Woo mengusap punggung Daniel yang bergetar, yang lebih tua darinya itu sepertinya menangis. Seong Woo pikir jika dia tahu segalanya tentang Daniel, pemuda Ong itu kira jika Daniel yang ceria tidak memendam banyak luka, tapi nyatanya Seong Woo tak tahu apapun. Selama ini hanya dirinya yang dipedulikan Daniel, sedang dia tak pernah memedulikan Daniel, sepertinya.
"Karena itulah, Seong Woo...aku benar-benar tidak ingin kau berada jauh dari jarak pandangku. Aku sudah kehilangan Kakakku, aku kehilangan kasih sayang Ibuku, dan aku tak ingin sampai kehilanganmu." Daniel menatap Seong Woo dengan matanya yang sayu dan merah.
"Daniel," lirih Seong Woo.
"Maaf aku baru jujur padamu setelah tujuh tahun kita saling mengenal. Aku hanya tidak ingin membuatmu semakin kacau, Seong Woo. Aku ingin memberikan kebahagiaan sepenuhnya padamu, percayalah." Daniel berujar saat Seong Woo menghamburkan tubuhnya ke pelukan Daniel.
"Dengan mengabaikan rasa sakitmu? Bodoh!" Seong Woo mengumpat, kepalanya masih tenggelam di dada bidang Daniel.
KAMU SEDANG MEMBACA
O Sole Mio
Short StoryKarena matahari adalah bintang pusat dari tata surya, pun dengan Kang Daniel, dia adalah pusat dari segala kehidupan Ong Seong Woo.