Masa lalu, seburuk atau sebaik apapun akan selalu menjadi bagian hidup, sekalipun itu begitu memuakkan, menjengkelkan, menjijikan, semuanya tetap menjadi bagian yang pernah dilalui. Pun dengan masa lalu Seong Wu yang hampir semua yang mengenalnya tahu, tidak ada sama sekali kesan baik di dalamnya. Tangis, amarah, luka, benci, dan rasa putus asa menemani hampir dua puluh tahun hidupnya. bahkan ketika dia sudah menemukan seseorang yang menjadi alasan untuknya tetap tinggal, alasan dia tersenyum, dan tetap hidup rasa itu tetap mampir sesekali meski sering juga ia mengabaikan.
......
"Ada satu hal yang tidak akan berubah, dan kau harus tahu."
"Apa?"
"Hatiku, perasaanku padamu. Rasa sayangku sama sekali tidak akan berubah meski seluruh isi dunia berubah, atau...meski kau berubah."
Percakapannya dengan Daniel berbulan-bulan lalu, selalu terngiang di kepala Seong Wu, jangan kira jika pria pemilik tiga titik cantik di pipi kirinya itu akan lupa. Dia ingat, selalu, apapun yang Daniel ucapkan padanya.
Seong Wu menghela napasnya berat, menyimpan majalah yang baru saja ia ambil di meja kerja Daniel. Majalah edisi bulan ini yang membahas soal pengusaha-pengusaha sukses di usianya yang terbilang masih muda.
Seong Wu duduk di kursi di temani 'Duck' kucing baru yang dibeli Daniel, katanya supaya Seong Wu tidak bosan jika di rumah sendirian. Lalu kenapa nama kucing itu Duck? Bukannya itu artinya Bebek? Sederhana, Daniel bilang kucing itu mirip dengan Seong Wu, ketika pemuda Ong itu merajuk pada Daniel, bibirnya akan nampak seperti bebek. Tidak, Daniel bukan mengejek, baginya itu lucu. Tentu saja, karena apapun yang Seong Wu lakukan padanya, pria Kang itu akan menyebutnya lucu.
Seong Wu kembali memikirkan soal dirinya, hidupnya dan Daniel...Kekasihnya yang semakin hari semakin bersinar dengan karirnya, dengan semua kemapuan yang ia miliki. Sedang Seong Wu? Kuliahnya saja masih terkatung-katung, jangankan membantu Daniel, mengatasi kesulitan dirinya sendiri saja Seong Wu masih bingung. Terkadang Seong Wu ingin pergi menjauh, dari Daniel.
Tapi dia tahu, setiap langkah yang membawanya pergi, menjauh dari Kang Daniel akan menjadi kesalahan yang mungkin kata menyesal saja tidak akan cukup mewakilinya. Seong Wu membutuhkannya, menginginkan Daniel di hidupnya. Tapi...mengapa akhir-akhir ini pria Ong itu semakin merasa jika Danielnya semakin sulit untuk digapai? Harusnya ia tidak merasa begitu 'kan? Daniel selalu ada, kapanpun Seong Wu butuh.
"Kapan kau pulang?"
Seong Wu menempelkan ponsel miliknya ke telinga, satu tangannya sedang mengelus punggung Duck yang duduk di pangkuannya.
"Aku sudah di depan pintu," jawab orang di sebrang telepon yang tak lain adalah Kang Daniel.
"Lalu kenapa kau meneleponku? Kenapa tidak langsung masuk saja?"
"Aku ingin kesayanganku membukakan pintu untukku, menyambutku dengan senyum yang belum aku lihat selama sepuluh jam sebelas menit duapuluh lima detik."
Seong Wu merotasikan matanya sebal mendengar ucapan Daniel yang selalu saja begitu, meski samar pipi Seong Wu memerah juga. Seong Wu beranjak, ia berjalan malas ke depan pintu, membukanya, kemudian yang pertamakali ia lihat adalah Kang Daniel dengan cengiran khasnya. Seperti tertular cengiran Daniel, kedua sudut bibirnya pun ikut terangkat, melengkungkan senyuman yang membuat kedua matanya menyipit, membentuk bulan sabit. Dan hal lain yang Seong Wu dapatkan selain cengiran Daniel adalah kecupan di kening yang membuatnya salah tingkah.
KAMU SEDANG MEMBACA
O Sole Mio
Historia CortaKarena matahari adalah bintang pusat dari tata surya, pun dengan Kang Daniel, dia adalah pusat dari segala kehidupan Ong Seong Woo.