Prolog

95 31 17
                                    

Mei, 2007

Disinilah aku, di sebuah bukit kecil yang letaknya berada di sudut taman kota.

Saat ini aku tengah terdiam menatap sendu kearah langit yang menyajikan ribuan bintang yang berkerlap-kerlip disana.

Angin lembut pun kini mengalun, menyapu lembut helaian rambut ku yang sengaja ku gerai. Dalam diam pikiran ku pun mulai melayang, mengingat sosok laki-laki yang menjadi pengisi hati ku 2 tahun yang lalu.

Kau tahu? Aku disini merindukan dia. Sangat merindukan dia.

Dan demi melepas rindu ku saat ini, aku rela diam seorang diri di sebuah taman menatap bintang-bintang yang berada di langit.

Lalu, bagaimana dengan mu? Apa kau juga tengah sama menatap bintang dari negeri sana? Aku harap begitu. Sebab aku disini tengah merindukan mu.

***

Juli, 2004

Kisah ini dimulai ketika aku baru saja masuk di sekolah baru, awal pelajaran baru di SMA Binakarya.

Hi namaku Adira Capelania biasa di panggil Adira, dan untuk pertama kalinya aku masuk di sekolah swasta. Ternyata beda ya  sekolah di sini, ku kira akan sama saja dengan yang di negeri tapi ternyata tidak.

Dan saat ini aku tengah berada di kantin. Suasananya begitu ramai bagaikan di pasar, orang-orang pun perlu berlomba-lomba untuk mendapatkan tempat duduk disana.

Kebetulan pada saat itu tempat yang sedang ku duduki tengah kosong, karena mejanya hanya cukup untuk dua orang saja.

Tak ada kata permisi atau persetujuan, seorang laki-laki berkulit putih pun tiba-tiba saja duduk di hadapan ku.

Terkejut itu sudah pasti. Namun siapa sangka ketika aku akan memprotes, dia malah mendahului ku dengan mendongakkan kepalanya, menatap ku dengan intens.

Kemudian dia pun berujar “Boleh kan, aku duduk disini? Tak ada lagi tempat soalnya."

Aku malah diam dan membisu. Entahlah kata-kata yang ingin ku luapkan tadi seketika saja hilang, seolah-olah tak pernah terlintas di dalam otak ku.

Pada akhirnya aku pun hanya mengangguk, mempersilahkan. Entahlah kenapa bisa terjadi, semua itu benar-benar diluar naluri ku. Rasa canggung pun kini mulai melanda di sekeliling kami.

Tanpa diduga dia pun memperkenalkan dirinya.

“Ryuu Vegano, panggil aja Vega." Ucapnya sambil mengulurkan tangan.

Aku sempat terkejut dibuatnya namun ku hargai saja dia, memperkenalkan diriku juga dan membalas uluran tangannya.

“Adira, Adira Capelania."

Dia pun tersenyum padaku dan mulai memakan makanannya sendiri. Diam-diam aku pun memperhatikannya. Sambil memakan makanan ku sendiri.

Dan begitulah awal pertemuan kami. Kiranya untuk kisah ku yang selanjutnya akan ku ceritakan di bagian selanjutnya.

***

Gimana? Lanjut gak nih??

Komen ya?

Vote :)

Thank you!!

Dibalik BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang