Chapter 5

35 12 4
                                    

13 Juli 2004

Waktu menunjukkan pukul 16:35. Dan yang ku lakukan sekarang hanyalah berguling-guling tidak jelas di atas tempat tidur.

Entah kenapa suana hatiku tiba-tiba saja berubah sepulang sekolah tadi.
Kalau dipikir-pikir kembali, sepertinya aku tahu apa yang membuatku seperti ini.

Ini bermula ketika aku tengah menunggu mobil seperti biasanya. Dan tentunya bersama Fajria.

Tapi satu hal yang tidak biasa adalah, ada Vega kali ini. Dia sepertinya tidak membawa motor dan pulang menggunakan mobil umum.

Kala itu aku tengah berbincang bersama Fajria. Tiba-tiba dari arah gerbang sekolah, terlihat Vega keluar dan menghampiri tempat ku berada.

Tidak seperti hari-hari sebelumnya. Kali ini dia tersenyum. Asli aku senang melihat dia tersenyum seperti itu. Apakah aku boleh beropini bahwa dia sudah tidak lagi marah padaku?

"Hai Fajria?" Sapa Vega dari arah belakang Fajria.

"Oh hai kak Vega!" Sapa Fajria kembali.

Setelah mendengar Fajria membalas sapaannya. Aku pun langsung tersenyum kearahnya berharap dia akan membalasnya juga.

Bukannya membalas senyumanku dia malah memutarkan kepalanya kearah jalan. Seolah-olah dia tidak kenal kepada ku. Bahkan enggan untuk sekedar tersenyum.

Hatiku hancur tiba-tiba setelah dia memperlakukan aku seperti itu. Jika aku boleh melakukannya. Aku ingin menjambak rambutnya sampai rontok kalau bisa.

"Udah lama nunggunya?" Tanya Vega yang sudah pasti pada Fajria.

"Iyaa kak. Bener kan Dira?"

"Hahh? Oh iyaa udah lama." Jawab ku agak kikuk.

"Ohh."

Tak lama setelah percakapan singkat tersebut bus pun datang. Dan berhenti di hadapan kami.

Aku dan Fajria pun masuk kedalam bus tersebut. Disusul oleh Vega dibelakang kami.

Heran, sebenarnya dia orang mana sih? Padahal setiap kali aku pulang atau pergi sekolah tidak pernah satu kalipun melihat dia melewati jalan menuju rumahku. Tapi. Lupakan saja. Terserah dia.

***

Setelah beberapa menit diperjalannan, Fajria pun turun dari bus karena memang sudah sampai. Hingga akhirnya menyisakan aku dan Vega. Dan tak lupa juga dengan penumpang lain.

Asli canggung banget. Apalagi dia duduk tepat disampingku dengan mimik wajah yang begitu datar. Dia benar-benar menghindar dari ku rupanya.

Disetiap menitnya aku selalu menyempatkan diri untuk melirik ke arah Vega. Dan seperti yang sebelum-sebelumnya dia masih tetap kukuh dengan ekspresi yang sama.

Ku kira harusnya aku tidak melakukan hal bodoh macam ini. Kenapa aku tidak meminta maaf saja pada dia untuk masalah tempo lalu. Dasar! Bodohnya aku! Ini kesempatan yang bagus bukan?

Terserah apapun yang terjadi aku harus melakukannya. Mau dia nolak, ngebentak, acuh ke aku tidak peduli.

"Ehemm." Sekilas aku berdeham, untuk mengurangi rasa canggung ku.

"Kak?" Tanya ku.

Vega pun melirikkan matanya sekilas, sebelum dia bergumam singkat.
Setidaknya ada kemajuan sedikit.

"Aku.. mmm.." Tiba-tiba saja aku jadi kehabisan kata-kata.

Dia tetap diam tak ada niatan bertanya. Mengapa aku memanggil dirinya.

"Aku.. mau.."

"Kiri!"

"Ehh."

Dia tiba-tiba keluar dari bus begitu saja tanpa pamitan atau apapun itu terlebih dahulu.

Dasar cowok tak tau diri! Dia kira dia siapa?! Seenaknya saja pergi ketika aku masih ingin berbicara. Dia kira dia bos? Mentang-mentang kakak kelas.

***

Dari sana aku mulai benar-benar sebal pada Vega. Aku tak tahu apakah aku harus tetap minta maaf padanya atau tidak. Karena percuma juga, kalau dia selalu bersikap seperti itu.

"Hahh, lebih baik aku tidur saja. Terserah untuk masalah satu ini. Aku cape!" Ujarku sambil memejamkan mataku diantara boneka-boneka.

***

Note : aku saranin buat kalian untuk melihat tanggal yang ada di setiap part. Takut kalian kebingungan pas bacanya 😂.

Dan maaf juga kalau gaje. Asli dadakan banget 😣.

Jangan lupa 👉 VOMENT
Kasih kritik dan saran :)

Arigatou

Dibalik BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang