Dua bulan telah berlalu sejak upacara "Permohonan maaf" dimulai, dan aku tak kunjung akrab dengan warga Dagaz, ribuan nasihat dari Jungkook sudah kulakukan, namun hasilnya nihil. Huff..... masa bodoh jika bukan karena Jungkook yang meminta. Alih – alih akrab dengan penduduk desa, dalam dua bulan ini justru membuatku serasa semakin dekat dengan Fenris, mmm..... mungkin lebih pantas jika dikatakan dia adalah teman beragumen yang cukup nyaman. Setiap pembicaraan dengannya membuat diriku dapat menumpahkan semua pemikiranku dalam kata – kata, bahkan membuatku sedikit mengeluarkan berbagai perasaan yang selama beberapa tahun ini tidak pernah ada ...emosi..??... Kurasa aku mulai menyukai serigala keji ini. Banyak pendapat yang sepaham denganku. Dia sangat realistis, bahkan ia tak segan mengeluarkan kata-kata untuk mengucap kebenaran yang pahit.
Hari – hari berjalan dengan rutinitas yang tetap, tiap tim yang sudah dibagi menjalankan tugasnya sendiri – sendiri. Tatapan sebagian warga Dagaz pun juga tidak berubah, sorot mata yang seakan menyuruhku untuk meninggalkan desa, namun sebagian lainya masih menyisihkan hati nuraninya padaku. Ah... Aku baru sadar beberapa bulan yang lalu Dagaz membuat tim baru, tentu saja mereka tidak memberitahuku, hanya saja aku melihat mereka selalu mengumpulkan senjata – senjata aneh sejenis senjata yang digunakan tentara Valhalla. Aku mengetahuinya karena senjata tersebut terbuat dari logam mahal dan ada juga senapan, dilihat dari manapun, semua orang juga tahu tidak mungkin orang – orang seperti warga Dagaz mampu memproduksi barang-barang semacam itu.
Seperti biasa malam inipun Jungkook menemaniku pergi ke bukit untuk melantunkan doa permohonan maafku pada Fenris. Entah sejak kapan malam hari menjadi waktu yang kutunggu – tunggu setiap harinya, keberangkatanku menuju bukit. Aku mulai menikmati tiap detik aku bercakap dengannya serta percakapan malamku saat berangkat dan pulang bersama Jungkook, lidahku seperti menolak perintah otakku hingga terus membacakan isi buku yang tidak pernah terjamah.
Upacara "Permohonan maaf" berjalan seperti biasa, kami menunggu lilin mengasap di udara sembari bercakap, ralat... Cuma aku dan Fenris yang selalu bercakap, Jungkook selalu bersandar di batu besar sembari menutup mata dia tidak pernah ikut dalam percakapan kami. Aku juga tidak pernah bertanya kenapa, yang aku ketahui mereka seperti sudah mengenal satu sama lain. Jungkook selalu menghindar jika aku menanyakan sesuatu yang berhubungan dengan Fenris. Hal itu itu membuatku lebih ingin menggalinya dan selalu mendesaknya untuk membuka mulut. Tetapi jawaban pria itu selalu dapat membuatku emosi, dia suka sekali mengerjaiku.
"Kook.... Sejak kapan kau berada di Dagaz? " tanyaku basa basi memecah heningnya malam saat berjalan pulang dari bukit.
"sejak aku berumur sebelas"
"apa kau seorang budak yang dibuang? "
"hmmm.... Bukankah aku sudah mengatakanya berkali-kali, aku ini seorang pangeran di dalam Gerbang Odin. " jawabnya sambil menoleh padaku dengan senyuman sombongnya.
PLAK
Aku yang tadi berjalan di belakangnya mempercepat langkahku bersanding di posisinya dan menjitak kepalanya keras karena dia selalu saja mengerjaiku.
"kau selalu mengatakan kalu kau ini pangeran, apa aku terlihat bodoh hah, kau pikir kau bisa menipuku!"
"aw, kau tega sekali Yoon...." sambil memegangi kepalanya.
"padahal aku cuma berkata jujur" timpalnya sambil mencibirkankan bibirnya mengejek.
"ya....ya..... Tuan Jungkook, kalau begitu kenapa seorang pangeran seperti anda bisa berada di sini?" panggilnya sarkastik
" kau pernah mendengar yang namanya "kudeta"?" tanyanya melihat ke arahku sambil melotot dan mencibirkan bibir yang membuatku gemas ingin menjitaknya lagi.
" untuk apa mereka membuang seorang pangeran, kalau kau benar-benar seorang pangeran di dalam Gerbang Odin itu..... " kata-kata ku terhenti sejenak, aku mengingat bahwa tidak semua orang di luar Gerbang Thor mengetahui fakta dari makhluk dibalik Gerbang Odin tersebut. "kau pasti sudah mati tanpa harus dibuang." orang penting seperti "Pangeran" adalah sebuah ancaman bila tidak disingkirkan pikirku.
"sudahlah, buktinya aku tidak mati" dianya malah menghadapku dan menjulurkan lidahnya. Entah kenapa bocah ini selalu dapat membuat urat kepalaku berkerut. Tanganku sudah terangkat untuk menjitak kepalanya lagi, tapi dia lekas menangkap tanganku cepat. Mendekatkan wajahnya tepat di depan wajahku.
"Yoon... Bahkan aku dapat membeli nyawamu. " sesaat suara Jungkook terdengar serius, pandanganya lekat menatap lurus mataku sesaat kemudian dia tertawa jahil dan berjalan mendahuluinku. Aku masih tercengang, barusan Jungkook seperti sedang mengintimidasiku. Tetapi aku tidak ambil pusing karena dia sering sekali bercanda dan aku berjalan kembali mengejarnya yang sudah jauh mendahuluiku.
.
.
.
.
.Di sebuah ruangan megah seorang anak laki-laki berambut abu – abu platina tengah duduk di meja belajarnya menulis, buku-buku tebal tertata menjulang diatas meja. Dia terlihat sangat fokus pada pena dan lembaran buku tebal di atas mejanya. Bocah laki-laki yang berbalut kemeja putih yang dipadukan dengan setelan vest hitam, celana kain, dan sepatu berbahan kulit mengkilap yang senada membuatnya terlihat bagai seorang cassanovaterlepas dari tubuh bocah yang ia miliki. Tiba – tiba pintu terbuka menampilkan wanita dewasa berambut coklat pekat dengan mata bulat berwarna coklat karamel, membuat perhatian si anak tertuju ke arahnya. Sedikit terlonjak karena terkaget membuat si bocah itu tak sengaja menggoreskan sebuah coretan panjang di lembar bukunya. Wanita dengan bibir atas tipis berwarna merah pekat senada dengan gaun berbahan sutera yang ia kenakan berjalan dengan tegap menuju si bocah, membuat rambut panjangnya tersapu angin. Begitu elegan, cantik, dan berbisa disaat yang bersamaan.
Bocah itu segera berdiri dari tempat duduknya, membungkuk pada wanita itu sebagai rasa hormat. Wanita itu berjongkok di depan sang bocah, jemari lentik bercat kuku merah itu mengelus rambut platina sang bocah dan merapikan poni panjang yang menutup matanya.
"hai sayang, bagaimana harimu? " tanya wanita itu sembari mengulas seyum manis pada sang bocah.
"b-baik nyonya. " kata bocah itu gagap.
"sudah aku bilang panggil aku ibu.... " kata sang wanita dengan suara halus, membuat wajah sang bocah tertunduk takut-takut untuk mengatakanya.
"i-ibu." wanita itu tersenyum puas, menyelipkan jari-jarinya diantara rambut platina itu kembali kemudian turun mengelus pipi sang anak menyentuh dagunya dan mendekatkan wajahnya pada telinga mengikis jarak antara bibir merahnya dengan telinga sang anak.
""ibu" adalah panggilan wajib karena “ia” yang memberikanya untukmu, tapi ingatlah kau bahkan bukan dari rahimku, kau adalah anak dari wanita di luar sana, melahirkanmu dan membuat kutukan....."
"Tapi tenang sayang.... Kau tidak usah memaksakan diri, usaha keras tak selamanya indah, cukup kau mengerti tempatmu." lanjutnya dengan suara halus yang dibuat-buat. Bocah laki-laki itu terdiam, pelupuk matanya mengembang menampung air mata yang ditahanya, tubuhnya menegang menahan isak tangis, tapi lelehan itu tetap memaksa keluar dari mata kecilnya.
"tuan Jeon mencarimu, sebaiknya kau bersikap manis, ok." wanita itu mengelus sebentar bocah itu kemudian meninggalkanya. Sepeninggal wanita itu, si bocah menangis sesenggukan mencengkeram dada kirinya kuat, bahkan kakinya melemah hingga dia berjongkok untuk menahan beban tubuhnya. Sementara itu dari balik jendela besar bertirai panjang yang diterpa angin sepoi pada ruangan itu, sepasang mata dari seorang anak laki-laki berambut hazel tengah mengintip perbincangan antara wanita dan bocah berambut platina itu.
.
.
.
.
."I wonder how’s he doing now. "
"apa?! "
"tidak, tidak apa. "
"hei Jungkook, tungguu!!! "
To be continue.....
Kira-kira siapa tokoh baru yang muncul???? Bisa dibayangkan sendiri lah 😹😹😹
Kalau cerita kurang jelas bisa dikritik atau lebih baik ditanyakan
Mohon maaf kalo masi banyak typo juga
Kalau suka silahkan di vote, kalo ga suka jangan dibacaThanks votement nya 😚
KAMU SEDANG MEMBACA
Valhalla : escape
FanficSinopsis Min Yoongi merupakan salah seorang buangan yang diasingkan ketika sebuah insiden terjadi dan dia berhasil melarikan diri dari padang pasir itu. Dalam pelariannya dia bertemu dengan banyak orang yang ternyata dapat bertahan hidup di luar sa...