Jennie's POV
Baru saja aku menyelesaikan photoshoot dengan majalah Harper Bazaar, kulirik iphoneku, tidak ada notif, berarti aku masih bebas beberapa jam lagi. Jam sudah menunjukan pukul 7 malam, aku menelusuri jalanan kota, mataku menatap kosong keluar kaca mobil, kecepatan mobil berkurang seiring dengan kemacetan yg terjadi, tiba-tiba mataku terhenti pada pemandangan yg membuat aku lemah, seorang lelaki tengah kesakitan akibat motor yg dia kendarai menghantam mobil yg sedang diparkir dipinggir jalan, itu sebabnya terjadi macet. Aku sebenarnya tidak peduli dengan kesakitan namja itu, darahnya yg tak henti mengalir, itulah yg membuat tubuhku lemah, kepalaku tiba-tiba pusing, aku memijit pelan pelipisku.
"Jennie-ssi apa kau baik-baik saja? Apa kau sakit?" Tanya supirku
"Ahh.. aniya.. tetaplah berjalan, aku hanya tiba-tiba pusing." Aku membetulkan nafasku, kualihkan pikiranku, tapi tetap saja. Aku menelan ludahku, kulirik jam tanganku.
"Ehmm.. pak, aku mau berhenti di club itu, aku mau bertemu temanku sebentar."
Mobilku langsung berhenti tepat didepan club itu, aku memakai masker dan hoodieku, lalu berjalan keluar dari mobil.
"Tak usah menungguku, nanti aku akan diantarkan temanku, araseo?" kataku karena melihat sopirku yg sudah menarik rem tangannya, setelah mendengar perkataanku dia langsung menjalankan mobilku.
Aku berjalan masuk kedalam club, tidak terlalu ramai, aku duduk didepan bartender.
"Yang biasa?" Tanya namja yg sementara meracik cocktail didepanku, aku hanya mengangguk. Dia langsung menyodorkan segelas whisky kearahku, lalu aku langsung meneguknya perlahan.
Memang akhir-akhir ini aku selalu ketempat ini, biasanya aku pergi sendiri tanpa supirku, karena jika aku ketahuan managerku dan agensiku aku pasti akan dimarahi, tapi kali ini aku memang sudah tidak tahan, apalagi mengingat kejadian tadi. Aku melihat wanita memakai dress mini tanpa lengan didepanku, dia sangat sexy, matanya sayu tandanya dia sudah mabuk, mataku terkunci padanya daritadi, dan kulihat dia berjalan menuju kamar kecil, aku mengikutinya dari belakang, dia berjalan sempoyongan dan menabrak dinding lorong kecil ini, sesampainya di dalam salah satu bilik wc aku langsung bergegas menyusup masuk bersamanya dibilik yg sama dengannya, tanganku membekap mulutnya, dia hanya berontak lemah, seketika kugigit lehernya, kuhisap kuat-kuat darahnya, kurasakan darah itu masuk ketenggorokanku sungguh menyegarkan, kulepaskan dia sebelum darahnya habis, dia terkulai lemah aku menahan tubuhnya, kutatap lekat matanya.
"Setelah keluar dari sini, kau akan melupakan semua ini, kau tak pernah melihatku, dan luka di lehermu itu karena teman kencanmu terlalu bersemangat saat bercinta denganmu hingga mengigitmu." Aku compelled dia, dia dengan tatapan kosong langsung keluar dari bilik wc, dan beberapa menit kemudian aku keluar dari club ini.
Yeah, I'm a Vampire now. Sebenarnya aku bisa menahan rasa hausku, mungkin sekitar tiga hari sekali aku mencari mangsa di club seperti yg aku datangi tadi, aku bisa menahannya dengan meminum whisky atau bourbon, aku sampai memborong banyak whisky dan bourbon dan menyimpannya di dorm. Ceritanya sangat panjang sampai aku berubah menjadi makhluk terkutuk ini, aku juga tak mengerti kenapa jalan hidupku begini.
Flashback on
Saat itu blackpink mendapat libur 3 hari, Jennie ingin menghilangkan stressnya dengan berjalan-jalan sendiri, biasanya dia bersama teman-teman member lainnya, tapi dia merasa ingin sekali sendiri. Setelah shopping dia pulang menuju rumah umma-nya, sialnya supirnya tidak bisa menjemputnya, terpaksa karena hari sudah semakin malam, dia naik taksi, dan tak lupa memakai hoodie dan masker agar tidak di notice orang-orang.
Mobil taksi itu pun berjalan menelusuri jalanan gelap, terlihat langit begitu gelap dan hujan jatuh perlahan, jalan menuju rumah ibunya memang agak jauh dari mall, bahkan sangat jauh bisa menempuh 1 jam perjalan. BRUUUKKKKK!!!
"AAAAAARRGGGHHHH APOOOO!!" teriak Jennie sambil mengusap kepalanya yg terbentur
Jennie's POV
Supir taksi itu keluar dan melihat apa yg dia tabrak, sungguh aku sangat ketakutan, mobil ini terhenti dijalanan yg sangat sunyi, pinggir jalannya hanya terlihat pepohonan sejauh mata memandang. AAAAAAAAARRRGGHH!! Aku kaget mendengar suara supir itu berteriak, aku penasaran ingin keluar tapi aku ketakutan, aku merinding, hanya satu orang yg ada di otaku, Lisa. Aku langsung menelpon Lisa, kuambil handphoneku dan menelpon Lisa.
"Lisa ya.. Help me.." kataku dengan suara yg bergetar karena sudah gemetaran setengah mati
"Yaaa!! Unnie!! Halloo!! Apa maksudmu?"
TUUTT.. TUUTT.. TUTT..
Seketika seorang yeoja sudah berada didepanku, matanya menatapku lekat, handphoneku sudah berada ditangannya dan hancur diremasnya. Aku ketakutan setengah mati, dia masih menatapku, dia memegang daguku lalu tiba-tiba
AAAAAAAAAAHHHHHHHHHHHHH!!!!!
Dia mengigit leherku, ingatanku hanya sampai disitu.
Aku terbangun disebuah villa tua, entah dimana villa ini berada. Matahari menyeruak masuk kekamar, seseorang membuka tirai kamar ini, aku melihatnya sangat cantik, tapi aku tetap ketakutan, aku mencoba kabur, aku berlari menuju pintu, dan tiba-tiba dia sudah ada didepanku. Dia memegang daguku kasar.
"Ternyata benar, kau mirip sekali dengannya. Dasar! Tidak pernah mau kapok, padahal sudah mati, masih saja menyisahkan keturunan bodohnya, malah dijadikan manusia, agar suci? Dan tidak terkutuk seperti dirinya? Kau tau aku akan menghancurkan keturunanmu, bahkan walaupun muncul keturunan-keturunanmu lainnya, aku akan menghabiskan hidupku untuk mengutuk semuanya, kau mengerti?" kata-katanya sungguh tidak masuk diakal, aku gemetaran, airmataku entah kenapa jatuh, aku seperti pernah melihat wanita ini, tapi entah dimana.
"Tttt..ttoooloong, aku bukan orang yg kau maksudkan. Aku tak mengerti perkataanmu, apa mungkin kau salah satu fansku dan mau bermain-main denganku, tolong aku akan berikan apapun, tapi kumohon jangan membuat aku ketakutan seperti ini." Kata-kataku tidak digubrisnya, dia berjalan menjauh dan mengambil sebuah gelas. Dia tersenyum kepadaku, senyum terjahat yg pernah kulihat. Tiba-tiba dia mengiris tangannya, aku bergidik ngeri melihat darahnya yg bercucuran, dia menampung semuanya didalam gelas, lalu dia berjalan mendekat ke arahku.
"Drink it!! Or I shoot u!!" ancamnya sambil menyodorkan gelas itu didepan wajahku, sementara tangannya yg satu memegang pistol yg entah sejak kapan sudah diarahkan dikepalaku. Aku gemetaran, dengan terpaksa aku mengambil gelas yg dia berikan, aku bergetar memegang gelas itu, perlahan aku mendekatkan gelas itu ke mulutku, aku menutup hidungku dengan tanganku lalu, GLEKK GLEEKK GLEEKK.. Aku menegak habis darah itu, aku mencoba mengatur nafasku, dan menahan agar aku tidak muntah karena rasanya sangat amis. Aku menatapnya, dia tersenyum lalu berjalan menjauh dariku, aku heran dengan kelakuan anehnya, sebenarnya dia ini dukun atau apa, tapi tiba-tiba DUAAARRRRRRRR!!! Darah segar mengucur dari dadaku, sesak sekali nafasku, peluru itu bisa kurasakan didalam jantungku, air mataku menetes, aku tersungkur jatuh, lututku menjadi tumpuan tubuhku, penglihatanku menjadi kabur, nafasku rasanya tinggal satu-satu, aku menatapnya dengan tatapan nanar.
"Ww.. waaee?" tanyaku terbata-bata sebelum aku ambruk dan meregang nyawa.
YOU ARE READING
Jenlisa: THIRST
Fantasy"All i want, is blood. your blood." Jennie Indonesian language #slowupdate