Lalisa Manoban.

2.7K 237 9
                                    

Lisa's POV

Seperti biasa, aku duduk di balkon, menatap langit malam, udara dingin yg menerpa kulitku seakan sudah tak berasa.

Seperti malam-malam sebelumnya, aku termenung disini, menunggu wanita yg membuat aku tak bisa tidur, tak bisa makan, dan tak bisa sedetikpun tak memikirkannya.
Dia mengambil alih otak dan hatiku, dia yg membuat aku tak bisa berfikir normal, dia yg membuat segalanya yg sebenarnya salah bisa terasa sangat benar untukku, dia yg mempunyai mata yg sangat indah, dia adalah temanku, unnieku, dan pemilik hatiku.
Aku tak tau kenapa dia membuat aku banyak berfikir akhir-akhir ini!
Dia berubah, dan seribu pertanyaan seakan berputar di kepalaku. Sejak dia menghilang, dia seperti kembali dengan jiwa yg beda tetapi dalam wujud yg sama. Entah kenapa aku merasakan sesuatu yg lain dari tingkah lakunya.
Dia sekarang sering bau alkohol, dia bahkan meminumnya setiap hari didepan kami.
Dia juga sering keluar malam, dan terkadang dia bisa mengurung diri seharian dikamar. Dan dia juga pernah menatapku dengan tatapan aneh, tatapannya mirip seperti tatapan para lelaki hidung belang yg seakan ingin menelanjangi wanita.
Aku takut, ya! Aku takut dengan kepribadiannya sekarang. Tapi untunglah ada yg membuat aku bahagia, dia sekarang jadi lebih perhatian kepadaku. Dia sering mencium pipiku, walaupun aku tak tau kalau dia mungkin hanya menganggapku sebagai teman, tapi aku sangat mencintai itu. Walaupun dia tak henti-hentinya membullyku tapi ujung-ujungnya dia pasti membuat aku melayang dengan perhatian-perhatian kecilnya.

Author's POV

02.14 am

Pintu dorm terbuka kasar, seorang wanita terlihat masuk kedalam lalu melepaskan hoodie dan maskernya. Dia berjalan menuju dapur, langkahnya terhenti saat matanya menemukan sosok wanita yg membuat hatinya berdetak tak wajar, wanita itu sedang duduk memeluk lututnya sendiri sambil menatap kosong kearah langit.

"Dasar pabo, kenapa dia suka sekali duduk disitu?" Batin Jennie sambil berjalan ke dapur

Dia membuka kulkas dan mengeluarkan botol bourbon yg setengah penuh, lalu dia tuangkan kedalam gelas. Dia duduk didepan tv sambil sesekali menegak minuman yg dia pegang. Tanpa dia sadari, ada sepasang mata yg sedari tadi memperhatikannya.

"Unnie!" Kata Lisa yg sukses membuyarkan seluruh isi pikiran Jennie

"Wae?" Balas Jennie

"Apakah unnie ada masalah? Atau mungkin unnie masih trauma dengan penculikan itu??"

"Apa yg kau bicarakan pabo? Haha"

"Aku tidak bercanda unnie!! Aku tidak mau unnie melampiaskan semua stress ke hal-hal yg seperti ini!!" Bentak Lisa sambil merampas gelas yg di genggam Jennie

"Kamu pikir kamu siapa sampai kamu bisa melarangku?" Kata Jennie dengan nada yg tak kalah tinggi, sambil merampas kembali gelas yg diambil Lisa, lalu berjalan menuju kamarnya

Lisa terdiam, matanya mulai buram oleh air matanya yg terkumpul di pelupuk matanya, kepalanya tertunduk seakan berat menghadap kedepan.

"Kau bukan Niniku!!" Bisik Lisa parau, tapi cukup bisa terdengar oleh Jennie, seketika langkah Jennie terhenti, dia mengepalkan tangannya kuat-kuat agar bisa menahan air matanya agar tak jatuh, dia mengatur nafasnya, lalu dia kembali berjalan menuju kamarnya.

Lisa's POV

Aku tak pernah sesakit ini. Tidak pernah. Aku hanya ingin peduli kepadanya, karena aku menyayanginya, aku tidak mungkin mengatakannya secara gamblang tentang perasaanku padanya, aku hanya bisa terdiam karena tak punya alasan kenapa aku melarangnya melakukan hal bodoh setiap hari.
Aku sudah tak tahan melihatnya meneguk racun itu setiap hari. Tapi dia tidak mau mendengarkanku, bahkan dia menyakiti perasaanku dengan mengatakan hal yg membuat dadaku seperti di hujani oleh seribu tombak.
Aku tau diri unnie, aku tau aku tak berhak, aku tak berhak mengatur hidupmu, aku hanya ingin mencintaimu, aku ingin kau berhenti menghancurkan dirimu. Bahkan aku bisa mencintaimu sebesar ini, apakah kamu tidak bisa mencintai dirimu sendiri?

Jennie's POV

Kurebahkan tubuhku di ranjangku, mataku menatap lurus ke atap kamar, pikiranku melayang menjauh dari kepalaku, air mataku mulai berjatuhan.
Lisa, di otakku hanya ada namanya, aku tak tega melihatnya sedih, tapi aku teringat akan keadaan diriku sekarang, aku tak bisa memaksakan kehendakku dengan tetap mencintainya dan membuat dia selamanya milikku, aku tidak bisa. Dia akan kecewa dengan kenyataan yg ada, dia bahkan akan menjauhiku bila dia tau siapa aku sebenarnya.
Kututup kedua mataku, mencoba untuk mengakhiri hari yg melelahkan ini, dan berharap saat kuterbangun nanti aku bisa kembali seperti semula, tapi mungkin itu tidak bisa, karena aku yg sebenarnya sudah lama mati. Miris.

Pagi pun menjelang, tak seperti vampire yg di film2, aku tidak merasakan apapun bila diterpa sinar matahari, aku juga bingung. Aku beranjak menuju kamar mandi untuk membersihkan diriku.
Setelah mandi, aku berjalan menuju kamarku, aku bertelanjang berjalan keluar dari kamar mandi.

"Unnie, bisa kau pakai handukmu dulu?" Suara seorang wanita yg sangat aku kenal seketika menghentikan aktifitasku yg sementara membongkar isi lemari pakaianku.

Aku mematung, sungguh aku sangat malu untuk berbalik menunjukkan wajahku. Wajahku pasti sudah sangat merah saat ini. Aku tidak tau harus berbuat apa, yg aku pikirkan hanya bagaimana caranya aku menutupi badanku sekarang, dan tanpa pikir panjang aku langsung masuk kedalam lemari pakaianku yg agak besar dan sangat muat menampung tubuhku yg mungil ini, aku berjongkok didalam lemari diantara baju-baju yg digantung. Aku mendengar suara cekikikkan Lisa dari luar.

"YAA!! PABOO!! BERHENTI MENERTAWAKANKU!! KENAPA KAMU SUDAH BERADA DIDALAM KAMARKU HAH??" teriakku dari dalam lemari

"Ah unnie, aku sudah lama berada disini bahkan unnie tidak menyadari kehadiranku. Aku mengetuk pintu lama sekali, aku disuruh Jisoo unnie untuk meminjam lip tint milikmu, tapi aku kebingungan mencarinya, makanya aku menunggu unnie disini, tapi unnie malah keluar dan tidak menggubris diriku, and also naked haha"

"YAA PABOOO!!! CEPAT KELUAR SEKARANG!!"

"Araseo.. araseo.." katanya sambil berjalan keluar dari kamarku

Setelah memastikan bahwa dia benar-benar sudah pergi, aku perlahan keluar dari tempat persembunyianku, Lalu aku pakai pakaianku.
Pikiranku masih memutar ulang rekaman kejadian yg memalukan tadi, aku tertawa sendiri mengingat kebodohanku.
Aku sampai lupa kalau aku harus bergegas, hari ini aku dan member lain harus shooting acara tv blackpink house.

"Ini lip tintnya!!" Kataku sambil memberikan benda bulat panjang kecil itu kepada Jisoo

"Aku sudah tidak membutuhkannya, siapa suruh kamu lama sekali, Lisa sampai kepanasan menunggumu di kamarmu. Ehh, Jen, apa pengatur suhu di kamarmu rusak? Lisa benar-benar kepanasan waktu keluar dari kamarmu, katanya pendingin ruanganmu tidak berfungsi, karena bila kau melihatnya tadi sungguh lucu, wajahnya merah sekali seperti tomat hahahaha" jelas Jisoo yg membuat wajahku panas, aku lirik Lisa dia menundukkan kepalanya dan menggaruk-garuk kepalanya seperti orang frustasi.

"Yaa!! Wajahmu juga merah!! Kau juga kepanasan? Mungkin aku harus menelpon manager oppa untuk bisa memperbaiki pengatur suhu di kamarmu secepatnya" sambung Jisoo

"Ahh!!! Gwenchana. Aku.. mmm.. eeehh.. controlernya saja yg rusak, padahal pemanasnya sudah aku matikan, tapi derajatnya naik terus." Kataku asal

"Yasudah kalau begitu, kajja kita pergi!!" Kata Jisoo sebelum kita berangkat menuju gedung YG ent

Shootingnya berjalan lancar, aku juga suka mencuri-curi pandangan kepada Lisa, diam-diam aku memperhatikannya. Dia terlihat begitu cantik. Tapi sial!! Ini bukan hari baikku, tiba-tiba Lisa yg sedang bermain-main dengan Jisoo, jatuh tersungkur dan menyebabkan lecet dilututnya. Darah segar perlahan muncul di permukaan kulitnya. Kepalaku pusing, nafasku tidak beraturan, kualihkan pandanganku ketempat lain, tapi tetap saja tak bisa. Aku yg tak tahan, langsung berlari menjauh dari situ. Semua yg ada disitu pasti heran melihatku yg tiba-tiba lari saat itu, yg pasti aku ingin menghindari hal yg tidak diinginkan akan terjadi. Aku mengunci diriku di satu bilik wc, kuatur nafasku, aku pegang pelipisku menahan sakit kepalaku, dahagaku yg tadinya tak tertahankan, perlahan mengurang seiring dengan deru nafasku yg mulai kembali normal. Aku pun keluar, mencuci tanganku di wastafel, aku tatap sosok yg berada dicermin didepanku.
Aku berpikir, kenapa harus aku yg mengalami kesialan ini?? Apakah ini karma?? Apa yg sudah aku lakukan?? Kesalahan apa yg telah aku perbuat sehingga aku menanggung semua kutukan bodoh ini?? Tiba-tiba aku teringat dengan jurnal yg aku temukan di villa tempat aku disekap.

"Aku harus mengetahui, siapa aku sebenarnya?" Kataku pada diriku sendiri

Jenlisa: THIRSTWhere stories live. Discover now