Kapal berlabuh di dermaga Khlong Toei, Langit kota Bangkok terlihat begitu cerah. Aku berjalan menyusuri kerumunan penumpang yang baru saja turun dari kapal. Aku melewati beberapa gerbong yang sunyi, aku merasa seseorang sedang mengikutiku, aku mempercepat langkahku, aku dengar dia semakin dekat, dan saat aku bersiap untuk berlari, dia membekapku lalu menghempaskan tubuhku kedinding gerbong, aku berteriak tapi teriakanku tertahan oleh bekapan tangannya.
Baru saja dia mau menggeledah tasku, tiba-tiba BUKKKKK
Lelaki itu tumbang seketika, lalu terlihat wanita cantik dengan tongkat besi ditangannya sedang tersenyum kearahku, dia melempar besi itu ke kepala lelaki yang mau merampokku, lalu dia menarik tanganku sambil berlari. Aku kebingungan sambil tetap berlari bersamanya, tiba-tiba kami sampai di kerumunan, dan wanita itu melepaskan genggamannya, dia tersenyum kearahku lalu dia pergi meninggalkanku. Aku terpaku melihatnya pergi menjauh, dan tiba-tiba aku tersadar, aku lupa mengucapkan terima kasih padanya.
"Heyyyy!!! Waaaaiiit!!" teriakku sambil mengejarnya
"YAAAAA!!! Tunggu akuuuuu!!!!! Heyyy!!
"Heyyyy!!
"HEEEYYYYY!!!!!"
Jennie's POV
"UNNIEEE!!! UNNIEE!! JENNIEE UNNIE BANGUUUUN!!"
Aku mengusap mataku, aku melihat Lisa didepan mataku, tangannya berada dipundakku. Tiba-tiba dia canggung dan melepaskan tangannya.
"Eh.. eh.. aku hanya berniat membangunkan unnie, karena unnie tadi berteriak-teriak, aku pikir unnie mimpi buruk.. mian"
"Apa yg terjadi padaku Lisa? Seingatku, kita berdua ada di balkon."
"Ehmm.. unnie tadi pingsan, dan seharusnya aku yg bertanya, ada apa dengan unnie? Kenapa unnie aneh sekali hari ini?"
"Nothing baby.. yasudah, aku sudah siuman sekarang.. kau kembalilah ke kamarmu!!" kataku mengalihkan pertanyaannya, karena aku bingung juga mau menjawab apa.
Dia pun tersenyum lalu berjalan keluar dari kamarku.
Aku kembali teringat dengan mimpiku, terasa begitu nyata. Dan wanita itu, I swear to Death, dia sangatlah mirip dengan Lalisa.
Karena terlalu tenggelam dengan mencari tau masa laluku, aku lupa kalau aku belum juga menegak setetespun darah hari ini. Kuambil jaket, topi, dan masker, lalu berjalan keluar dari dorm, setelah aku telfon supir pribadiku tentu saja.
Pikiranku malam ini sangat kacau, hampir setengah botol bourbon telah ku tegak, Sambil mencari-cari mangsa yg tepat untuk malam ini. Satu jam berlalu, tanpa aku sadari botol yg aku genggam sudah kosong, dan aku sudah agak mabuk, dan bagian terburuknya, aku lupa untuk menghisap darah seseorang malam ini, saking galaunya diriku.
Aku memutuskan untuk kembali ke dorm, aku berjalan dengan sempoyongan sambil terus menelpon supirku yg dari tadi tak mengangkat teleponku. Aku berjongkok dipinggir jalan, aku tak peduli jika seseorang mengenaliku, karena kakiku seakan tak sanggup menopang tubuhku.
Tiba-tiba seseorang menarik tanganku, dia menarik kedua tanganku kearah lehernya melalui bagian belakang tubuhnya, dan menggendongku dibelakang. Aku merasakan kenyamanan dengan bahu ini, aku membenamkan wajahku dibelakangnya, dan memejamkan mataku.
Aku pun tersadar saat tubuhku terhempas ditempat tidur, kepalaku masih sangat pusing, aku lihat Lisa tersenyum lalu pergi meninggalkanku. Aku refleks menahan tangannya. Langkahnya terhenti, dia membalikkan tubuhnya dan menatapku dengan tatapan penuh Tanya.
"Temani aku!" kata-kata itu keluar begitu saja dari mulutku, dan dia hanya mengangguk pelan sambil mengambil tempat disebelahku
Kudekatkan tubuhku ketubuhnya, aku peluk tubuhnya erat. Tangannya merangkulku, aku benamkan wajahku dilehernya. Bisa sangat jelas kudengar detak jantungnya yang memburu, nafasnya mulai memberat saat deru nafasku menyapu lehernya.
Tangannya yang merangkul bahuku perlahan pindah kepipiku, tangannya mengusap perlahan pipi, leher dan telingaku. Aku angkat wajahku menghadap wajahnya, tangannya mengusap pipiku, aku hilang kendali, yang ada di pikiranku hanyalah merasakan bibir yang ada didepanku. Kudekatkan wajahku, mataku tak lepas dari bibirnya yang setengah terbuka, dan dia mulai menyentuh bibirku dengan bibirnya, sebuah kecupan berulang-ulang mendarat satu-sama lain diantara kedua bibir kami, dan kecupan itu perlahan-lahan berubah menjadi hisapan, ciuman itu memanas dengan desahan disela-selanya.
Aku sudah kehilangan akal sehatku, ciumannya memabukkanku, tanpa kusadari aku tak sengaja mengigit bibirnya, dia hanya mendesah pelan tapi perlahan darahnya mengalir dalam mulutku, aku langsung menghisapnya, tanpa aku sadari aku menghisapnya sangat kuat seperti orang haus, dia melenguh kesakitan, dan tiba-tiba menjauhkan tubuhku.
"Unnie.. Appo!!" katanya menyadarkanku
"Ahh.. mian.. aku lepas kendali Lisa!! Aku mohon lupakan ini pernah terjadi!!" kataku sambil membelakangi tubuhnya
Lalu aku rasakan tangan memeluk tubuhku dari belakang, kurasakan nafasnya dipundaku, kugenggam tangannya lalu kupejamkan mataku.
Lisa's POV
Aku membuka mataku, tadinya aku kira aku bermimpi, tapi ternyata ini kenyataan, Jennie, wanita yang membuat aku tak bisa berpikir lurus, wanita yg membuat aku tak bisa tidur, wanita yg membuat jantungku berdisko, sedang tidur memeluk tubuhku. Tapi tiba-tiba aku tersadar, dia sangat mabuk tadi malam, aku pasti akan sangat malu jika dia terbangun dan melihat keadaan kita seperti ini, aku kemudian menyingkirkan tangannya dari tubuhku lalu beranjak dari kamarnya.
Kurebahkan tubuhku dikamarku, sambil mencoba mengingat kejadian yang mengganjal tadi malam. Aku masih penasaran dengan perilaku aneh Jennie, saat dia menghisap darahku seperti bayi yg kehausan. Entahlah, aku tak mengerti dengannya, tapi aku sangat bahagia dengan apa yg terjadi tadi malam. Aku senyum sendiri mengingat yg terjadi.
"Yaaa!! Daydreamer!! Pack your bags!! We go to Japan today." Kata Rose yang entah sejak kapan berada didepan pintu kamarku
"Mwo? Jepang? Kenapa sangat mendadak?"
"aku tidak tau, tiba-tiba manager oppa memberitahukan Jisoo unnie untuk bersiap-siap. Yasudah, aku juga mau mempersiapkan barang-barangku."
Author's POV
"JENNIEEEE!!!! AWAS!!!" teriak Pranpriya sambil memeluk Jennie erat
Tiba-tiba badan Pranpriya membiru, dia tersenyum sambil mencoba mengusap wajah Jennie yg mematung
"I Love u forever Jennie Kim" kata terakhir Pranpriya sebelum dia tersungkur ke tanah dan pergi selama-lamanya
Jennie gemetaran, tangannya bergetar mengenggam tangan Pranpriya yg sudah dingin, dilihatnya kayu sudah sangat telak tertancap di jantung Pranpriya. Air matanya menetes deras.
"Sekarang giliranmu sayang!" bisiknya tiba-tiba ditelinga Jennie serentak dengan kayu yang perlahan menembus jantung Jennie
Tubuh Jennie mulai membiru, dia menatap Lana dengan tatapan yang penuh dengan penderitaan, air matanya mengalir.
"Wae?" bisiknya kemudian dia jatuh menindih tubuh Pranpriya yg sudah tak bernyawa.
Jennie's POV
Aku terbangun dengan peluh yang membanjiri tubuhku, aku periksa jantungku, aku cubit-cubit pipiku, hanya untuk memastikan bahwa kematian itu Cuma mimpi. Nafasku tak karuan, Jisoo menatapku kebingungan dari depan pintu.
"Yaa!!! Makanya kamu itu harus berdoa sebelum tidur, masa setiap hari kamu selalu mimpi buruk!"
Aku hanya menganggukkan perkataan Jisoo
"Dan, bersiaplah, beberapa jam lagi kita akan berangkat ke Jepang!"
"Whaaaatt?"

YOU ARE READING
Jenlisa: THIRST
Fantasy"All i want, is blood. your blood." Jennie Indonesian language #slowupdate