Jennie's POV
Sebenarnya aku merasa sangat bersalah telah menghapus beberapa ingatan Lisa, tapi tidak ada pilihan lain, kutatap matanya yg kosong tepat setelah aku menghapus beberapa memori diotaknya. Dan sial, aku tak sempat berpikir, ternyata aku melupakan sesuatu, mataku tertuju pada tanda taringku di lehernya padahal malam ini kita akan konser. Terbesit di pikiranku semacam ide gila, tapi hanya itulah cara untuk mengcover bekas gigitanku dilehernya. Kuraih dagu gadis didepanku ini, lalu kucium bibirnya.
Lisa's POV
Aku menatap Jennie dengan tatapan heran, sejak kapan aku berdiri berhadapan dengannya, perasaan aku hanya tidur daritadi dengannya. Dia tiba-tiba memajukan wajahnya dan memegang daguku, perasaanku mulai tak karuan, dan benar dugaanku. Dia mencium bibirku, awalnya aku diam, tapi karena tangannya sudah menjelajahi leher dan telingaku, aku jadi mengikuti permainannya. Dia menarik tanganku dan membimbingku ke tempat tidur. Dia menindihku dan duduk diatas perutku, ciumannya pun diarahkan ke leherku, aku hanya menghadap keatas menahan desahan yg sepertinya sangat susah untuk aku tahan. Tapi pertahananku roboh, aku tak tahan lagi, aku balik menindih tubuhnya, dia menyunggingkan senyum kemenangan, kuserang lehernya dengan kecupan, dan hisapan, mulutnya tak henti mengeluarkan desahan yg terdengar seperti musik di telingaku. Aku tak tau kenapa aku sangat tertarik dengan wanita ini, semua yg ada padanya membuat aku tergila-gila, mungkin benar aku tidak normal, dan aku tidak peduli.
Perlahan tanganku membuka atasannya hingga menyisahkan bra saja, ciumanku pun perlahan bergerak turun menuju dadanya. Dia mempererat pelukannya, sambil tak henti melenguh dan mendesah. Tiba-tiba aku merasa sakit dileherku, ternyata dia menghisap leherku, kuat, bahkan sangat kuat, aku yakin leherku pasti sangat merah, tapi aku tak peduli, mungkin dia sudah dimasuki roh hentai dari Jepang, aku lebih menggila, aku hujani dadanya dengan ciuman, jilatan, bahkan hisapan sama seperti yg dia lakukan di leherku. Kulihat dia menggeliat sambil meracau tak jelas akibat perlakuanku.
TIIIINGGGG.. TOOOONGGGG..... TIIIINGGGG.. TOOOOONGGG
Bel kamar ini menyadarkan aku dan Jennie dari perbuatan maksiat kami. Dengan kekuatan yg tersisa dan nafas yang ngos-ngosan, aku membuka pintu, setelah Jennie sudah memakai pakaiannya tentunya.
Jisoo masuk setelah aku membukakan pintu untuknya, dia mendekati tubuh Jennie yg menurutku sedang pura-pura tidur, mungkin karena kejadian tadi, dia jadi canggung. Jisoo menempelkan telapak tangannya didahi Jennie.
"Apa dia masih sakit? Kita sudah harus bersiap-siap untuk konser malam ini!"
"Dia sudah agak mendingan unnie, tadi setelah minum obat, wajahnya sudah tidak pucat lagi, dan suhu badannya jadi normal lagi."
"Ahh syukurlah!! Kalau begitu, kau bangunkan dia dan bilang padanya untuk segera bersiap, dan kau juga tentunya! manager oppa tadi menyuruhku untuk memberitahukan pada kalian."
"Ne unnie!!"
"Yasudah, kalau begitu aku juga mau bersiap dulu." Kata Jisoo sambil berlalu dari hadapanku
Aku berjalan menuju kamar mandi untuk segera bersiap, satu persatu pakaianku kulepaskan, kutatap tubuhku didepan kaca dan aku kaget bukan main, mataku tertuju pada tanda merah keunguan dileherku, aku lupa ternyata tadi Jennie memberikan kissmark dileherku, tapi kenapa terasa sakit saat aku menyentuhnya, aku lihat lebih dekat dikaca, ternyata Jennie menggigitku disitu, aku tersenyum, berarti gairahnya benar-benar besar tadi. hihi aku tersenyum sendiri, dan sampai aku tiba-tiba sadar, aku akan konser malam ini dan tanda merah ini masih terpampang nyata dileherku.
Jennie's POV
Kubuka mataku saat tidak lagi kudengar suara Jisoo di kamar ini, Mataku menelusuri tiap sudut kamar ini untuk mencari Lisa, mungkin dia sedang mandi. Tiba-tiba aku teringat soal bekas gigitanku itu, aku memang ceroboh, walaupun bekas luka itu sudah teralihkan dengan kissmark, tapi apa yg akan Jisoo, Rose dan yg lainnya katakan jika mereka melihat tanda itu, mereka pasti bertanya-tanya siapa yang membuat itu. mereka pasti akan menuduh kita berdua sudah melakukan yg aneh-aneh karena tanda itu tadinya tidak ada dilehernya, dan kita berdua daritadi hanya berduaan dikamar sejak kita tiba di Jepang.
Lisa tiba-tiba muncul dihadapanku saat aku tengah berpikir keras mencari cara agar kissmark itu tidak terlihat.
"Unnie, ehh.. itu.. aku.. eh.. aduhh! Bagaimana ya" kata Lisa gelagapan, dia terlihat sangat imut seperti itu, wajahnya ditunduk sambil mengaruk-garuk kepalanya yg mungkin tidak gatal
"Kenapa Lisa ya? Katakan saja, tidak usah gugup seperti itu hahaha!!"
"Ahh.. itu.. ehmm unnie, tanda ini.. ba.. bagaimana aku akan konser kalau leherku seperti ini?" katanya sambil menunjuk kissmark itu malu-malu, sebenarnya aku juga sangat canggung dalam keadaan seperti ini, tapi aku berusaha bersikap santai.
"tunggu sebentar aku mau menelpon stylist kita, siapa tau dia punya turtle neck untukmu"
Author's POV
Konser pun berjalan dengan lancar, untunglah fashion stylist blackpink punya turtle neck untuk atasan Lisa, jika tidak maka tanda itu akan terekspos dan pasti akan terpampang di dunia maya.
Mereka berempat pun langsung istirahat di hotel setelah konser berakhir. Lisa langsung tertidur lelap sesampainya di kamar hotel mereka, sedangkan Jennie, dia terlihat sedang mencari cela untuk keluar malam ini untuk berburu. Belakangan ini dia mengalami kesulitan untuk mencari darah karena kesibukan Blackpink yang makin padat, ditambah juga Lisa yang selalu mengekor padanya. Dan menurutnya ini saat yang tepat, karena pasti member yg lainnya juga sudah kelelahan dan tertidur seperti Lisa. Dia mengambil hoddie dan masker, lalu dia segera pergi. Kebetulan hotel mereka berdekatan dengan salah satu club, jadi dia memilih untuk berjalan kaki.
Perlahan Jennie melangkahkan kakinya masuk kedalam club itu, sambil matanya mendeteksi mangsa, dan gotcha!! Tatapannya terkunci pada seorang gadis yang duduk sendirian didepan bartender. Pakaian gadis itu persis seperti Jennie, dia menggunakan oversized hoddie dan juga masker, tapi kecantikannya tetap terlihat walaupun tertutup dengan masker, Jennie perlahan mendekat dan duduk bersebelahan dengan gadis itu.
"dua gelas vodka untuk aku dan gadis cantik disebelahku ini" Jennie mulai mengeluarkan jurusnya, gadis itu menatapnya heran lalu kemudian memalingkan wajahnnya
"ini minumlah!!" kata Jennie sambil menyodorkan gelas kepada gadis itu
"Thanks, maaf aku sudah agak mabuk. Tapi yasudahlah satu gelas lagi tidak apa-apa" racau gadis itu, kemudian dia melepaskan maskernya dan menegak minuman itu tapi dia tetap menyembunyikan wajahnya dari Jennie, wajahnya terus tertunduk, mungkin dia sudah mabuk, Jennie tersenyum dia berpikir akan gampang pemburuannya malam ini. Tapi sepertinya Jennie mengenal gadis ini, suaranya agak familiar, namun karena dia sudah sangat haus dia tidak memperdulikan apapun lagi.
Beberapa gelas sudah mereka berdua habiskan, gadis mangsanya itu pun sudah terlihat sangat mabuk. Dia membopong tubuh gadis itu kedalam wc. Tanpa berlama-lama dia langsung menancapkan taringnya ke leher gadis itu, gadis itu hanya melenguh pelan karena sudah tidak sadarkan diri, Jennie terus menghisap darahnya sampai akhirnya dia puas dan menduduki tubuh gadis itu di kloset. Badan gadis itu terkulai lemas, tiba-tiba masker yg gadis itu gunakan terlepas, kini wajah cantik gadis itu terpampang jelas, tiba-tiba Jennie terperangah, ekspresinya berubah seperti sedang melihat hantu, tiba-tiba dia berlutut menyamakan posisi kepalanya dan gadis itu, sambil dia menangkup tangannya ke pipi gadis itu.
"Na.. Nayeon??"

YOU ARE READING
Jenlisa: THIRST
Fantasy"All i want, is blood. your blood." Jennie Indonesian language #slowupdate