1

224 37 11
                                    

"Dek, bagi betadine dong."

"Nih kak. Tawurannya udah kelar?" Tanya Aurell pada kakaknya itu.

"Udah, tapi hasilnya seri mulu. Mau gak mau ya tawuran lagi."

"Bonyok dua-duanya ya?"

Taedong hanya membalas dengan anggukan kepala.

Teman-temannya Taedong tiba-tiba dateng. Hampir semua yang habis tawuran dateng ke UKS dengan luka-luka yang cukup subhanallah gak lebih parah dari lukanya Donghan.

Yang heranin, Donghan itu selalu yang paling parah lukanya setiap tawuran.

"Aurell~ Perban sama betadine~" Saut kakelnya Aurell yang bernama Donghyun.

"Ada di kak Taedong, bareng aja ya kak."

"Oke~"

Beruntungnya Aurell. UKS sekolahnya cukup besar tak seperti UKS pada sekolah umumnya jadi dia gak ngerasa pengap karena ada banyak orang di sana. Di UKS sekolahnya ini bahkan disediakan 10 kasur untuk mereka yang sedang sakit, lengkap dengan AC juga.

Atau mungkin bapak kepsek yang terhormat sengaja menyediakan banyak kasur bahwa dia tau murid-muridnya ada yang suka tawuran?

"Rel, perbannya habis nih."

"Bentar kak ku ambilin dulu." Aurell langsung mengambil perban baru di dalam rak.

"Rel, kita-kita nih, selalu ngehabisin perban ya?" Donghan yang lagi duduk di atas kasur tiba-tiba bertanya. "Sama betadine juga." Tambahnya.

Karena pertanyaan si Donghan, anak cowo yang lain langsung natap Aurell yang kini tengah mencari perban. Yang ditanya hanya tersenyum dan tertawa kecil.

"Mau dijawab jujur atau bohong?"

"Yang jujur dong dek, biar kita-kita nih juga sadar diri." Ucap Taedong mewakili semuanya.

"Ya... Sebenernya tuh ngerepotin. Ngehabisin perban, betadine, kapas, alkohol, dan segala macem dalam sehari. Untung guru pembimbing PMR ngerti situasi kenapa selalu habis begini. Terus, guru lain kadang malah ceramahin aku kayak 'Kenapa sih mereka tawuran mulu? Emangnya gak capek apa ya?' yang harusnya tuh dilontarkan langsung ke kakak-kakak sekalian, bukan ke aku. Ah, ini perbannya kak."

Setelah berbicara panjang kali lebar kali tinggi sama dengan volume /ga/, Aurell langsung menyodorkan perban ke salah satu kakel yang tadi bilang kalau perbannya habis.

"Dek." Tegur Donghan.

"Hm?"

"Jan ngomong jujur lagi ya? Nyelekit di hati."

Yang lain cuma tertawa mendengar reaksi Donghan.

Salah aing apaan? Kan disuruh jujur, kok malah salah?, batin Aurell.

"Kalau yang bohong gimana dek?" Tanya kakel yang bernama Woojin.

"Gak perlu ditanya lagi kali itu." Kepalanya langsung ditoyor sama temennya.

"Rel, pulang sama gua kan?" Tanya Taedong.

"Iya, emang sama siapa lagi coba?" Anak cowo yang lain pada angkat tangan.

"GAK, AMA GUE AJA" -taedong yang gak mau adeknya bareng ama yang lain

"Kasihan Taed, bosen dianter ama lu mulu." -donghyun

"Ama gue ae." -donghan

Ntah angin atau apa, pergelangan tangan gadis itu sudah dipegang oleh Donghan.

"Aku terserah aja, asal gak ada yang dendam habis itu kesel terus ngajak berantem dan boom! Perang dunia antara si ini dan ini dimulai! Lalu membentuk kubu untuk saling mengalahkan satu sama lain danㅡ Aww!" Dan Aurell dijitak sama kakaknya sendiri.

"Kebanyakan nonton film lu dek."

"Gak usah dijitak jugaaa."

Yang lainnya cuma tertawa ngeliat tingkah konyol kakak-adik itu.

"Gua titipin dia ke lu yak? Cuma lu doang yang naik motornya nggak ugal-ugalan." Pinta Taedong pada Donghan. Tentu saja Donghan dengan senang hati menerima tawaran sang kakak.

"Ama kak Donghan?" Tanya Aurell memastikan.

"Kalo dia ngapa-ngapain kamu, langsung cekik dari belakang ya."

"Siap kak."

Kakak-adek psikopat emang -_- Di rumah dikasih film apa aja coba?, batin Donghan.

"Kak Donghyun, kalo udah selesai tolong beresin ya." Siapa sangka kalo Donghyun yang ikut tawuran juga anak PMR? Walau sering bolos sih.

"Iyaaa~"

Aurell dan Donghan pamit pulang duluan dan keluar dari ruang UKS. Setelah sampai parkiran, tak hanya memberi helm ke Aurell tapi Donghan juga memakaikan jaket miliknya ke gadis itu walau baru ditenggerkan ke bahu.

"Dipakai ya dek, jam segini udaranya dingin."

"Kak Donghan gimana? Cuma pakai kemeja, jaketnya mending buat kakak aja. Aku masih pakai jas juga kok."

"Gak, kamu aja. Kakak udah biasa."

"Dipakai gak kak? Atau kuㅡ" Ucapannya terpotong oleh Donghan.

"Diapain hm?" Donghan dengan tatapan menantang ke gadis itu.

"Bilang ke kak Taedong kalo kak Donghan bawa aku gang gelap terus sempit habis ituㅡ" Lagi-lagi ucapan Aurell dipotong oleh Donghan. Kali ini jari telunjuk pria itu yang menghentikan apa yang Aurell ingin katakan.

"Iya deeek, kakak pake nih ya?" Donghan mengambil kembali miliknya lalu dipakailah jaket itu di depan Aurell.

"Gitu dong kak, biar gak kedinginan." Aurell pun tersenyum dengan senang ke arah Donghan.

"Dek."

"Ya kak?"

"Jangan senyum kayak gitu, nanti saya diabetes."












Hehehehe :)
Apaan sih yang gua ketik :)

Vote dan comment itu bentuk menghargai suatu kerja keras yeorobun :")

[On Hold] 0° & 180° | Kim DonghanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang