6

118 20 12
                                    

Hari ini Aurell agak sedikit kesiangan. Semalam ia terjaga karena film favoritnya yang ditayangkan tengah malam di TV. Ketika masuk kelas, ia mendengar temannya sedang membicarakannya.

"WAH, SUATU KEAJAIBAN. Emang bener dia masuk ekskul PMR?" Seru temannya Aurell yang baru terlihat di kawasan sekolahnya itu.

"KALO BENERAN?!"

"NGAKAK NJIR GUA!"

Dhiyaa. Teman lama Aurell dan Alya yang baru saja pindah dari Jepang kini sekolah di sekolah yang sama dengannya.

"Album titipan gua mana?" Tanya Aurell.

"Besok sore ya? Gua datengin rumah lu. Mumpung besok libur."

"Bilang aja mau modus ama bang Sanggyun dhi. Terus sekalian ntar lu berdua malming."

"Kampret lu rel, temen macem apa kau?"

"Gua gak dibeliin album?" Tanya Alya yang iri dengan Aurell.

"Ada kok. Ntar ke rumah Aurell aja yak." Alya langsung bersorak bahagia.

"Gua gak?" Kini Guanlin yang bertanya.

"Ada di Jepang, ketinggalan. Tapi di sini juga banyak kok." Jawab Dhiyaa dengan enteng.

"Njir, emang apaan?"

"Tiang listrik." Dan ini ngucapinnya barengan. (Re: Aurell, Alya, Dhiyaa)

"Sialan lu semua."

Kalo mereka bertiga udah ngumpul, ntah karena apa pikiran mereka emang udah terhubung satu sama lain. Mungkin itu efek sahabatan dari orok.

Gua nulis paan ih -author

🐯

"Hei."

Merasa ada yang memanggilnya, Aurell pun berbalik arah.

"Siapa ya?" Jujur, orang yang memanggilnya di perpustakaan ini bukanlah orang yang ia kenal.

"Kamu Aurell kan?" Tanya pria yang tidak dikenal itu.

"Maaf, apa kita pernah kenal?"

"Aku salah satu anggota berandalan di sekolah. Apa kau tidak tahu?"

"Aku tak pernah melihatmu sebelumnya di antara anggota yang lainnya." Aurell memang kenal dengan semua anggota berandalan sekolah, secara dia ini udah kayak dokter pribadinya mereka.

"Aku baru balik dari masa penyembuhanku." Jawab pria itu sambil tersenyum.

Sedikit membuatnya tertarik, Aurell pun bertanya. "Sakit apa?"

"Habis kecelakaan."

"Wah, cukup parah? Sampai aku tak pernah melihat kamu di sini."

"Nanggung juga sih, tahun terakhir sekolah juga."

"Maaf tadi lupa pake kak ngomongnya."

"Ah gak papa kok. Salahku juga tadi belom memperkenalkan diri."

"Sekarang perkenalan aja gimana?" Usul Aurell.

"Ide bagus. Aku Jeno, kelas 12. Salah satu anggota berandalan sekolah." Pria yang bernama Jeno itu menyodorkan tangannya ke arah Aurell dengan tersenyum dan disambut juga oleh tangan Aurell.

"Aurell. Kelas 11 dan mulai dari kelas 11 juga jadi dokter pribadinya anak berandalan di sekolah."

"Kalo habis tawuran kamu yang ngobatin?"

"Karena selalu tawuran di saat aku lagi piket di UKS. Gak tau kebetulan atau emang disengaja."

"Kamu gak takut gitu sama anak berandalan?"

[On Hold] 0° & 180° | Kim DonghanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang