3

138 29 4
                                    

"Gak papa nih?"

"Dia gak bakal nerkam ini kok." Aurell berusaha meyakinkan Alya.

Jadi, si Donghan ini gak mau ditinggal sama Aurell dan si Alya lagi butuh bantuan Aurell buat ngajarin trigonometri. Keputusan pun akhirnya dibuat, Aurell tetep ngejagain Donghan di UKS sekaligus ngajarin Alya di tempat yang sama juga.

"Maaf kak jika mengganggu..." Ijin Alya pada Donghan. Donghan hanya membalasnya dengan senyuman.

"Tuh, gak kan?"

"Ho'oh, gua sendiri heran. Kok jadi jinak sih rel? Lu kasih pelet paan?" Bisik Alya ke Aurell.

"Lu mau diajarin trigonometri atau gak?"

"Mau. Hehehehe"

Aurell pun mulai ngajarin trigonometri ke Alya di jam istirahat pertama yang seharusnya dia pake untuk makan cemilan buat mengganjal rasa laparnya sebelum istirahat makan siang.

"Rel, kakak tidur dulu."

"Gak makan dulu kak?" Tanya Aurell.

"Nanti siang aja, bangunin ya dek." Setelah tersenyum, Donghan membalikkan tubuhnya ke arah lain dan langsung tidur.

"Lel, gila kak Donghan kayak orang lain."

"Dia emang gitu kok."

"Wataknya njir, beda kek biasa. Kalo lagi jalan doang di lorong, yang lain pada minggir semua."

"Berlebihan banget ih. Dia tuh yang paling bonyok kalo di tawuran."

"AUREㅡ"

"SSTTT!!! Jan teriak bang!"

Taedong langsung nutup mulutnya yang gatau diri itu. Salah satu kebiasaan kakaknya Aurell itu, gebrak pintu terus pake teriak.

"Gua bawain somay dek buat lu ama Donghan."

"Kak Donghan nya tidur. Katanya dia makan nanti siang aja." Balas Aurell.

"Yaudah, ini buat lu ama temen lu."

"Gak usah kak, saya udah makan." Tolak Alya. Dia udah makan memang, tapi sekarang makin takut karena ketemu sama ketua berandalan sekolahnya itu.

"Yaudah, disimpen aja barang kali kalo kelaperan gitu." Taedong menaruh bungkus plastik di atas meja yang sedang mereka pakai untuk belajar.

"Tumben nyadar jadi kakak, bang."

"Btw, itu 10 ribu yang tadi. Gua gak ada utang ama lu lagi ya."

"Sialan."

Taedong keluar dari UKS dengan tertawa puas. Seakan-akan bangga dengan sikapnya itu.

"Abang lu?" Alya mengerjapkan matanya berkali-kali.

"Kenapa?" Aurell meyakinkan.

"Mau takjub sama lu yang dikerumunin orang macam mereka dan lu nya santai aja."

"Mereka cuma muka doang serem, aslinya mah kayak anak paud."

"AURELL!!!~~~"

"Bang! Jan teriak!"

Kebiasaan abang satunya lagi, Sanggyun, juga sama kayak Taedong. Sanggyun ini sebenernya sepupu dari Taedong dan Aurell. Karena mereka sekarang tinggal bareng dan memang Sanggyun itu lebih tua dari Aurell, akhirnya dia juga manggil Sanggyun kayak dia manggil Taedong.

"Yah, Donghan nya tidur??" Sanggyun agak sedikit kecewa. "Padahal udah jauh-jauh dari ke kelas eh malah tidur orangnya." Ucapnya sambil cemberut.

"Orang sakit ya wajar dong bang, kan butuh istirahat."

"Btw, lu lagi ngapain rel?" Sanggyun menghampiri Aurell yang tengah mengajari trigonometri ke Alya.

"Ngajarin trigonometri bang."

"Duh amit-amit dah. Untung gua masuk ke bahasa, bukan ipa atau ips."

Walaupun Sanggyun termasuk tipe anak macam Donghan, Taedong, dan lainnya, jangan ragukan kemampuan sastranya. Dia sudah meraih penghargaan membuat puisi, cerita, bahkan sempat dimintai suatu grup band untuk membuatkan lirik lagu.

Makanya kepsek juga santai aja sama murid bandel kayak dia, asal bawa penghargaan buat sekolah. Anak berandalan yang lain juga semuanya malah anak-anak yang berprestasi macam sepupu Aurell ini.

Deretan piala yang dipajang di lemari piala sekolah? 85-90% punya mereka.

Heran? Yang buat ff ini juga heran kok. //plakk

"Jadi bang, selain nengok kak Donghan lu mau ngapain?" Tanya Aurell.

"Ah! Lu yang namanya Alya bukan?" Jari telunjuknya menunjuk ke arah Alya yang duduk berhadapan dengan Aurell.

"Iya kak, kenapa ya?"

"Gak kenapa-napa. Tapi tadi Woojin nitip ini buat lu." Sanggyun menyodorkan sebuah amplop putih ke Alya.

"Buat aku?"

"Di situ ada nama buat lu dek. Eh, gua balik ke kelas ya? Takut bu Jerman mengamuk lagi hehehehe." Setelah itu Sanggyun langsung keluar dari UKS.

"Lu ada paan ama kak Woojin lay?" Aurell langsung menatap Alya secara menyelidik.

"Hng... Gak ada apa-apa sih..."

"Ampe ngirim surat segala lho."

"Gua ama dia cuma chattingan biasa."

Aurell masih menatap Alya secara intens. Soalnya dia merasa ada yang disembunyikan dari dirinya.

"2 hari yang lalu gua ngebahas soal film maze runner yang baru sama dia. Ya... Mungkin ini tiketnya? Tapi gak juga lah, ya kali."

"Coba dibuka dulu aja isinya apa."

Alya pun membuka isi amplop putih tadi. Ternyata benar, isinya merupakan tiket bioskop film maze runner yang baru dan secarik kertas ada di belakang tiket tersebut. Isinya, "Mau kan? Hari Sabtu kujemput jam 10 ya. Cuma berdua kok. Maaf kalo gak berani nyampein secara langsung, malu banget soalnya hehehe. -pwj". Alya ingin berteriak tapi teringat ada Donghan yang sedang beristirahat.

"Ada yang mau jadian nih kayaknya." Aurell tersenyum licik ke arah temannya itu.

"Apaan sih, nanti lanjut lagi ya trigonometri nya pas istirahat kedua." Setelah membereskan buku, Alya pun pamit dari UKS dan menuju balik ke kelasnya.

"Woojin cepet banget ngegasnya." Donghan yang bangun tiba-tiba membuat Aurell terkejut.

"Kalo bangun bilang kak, jangan nyamber kayak gitu. Serem."

"Mau digas juga gak kamu dek?"

Menghiraukan pertanyaan Donghan, Aurell malah bertanya balik. "Kak, ada somay dari kak Taedong. Mau gak?"

"Dijawab dulu dong deeek, jangan dibiarin gitu. Kasian pertanyaan kakak gak salah apa-apa."

"Iya iyaaa, kalo gak mau digas?"

"Tetep ku gas. Hehehe, mau somay nya dong dek." Aurell pun menyodorkan sebungkus somay ke Donghan yang di atas kasur itu.

"Habis makan nanti suhunya ku cek ya kak."

"Ngecek perkembangan hubungan kita aja gimana?"

"Kalo kayak gini suhunya naik lagi nih."

"Iiih jangan gitu dong deeek, jadi sakit hati nih kakak."

"Sakit hati? Liver dong kak? Mau dioperasi aja atau gimana kak?"

"Aurell iiih :("










Yang kek gini tuh ucul :)
Hehehehehehehe

Suka? Vote dan comment dong :)

[On Hold] 0° & 180° | Kim DonghanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang