Cinta Permen Karet

1.5K 120 18
                                    

"Woy, Arthit!!!" Siang itu, sepulang dari latian karate, tiba-tiba aja Phana, temen seperguruan gue, manggil gue dari pintu depan. Gue sedikit mendengus sebal. Gue mengambil botol minuman di tas gue tanpa minat sambil berjalan males ke arah dia.

"Apaan?" Tanya gue ketika gue udah di hadapan Phana.

"Nih!" Ujar Phana sambil memberikan sebungkus plastik hitam ke gue.

"Apaan nih?" Tanya gue penasaran.

"Brownies."

"Brownies? Ya elah Pha, kan lo tau gue nggak suka brownies."

"Yee... shorty! Ini bukan buat lo! Ge er aja lo!"

"Yeee.. Biasa aja dong. Pake ngledek segala lagi lo dasar dokter pe'a! Ya udah terus ni brownies buat siapa?"

"Itu buat kakak lo. Dia kan suka banget tuh ama brownies."

"Jadi lo bawa brownies ini buat P'Yo?"

"Iya..."

"Terus lo nyuruh gue gitu, buat ngasih ini ke dia?"

"Betul!"

"Nih!" Gue menyerahkan balik bungkusan itu ke tangan Phana. Lo kasih aja sendiri ama P'Yo! Gue nggak berminat jadi kurir lo! Udah! Minggir! Gue mau pulang!" Gue mendorong tubuh Phana ke samping.

"Eehh..Arthit... Tunggu!!! Hey!!" Phana menahan langkah gue.

"Apalagi sih?" Gue mulai kesel.

"Tolong kasihin dong... Gue kan malu kalo ngasih langsung.. Pleaseee... Tolongin guee.."

"Eh, lo itu beneran naksir ya ama kakak gue?"

"Ng... Hehehe..." Phana cuma cengar-cengir sambil garuk-garuk kepala.

"Aahh... Basi lo! Lagian lo jadi cowok pengecut banget sih! Ngapain lo capek-capek ikut karate kalo ngadepin kakak gue yang kaya cewek itu aja lo K.O sebelum berperang! Buang aja ke laut ban item lo itu! Udah ah! Gue nggak ada waktu ngladenin lo! Minggir! Gue mau pulang!"

"Ya oke. Oke, kalo lo nggak mau nolongin gue ngasih brownies ini ke kakak lo nggak papa. Tapi setidaknya, lo bantu gue deket sama Yo. Gue mohon sama lo, tolong bantu gue deketin kakak lo. Oke?"

"Apa?"

"Gue bener-bener suka sama kakak lo, Arthit! Lo harapan gue satu-satunya... Please.."

"Geez... Just forget it! Okay? Minggir, gue mau pulang!"

"Oon, please doonng... Lo bantu gue. Please..." Phana meremas pergelangan tangan gue kuat-kuat.

"Gue bilang gue nggak mau! Lepasin tangan gue! Gue mau pulang!"

"Nggak! Gue nggak akan lepasin sebelum lo mau nolongin gue."

"Gue bilang gue nggak mau!!! Lepasin Pha, sakit nih tangan gue!"

"Nggakk sebelum lo bilang iya!"

"Pha, tangan gue sakiitt..."

"Woy!!!" Tiba-tiba, suara seorang cowok terdengar dari belakang kita. "C'mon, stop it! Dia bilang kan dia nggak mau!" Ujarnya sambil menghampiri kami. "Lepasin dia." Lanjutnya lagi. Phana pun akhirnya ngelepasin tangan gue.

"Siapa lo? Ngapain lo ikut campur? Pake otot segala lagi. Gue tuh nggak lagi nyakitin Arthit." ujar Phana membela diri.

Cowok itu tersenyum sinis. "Pertama, nama gue Kongpob. Kedua, gue ikut campur karena masalah ini menyangkut hidup gue, Arthit." Ucapnya pede, yang membuat Phana tersenyum meledek. "Ketiga, lo bilang lo nggak nyakitin Arthit? Hah, bastard! Lo liat itu!" Kongpob menunjuk pergelangan tangan gue yang memerah. "Apa pantes cowok sejati ngelakuin hal itu? Ha? Oh, atau jangan-jangan... Lo banci?"

Arthit&Kongpob (Random Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang