The Sacrifice

1.1K 75 16
                                    

Warning : Angst

*

*

*

"Aku menang.. aku menang.. aku menaaaanngg... Hahahaha..." Phana berjalan sempoyongan sambil bernyanyi seperti orang gila. Kongpob, sahabat baiknya yang berjalan di sampingnya menuntunnya pulang dengan wajah cemberut.

"Pha! Jangan brisik!!! Ini udah malem!" Ucap Kongpob kesal sambil terus menuntun sahabatnya yang sedang mabuk berat itu.

"Kong... Lo tau... Gue menaaaaang! Gue dapet duit 500 ribu... Hahaha..." ucap Phana.

"Menang sih menang! Tapi ngabisin 12 botol alkohol, itu namanya lo gila!! Lomba minum alkohol! Konyol!" Gerutu Kongpob.

"Hooooeeeekkk.. Hoooeekk.." Phana pun akhirnya muntah di tengah jalan.

"Ya ampun, nih bocah nyusahin banget sih! Aaahhh.... Dosa apa gue?" keluh Kongpob. Namun hal itu tidak juga menyurutkan rasa kesetiakawanannya. Dengan perlahan, dia urut tengkuk leher Phana, agar Phana bisa memuntahkan semua alkohol di tubuhnya.

"Hiduplo gini banget sih Pha, ckckck..." Kongpob hanya bisa menggelengkan kepala.

Seperti itulah malam mereka berlalu. Phana dan Kongpob adalah sahabat baik. Mereka sama-sama berasal dari keluarga yang cukup berantakan, sehingga akhirnya mereka memilih untuk hidup sendiri, terpisah dari keluarganya. Kongpob adalah seorang anak dari boss mavia dan rentenir yang terkenal di kotanya. Ibunya sendiri meninggal ketika melahirkannya. Dan karena tidak tahan dengan perbuatan ayahnya yang sering menyakiti membunuh orang seenaknya, Kongpob akhirnya kabur dari rumah.

Sedangkan Phana adalah seorang anak dari pengusaha kaya raya. Setelah orang tuanya berpisah 9 tahun lalu, Phana sempat tinggal dengan ayahnya. Ibunya sendiri berada di luar kota untuk mengikuti suami barunya yang tinggal disana. Sejak awal, ibunya memang tidak mau menerima Phana sebagai anaknya, karena Phana adalah anak dari hasil hubungannya dengan pria yang sebenarnya tidak pernah ia cintai. Phana kabur meninggalkan rumah ketika tau ayahnya menjadi seorang koruptor dan bandar narkoba, dan sekarang di penjara seumur hidup.

Phana dan Kongpob tinggal dalam satu kontrakan kecil yang murah. Mereka hanya menjadi seorang pengamen jalanan yang bercita-cita untuk masuk dapur rekaman dan memiliki hidup yang sukses. Namun, di sela-sela kehidupan mereka yang cukup menyulitkan itu, mereka tetap saling mendukung dan saling membantu satu sama lain.

***

Siang itu, mereka mulai mengamen di stasiun kereta. Dengan wajah mereka yang cukup tampan sebagai pengamen, tidak jarang ada yang memberi mereka uang berlebih sambil sesekali memuji wajah mereka, ataupun memuji musik yang mereka mainkan. Phana dan Kongpob terus berjalan dari sudut ke sudut stasiun kereta tersebut. Kongpob memainkan gitar kesayangannya dan Phana bernyanyi dengan suara indahnya. Hari mulai gelap. Setelah lelah mengamen, mereka beristirahat sejenak di sebuah tempat duduk sambil menghitung penghasilan mereka hari ini.

"Tooloooonngggg copeeettt!!! Tolooong copeeettt!!!" tiba-tiba, mereka berdua di kejutkan dengan teriakan seorang pria yang berteriak minta tolong.

"Pha, ada yang kecopetan tuh! Tolongin, tolongin!" Ujar Kongpob sambil berlari kencang.

"Eh, eh, Kong!! Tungguin!!!" Teriak Phana sambil mengejar Kongpob.

Kongpob dan Phana terus berusaha mengejar copet berbaju hitam yang berlari kencang itu.

"Woy tunggu woy!!!!" Teriak Kongpob sambil mengacung-acungkan gitarnya. "Woy tunggu gue bilang!!! Berhenti lo!!!" Teriaknya lagi.

"Kong, tunggu Kong.. Gue udah gak kuat..." Teriak Phana. Akhirnya Phana pun berhenti berlari sambil tersengal-sengal. "Hahh... hahh... capek... Lari terus Kong!!! Lari terus!!" Teriak Phana lagi memberi semangat kepada kawan baiknya.

Arthit&Kongpob (Random Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang