Hari mulai larut tapi keadaan di dalam villa justru semakin ramai dengan riuh tawa.
Semakin malam, acara yang diadakan oleh keluarga besar Mas Damar semakin seru. Sekarang mereka sedang memainkan games tebak gaya.
Aku ketawa ngakak banget waktu Diana praktekin gaya meliuk-liuk di lantai dan Juna menebak kalau yang sedang dipraktekan oleh Diana adalah sebuah gerakan 'striptease', padahal jawaban yang benar adalah 'belut'. Jauh banget kan?
Para orang tua yang memiliki anak dibawah umur langsung menutup kuping anak mereka, begitupun dengan Mas Damar yang menutup telinga Aidan dengan kedua telapak tangannya. Ia sudah sampai geleng-geleng kepala mendengar jawaban adik iparnya itu. Sekarang aku percaya kalau Mas Damar tahu singkatan 'jagung' dari si Juna. Emang beneran ngawur si Juna itu.
"KAMU MAH YANG BENER AJA AH DIMANA KAMU NONTON STRIPTEASE KAYAK GITUU??!" Diana langsung ngamuk pada suaminya itu sedangkan Juna cuma bisa menggaruk kepala sambil minta maaf.
Roy—sepupu Mas Damar— yang bertugas sebagai MC langsung memisahkan pasangan suami istri itu dengan menyuruh mereka kembali duduk. "Urusan rumah tangga diselesain di rumah masing-masing ya jangan di villa orang," candanya.
Aku masih mengusap perutku yang sedikit sakit karena kebanyakan ketawa barusan. Bayangin aja dari lima kata yang diberikan, tidak ada satupun jawaban Juna yang mendekati jawaban sesungguhnya.
"Ayo sekarang Mas Damar dong." Aku bertepuk tangan sewaktu Mas Damar dipanggil oleh Roy untuk ikutan main. Pingin lihat aku kalau Mas Damar yang main kayak gimana.
"Sama siapa ya? Sama Maydina kali ya? Ayoo dong sini maju ke tengah!" Tepukan tanganku langsung berhenti karena shock. Ini serius? Kok aku kena juga? Ini bukan lagi acara 'Kena Deh!' kan?
Diana dengan sukarela langsung menarikku dan Mas Damar ke tengah. Sementara Juna mengambil alih Aidan dari Mas Damar. Aku dan Mas Damar berpandangan dengan kikuk. Ya ampun gimana ini?!
"Siapa yang mau peragain?" tanya Roy dan aku serta Mas Damar refleks saling tunjuk.
"Oh gini aja, tadi kan yang peragain gayanya cewek, sekarang cowok ya. Oke Mas Damar, let's start!"
Aku sedikit mengembuskan napas lega karena bukan aku yang harus bergaya aneh-aneh.
Kata pertama sudah diberikan pada Mas Damar dan ia langsung memperagakannya dengan berjongkok kemudian melompat. Apa sih? Oh! "Kodok?" tanyaku dan ia mengangguk. Jawabanku benar, tapi belum selesai sampai disitu. Mas Damar kemudian menaruh satu tangannya di dada sementara tangan yang satu laginya melambai-lambai. Apa sih dia sok kayak bangsawan aja. Eh tunggu, tadi kodok terus sekarang kayak bangsawan... berarti jawabannya itu "Pangeran kodok?"
"Betul!" Roy kemudian langsung memberikan kata kedua.
Mas Damar memperagakan seolah ia sedang menggendong bayi dan menimang-nimangnya. "Hmm... anak? buah hati?" jawabku ragu-ragu.
"Betul! Lanjuut!"
Aku tertawa. Gak nyangka jawabannya benar. Sorak sorai semakin ramai dan aku juga mulai menikmati permainan ini.
Kata ketiga sudah diberikan dan Mas Damar menirukan gerakan trik menampar yang sering dipraktekan di acara komedi yaitu dengan satu tangan ke depan sementara tangan yang lainnya menepuk paha untuk memberikan efek suara tamparan.
Aku mengerutkan dahiki bingung. "Srimulat?" tanyaku dan ia menggeleng.
Apa ya? Oh i know! "Bertepuk sebelah tangan?"
"BETUULL!!"
Aku dan Mas Damar berhigh five. Kami mulai sama-sama enjoy. Ini sih mudah, kok tadi Juna ngejawabnya ngaco-ngaco semua ya? Atau Diana yang peragainnya terlalu erotis? Entahlah.
Kata keempat sudah diberikan. Mas Damar kemudian memperagakannya dengan menunjuk Aidan, lalu dengan gerakan tangannya membuat bentuk setengah lingkaran. Berkali-kali ia melakukan itu. Apa deh? "Anak busur?" tanyaku dan Mas Damar menggeleng.
Anak busur bukan, kalau gitu berarti... "Anak panah?" Sayangnya salah lagi. Aduh apa ya?
"Oh! Anak kemarin?" jawabku random.
"BETUUL!! Wah, wah, kali ini pinter-pinter ya gak kayak yang sebelumnya," canda Roy sambil melirik Juna dan Diana sementara yang dilirik ketawa-ketawa seolah bukan mereka yang dimaksud.
Aku dan Mas Damar kembali berhigh five. Kayaknya makin kesini kata-katanya makin susah ditebak nih.
Selanjutnya adalah kata terakhir setelah empat kata sebelumnya berhasil kami jawab. Begitu mendapat kata yang harus ia peragakan, Mas Damar hanya diam. Aku mengerutkan dahi bingung karena Mas Damar nampak mematung. Oh atau jangan-jangan maksudnya memang patung?
"Patung? Stupa? Arca?" tebakku. Roy tertawa sementara Mas Damar menggeleng. Aish, apa dong jawabannya?
"Beku?" tebakku lagi.
"Bukan, May. Ini belum diperagain sama Mas Damar," kata Roy. Oh Mas Damar diem beneran toh, kirain udah mulai ngasih clue hehehe.
Setelah beberapa detik hanya melihat ke arahku tanpa melakukan apapun, Mas Damar kemudian menggerakkan tangannya ke depan dan jari telunjuknya menunjukku. Aku menatapnya bingung. Maksudnya apa?
"Cewek? Wanita? Perempuan?" tebakku dan ia menggeleng.
"Kamu?" Mas Damar menggeleng lagi.
"Aku? Saya?" Mas Damar tetap menggeleng juga.
"Jari?" Masih salah juga karena Mas Damar terus menggeleng.
Apa ya? Kok kayaknya kata terakhir ini susah banget. Petunjuknya dia nunjuk ke arah aku. "Apaan sih, Mas?" tanyaku yang sudah frustasi. I really have no idea.
"Give me another hint," pintaku namun Mas Damar malah terlihat kebingungan dengan menggaruk-garuk tengkuknya. Apa kata terakhir ini sesusah itu untuk diperagakan?
"Teet! Waktunya habis!" ucap Roy. Ia kemudian memberitahu kata terakhir yang tadi tidak bisa kujawab. Dan sungguh, aku sama sekali tidak menyangkanya.
"Jawabannya adalah 'cantik'! Sayang sekali ya tidak ketebak. Tapi Mas Damar dan Maydina unggul dengan empat point! Silahkan kembali ke tempatnya. Ada yang mau coba mengungguli rekor Mas Damar dan Maydina?"
Aku tidak lagi memperhatikan siapa yang selanjutnya bermain. Aku masih bingung kenapa Mas Damar tadi tidak bergaya sok sok kemayu saja untuk memeragakan kata 'cantik'? Kalau dia melakukan itu kan aku pasti bisa menjawabnya. Kenapa dia malah menunjukku?
Sebenarnya terserah dia sih mau memberikan clue seperti apa, tapi kalau begini kan bikin aku jadi salah tingkah sekarang. Apa yang dia lakukan tadi sama aja secara gak langsung dia mengatakan aku cantik di hadapan banyak orang. Di hadapan keluarga besarnya? Apa sih yang dia pikirkan sebenarnya?
Aku meliriknya, dan pandangan kami bertemu. Secara refleks kami sama-sama buang muka. Aku merasakan ada panas yang menjalar di kedua pipiku saat ini. Ya Tuhan kumohon jangan perasaan aneh ini lagi. Rasanya sama seperti waktu Mas Damar menahanku saat aku bertengkar dengannya karena masalah uang.
"Ehm, Mas, udah malam. Aku bawa Aidan ke kamar ya?" pamitku. Daripada aku disini terus tapi gak tahu lagi harus ngapain mendingan aku tidur cantik aja.
Mas Damar hanya mengangguk kemudian membiarkanku menggendong Aidan ke kamar.
"May!" panggilnya kemudian saat aku sudah sampai pintu aula. Ia bangkit dari posisi duduknya kemudian menghampiriku.
"Kenapa, Mas?" tanyaku.
Mas Damar hanya menggeleng sambil tersenyum. Kedua tangannya menepuk-nepuk kepalaku dan Aidan. "Selamat tidur," katanya kemudian kembali lagi masuk ke aula.
Gosh, please... what's wrong with him?!
***
To be continue
===========================
Huaaa aku kalau jadi May sih udah lambaikan tangan ke kamera. Gakuaaaat!!!
Ini bonus buat kalian readers setia yang aktif dan selalu support ceritaku🙏😘Semangat nungguin aku update lagi ya, jangan bosen-bosen juga wkwkwk.
Much love,
Asty K
![](https://img.wattpad.com/cover/131041669-288-k465491.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
QUANDARY [Tersedia Di Bookstore & PlayStore]
Romansa[Telah diterbitkan oleh Namina Books. Tersedia di Gramedia & PlayStore] Link Playstore: https://play.google.com/store/books/details?id=ssDEDwAAQBAJ Kontak toko buku online: Shopee: penerbitnaminabooks Quandary Highest Rank: #1 in Chicklit on: 16/02...