Chapter 5 - Bidak

38 1 3
                                    

Ilda terus terusan bertarung diberbagai tempat dalam satu malam. Dia tidak hanya melawan presiden tapi jajarannya. Tidak mudah mengalahkan satu bidak walaupun itu pion. Terkadang dia menyusahkan karena kemampuan berlipat ganda atau berubah menjadi objek dan bisa saja itu elemen.

Ilda menghelah nafasnya dalam pertarungan melawan bidak keempat. Tampaknya dia mulai kelelahan sementara bidak itu baru saja memulai pertarungan. Serangan demi serangan terus dilancarkan dan tidak membiarkan Ilda beristirahat sejenak. Jika dia tau kalau saat mengalahkan pion lain akan keluar secepat ini.

"Padahal aku baru memulainya tapi aku akan mengakhirinya..." Dia mulai menciptakan beberapa lingkaran sihir didepannya. "Energi terisi... Siap untuk menembak..." Dia menahan dan menargetkan ke Ilda. "Tembak !"
"Dasar... kau pikir aku akan kalah dengan ini ?" Ilda muncul di samping orang itu kemudian menebas badannya dengan sabitnya. "Ugh... Dinding mana ya... Balasan yang cukup bagus, tapi tidak cukup bagus kalau..."

Ilda melafalkan mantra kemudian muncul sebuah lingkaran sihir empat tingkat sebanyak lima buah. "Akan aku tunjukan meriam sesungguhnya. Tembak !" Ledakan yang sangat besar mengenai target. Ilda terduduk sejenak sementara lawannya masih berdiri. Lawannya mengarahkan tongkatnya tapi tiba-tiba dia tertidur. "Menghabiskan manamu untuk perisai aneh itu. Cukup bagus bukan..."

"Yah, sepertinya kita harus istirahat" Presiden mulai muncul. "Kau tampak kacau sekali" Presiden turun kemudian berjalan ke arah Ilda. Ilda seperti melafalkan mantra kemudian menghilang. "Sungguh menarik, padahal aku ingin membuatmu istirahat"

Tiba-tiba muncul beberapa peluru mana dari atas menyerang Presiden. Tetapi serangannya tidak berhasil mengenai bahkan tidak ada goresan sedikitpun. Peluru mana muncul lagi hingga empat kali berturut-turut.

"Apa ini ? kau kehabisan kekuatanmu ?" Ilda keluar kemudian mengarahkan sabitnya kearah Presiden. "Kau akan lenyap..." Muncul lingkaran sihir dibawah Presiden. "A...apa ini... ? Tubuhku tidak bisa bergerak" Ilda tertawa kemudian dia membuat lingkaran sihir diatas presiden.

"Kekuatan... ini... Bagaimana bisa..." Presiden kemudian terlelap. Ilda turun kemudian kembali kebentuk semula. "Bagus kau menidurkan lawanmu daripada membunuhnya. Tidak sia-sia yang aku ajarkan"

Ilda tiba-tiba terduduk. Nafasnya sedikit sesak kemudian dia menghadap tanah. Tubuhnya bergetar. Presiden dan Lina saling menatap. Mereka mendekat dan Lina mencoba menenangkannya. Ilda berhenti bergetar, nafasnya kembali lancar. Lina berbisik ke Presiden.

"Jadi begitu, ada yang memantrainya dengan sihir pembalik waktu. Kemungkinan dia menggunakan untuk dirinya sendiri" Presiden mengangkatnya. "Tapi, sihirnya belum matang dan lemah. Sedangkan Ilda memiliki sihir kuat yang bisa terkontrol. Sihir waktu walaupun lemah dilihat tapi sangat berpengaruh kepada objeknya. Terlebih makhluk hidup. Oleh karena itu, mereka bisa berumur pendek atau bisa hidup sangat lama"

Udara pagi yang menyejukkan masuk ke kamar. Cahaya mentari perlahan membangunkan Ilda. Dia bisa melihat dengan samar sebuah kamar perawatan. Dia melihat tangannya kemudian tertidur lagi.

Kepala sekolah masuk kemudian diiringi Yun dan Lina. Ilda membuka matanya kemudian kepala sekolah menggenggam telapak tangannya. Tenaganya mulai pulih sejenak. Dia hanya terus menggenggam tangan siswanya terus dan diam sementara Yun menanyakan sesuatu ke Ilda.

"Aku sudah menyiapkan bidak yang kau inginkan. Silahkan kau lihat orang-orang yang akan menjadi pasukanmu" Ilda melihat kemudian matanya bersinar berwarna lautan. Dia membaca karakter dari peserta kemarin.
"Apa ada sesuatu yang menjadi kendala ?"
"Maaf, kenapa rajaku tidak ada ?"

Yun dan Lina saling menatap. "Seperti yang kau lihat. Calon rajamu kalah dalam pertarungan melawan dia" Lina menunjuk seseorang. "Garis takdirnya, kenapa dia bisa kalah dengan seseorang bahkan tidak pantas sekalipun menjadi bidak pion"
"Tenanglah..."
"Bagaimana aku bisa tenang sementara rajanya hilang..."

Magia : Returning The QueenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang