Bagian 2 - Pemberitahuan

38 2 2
                                    

Ilda duduk di sofa kemudian melihat-lihat sekeliling. Presiden mulai duduk dihadapannya. Seorang wanita datang kemudian meletakkan minuman diatas meja. Presiden memulai basa basi dan Ilda hanya mengangguk-angguk sesekali mengatakan 'wow' atau sejenisnya.

"Kita sudah banyak bicara, kita mulai ke intinya. Apa tujuanmu datang kesini ?" Tanya presiden kemudian Ilda hanya menunduk. Kemudian dia menatap presiden.
"Aku ingin menjadi penyihir yang hebat !"
"Begitu, mimpimu sepertinya sesuai dengan ukuranmu dan sikapmu yang seperti anak-anak" Suasana mulai hening. "Aku sudah melihat kekuatanmu dan aku sangat terkejut. Aku kira tidak ada yang bisa seperti Nona Retta"
"Nona Retta ?"

"Aku akan menceritakan sedikit saja. Tapi mungkin kau mengerti walaupun sifatmu seperti anak kecil" Presiden meletakkan gelasnya kemudian meanatap tajam Ilda. "Kau anak yang berbakat" Ilda kemudian berdiri kemudian berbisik ke wanita tadi dan dia mengangguk. "Sepertinya kau memang anak kecil"

"Aku tidak tertarik dengan tawaranmu, presiden. Aku hanya ingin menunjukkan sedikit kemampuanku yang mereka anggap lemah. Itu sangat menyakitkan, kau tahu" Ilda kemudian duduk dan wanita itu berbisik dan Ilda membahas dengan bisikan. Kemudian wanita dan Ilda tersenyum membuat presiden sedikit canggung. Wanita itu meletakkan beberapa kue dan minuman lagi. Tampaknya kekuasaan sudah berpindah kepada Ilda. "Jika sekolah ini menginginkanku bahkan lebih seharusnya kalian lebih cepat menyadarinya. Kenapa sampai orang-orang terluka. Itu tidak baik, bukan begitu. Presiden Yun ?"

"Tapi aku akan menerima apapun posisinya di angkatanku. Yang jelas, diriku yang lain sudah memberi tahu bahwa dialah bidak raja. Kau hanya melihat dia itu lemah, karena dia hanya menginginkan pertarungan sampai disana. Tidak akan ingin masuk kelas yang kau inginkan. Atau begini saja, aku akan lakukan keinginanmu dengan syarat. Aku memilih orang-orangnya" Kata Ilda kemudian dia memakan kuenya dan kembali ke sifat anak-anaknya.

"Itu cukup mengejutkan, tapi sayangnya kau tidak akan mengalami yang namanya hidup. Tubuhmu akan terasa seperti di neraka..."
"Tapi aku sudah mengalaminya, bahkan lebih parah. Kau ingin melihat bekas lukaku ?" Presiden hanya terdiam. Kemudian Ilda melepaskan bajunya. Tiba-tiba wanita itu datang dan berbisik. "Ehm, baiklah, sepertinya kau mengalami gangguan akan hal itu. Tapi sebagai imbalan kau boleh" Tiba-tiba wajahnya berubah seperti memelas layak seorang perempuan.
"Ehem, k...kita kembali ke topik dan jangan bergurau"
"Ah kau tidak seru.... kak" Nada terakhir keluar dari mulut Ilda membuat wajah presiden memerah. "Kau seharusnya hidup sebagai pria normal, memalukan" Ilda kemudian menepukkan tangannya dan presiden tersadar.

"Wow, kau hebat juga. Padahal, hanya bayanganku tapi kau cepat mengalahkannya" Presiden muncul dibelakang Ilda kemudian menepuk kedua pundaknya. "Aku lebih ganas dari yang tadi, bahkan kau tidak bisa berhenti"

"Aaah, kau benar-benar seseorang yang mengerikan, bahkan kepada laki-laki sekalipun. Benar deh kalau rumornya. Presiden sekolah ini sulit ditaklukkan bahkan hanya bayangannya. Yah terserah kalau kau mau menggunakanku" Kata Ilda kemudian memakai bajunya lagi.

Presiden tersenyum lebar kemudian mengajak Ilda ke ruangan pimpinan. Selama di jalan mereka hanya diam, sesekali Ilda berhenti untuk sesuatu karena tertarik. Mulai dari lukisan, vas, karpet, atau melihat keluar jendela. Presiden seperti menjadi pelayan pribadi Ilda yang terus mengingatkannya.

Mereka berhenti didepan pintu yang sangat kuno. Presiden mencoba membuka pintu dan terbuka. "Aku membawa anaknya pimpinan" Kata presiden kemudian dia pergi meninggalkan mereka berdua. Ilda melihat seorang wanita tua sedang menuang teh kemudian mempersilahkan duduk. Suasana hening sejenak membuat agak canggung.

"Aku melihat pertarunganmu dan itu cukup hebat. Bisakah aku melihat telapak tanganmu ?" Ilda mengulurkan tangannya ke pimpinan. Pimpinan mulai membaca sesekali mengucapkan beberapa kata kuno kemudian melihat mata Ilda. "Kau sangat berbakat, kenapa kau ingin bersekolah disini ?" Ilda hanya diam kemudian berdiri.
"Kenapa orang-orang menanyakan hal itu... kenapa orang-orang terlalu tertarik dengan kekuatanku ? padahal mereka bisa melampauiku" Tiba-tiba pimpinan berdiri dan menepuk kepala Ilda dan mulai berbisik. "Makanya kau ada diruangan ini"
"Eh... ? t..tunggu..."
"Kau terlalu muda dan memiliki hati yang besar. Hanya saja, orang-orang menganggapmu aneh karena kau pernah terluka beberapa waktu lalu. Dan untuk sebuah tujuan tertentu itu tidak masalah untuk kami. Tapi kau akan aku beri tanggung jawab" Pimpinan kemudian duduk dan meminum minumannya. Dia meletakkan gelas dan mulai menghirup nafas panjang. "Ini akan sangat sulit tapi aku yakin kau bisa. Kau hanya menyatukan orang-orang yang berbeda sifat dan mengasah kemampuannya sehingga kau bisa melakukan tugasmu selanjutnya"

Magia : Returning The QueenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang