9

63 1 0
                                    

Halooo, maaf ya mungkin ada yang nungguin cerita ini ngga update-update karena kesibukan pribadi saya :') dan akhirnya saya memutuskan buat update lagi.

Happy reading :)

.

Ini sudah hari ketiga Dea dirawat di rumah sakit, rasa bosan sudah menyerangnya sejak kemarin. Dia pikir kenapa harus dirawat? Padahal ia hanya mengalami luka di kepala. Sumpah, ia ingin pulang saat ini juga! Badannya terasa kaku karena tidak bangun sama sekali sejak ia dibawa ke rumah sakit. Saat sadar pun, Indi melarangnya untuk duduk, takut kepalanya semakin sakit.

"Ma, kapan aku bisa pulang?" Dea tidak henti-hentinya menanyakan ini sejak kemarin.

"Nanti kalau kepala kamu udah gak sakit." Jawaban Indi selalu sama.

"Ini udah ngga sakit kok, pulang ya, Ma. Aku bosen!"

"Nanti mama tanya dokter ya." Indi menghela nafas panjang.

"Sekarang, Maaa." Rengek Dea manja.

Indi keluar dari ruang inap Dea, mungkin mau menemui dokter. Dea baru merasakan tidak enaknya berada di rumah sakit saat makanannya habis. Sekarang ia menyesal sudah meminta Davin untuk membawa coklatnya pulang.

Ruang rawatnya sepi, hanya ada suara dari televisi yang sedang menyiarkan acara promosi sebuah produk rumah tangga buatan Korea. Dea tak peduli dengan acara itu, yang ia inginkan sekarang hanya pulang ke rumahnya.

Indi membuka pintu dan masuk ke ruang rawat putriya. Dea lihat mimik wajah Indi biasa saja, bahkan cenderung datar. Apa dokter tidak memperbolehkannya pulang? Ah jika itu benar terjadi, bunuh saja Dea disini.

"Gimana, Ma?" tanya Dea penasaran.

"Nanti siang dokter mau ke sini buat meriksa kamu. Kalau keadaan kamu sudah baik, sorenya kamu boleh pulang."

"Beneran? Horeeeyyy!" pekik Dea kegirangan.

"Sekarang kamu makan siang terus obatnya jangan lupa, dua jam lagi dokter kesini. Setelah infus kamu habis, baru kamu boleh pulang."

"Siap, Bu bos!"

Dea menuruti kata-kata mamanya, sebenarnya ia tidak suka dengan obat yang diberikan dokter. Menurutnya, pembuat obat itu curang. Kenapa obat anak-anak rasanya manis tapi obat orang dewasa rasanya sangat pahit? Apalagi obat yang harus ia minum ada banyak jenis, ukurannya besar-besar, dan rasanya tidak ada yang enak.

Sekarang sudah jam dua belas siang, berarti dokter akan kemari pukul dua. Dea lihat cairan infusnya juga tinggal seperempat, ia jadi tidak sabar ingin infus itu cepat habis, lalu segera pulang ke rumahnya.

>>><<<

Sekarang sudah jam dua siang, Dea sudah tidak sabar menunggu kedatangan dokter untuk memeriksanya. Pintu ruang rawatnya terbuka dan seorang dokter berjalan masuk dengan pakaian khas dan stetoskop yang menggantung di lehernya.

Dokter Heri memeriksa Dea dengan teliti, mulai dari mata, detak jantung, dan juga luka di kepalanya.

"Obatnya sudah dimakan?" dokter itu memeriksa cairan infus Dea.

"Sudah dok, baru aja."

"Baguslah, keadaan kamu sudah jauh lebih baik. Kita tunggu saja sampai infusnya habis, setelah itu baru kamu boleh pulang."

"Beneran dok? Asiiikkk!!!" Ujar Dea girang.

"Tapi perbannya harus diganti secara teratur ya."

"Iya dok,"

"Kalau begitu, saya tinggal ya. Nanti biar suster yang mengurus kepulangan kamu."

"Makasi dokter."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 16, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Love and LiesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang