Adakah yang nungguin kabar tentang kondisi Dea?? Check this out!
Don't forget to leave your voment :)Aku mendengar suara isakan di sekitarku, siapa yang menangis? Aku membuka mata perlahan dan melihat ke sekelilingku. Cat putih dan bau khas obat-obatan mendominasi ruangan yang aku tempati saat ini. Apa aku di rumah sakit?
"Mama?" panggilku dengan suara serak. Mama yang mendengar panggilanku langsung berlari mengampiriku.
"Dea sudah sadar, Nak? Kenapa hobi buat mama khawatir?" aku melihat mata mama yang sudah sembab
"Aku kenapa, Ma?"
"Lo kecelakaan dan pingsan dua hari. Mobil gue rusak gara-gara lo!" Ujar bang Davin tajam.
Aku mencoba mengingat lagi kejadian yang aku alami kemarin, aku sedang belajar mengendarai mobil, ada mobil di depanku, aku salah menginjak gas, dan mobil yang aku kendarai menabrak pohon. Setelah itu aku tidak tahu apa-apa lagi, termasuk siapa yang membawaku kemari.
"Yang bawa aku kesini siapa?"
"Papa sama Davin." jawab Mama masih terisak.
Aku memegangi keningku yang tertutup perban, "Pusing, Ma."
"Iya mama tahu, itu pasti karena luka di kepala kamu. Lagian kamu belum bisa naik motor malah coba-coba naik mobil. Mama hampir pingsan pas denger kamu kecelakaan!"
"Maafin Dea, janji gak bakal ngulangin lagi kok."
"Awas kalau bohong!" timpal Bang Davin.
"Bang Davin ngapain disini?" tanyaku tajam.
"Heh?! Syukur gue bawa ke rumah sakit, udah ngerusak mobil gue juga!"
"Bodo, pokoknya aku masih kesel sama Abang!"
"Sudah-sudah! Dea baru sadar malah langsung ngajak berantem, Davin juga dari kemarin ngomel terus kayak ibu-ibu."
"Abis dia ngeselin, Ma!" kataku dan Bang Davin bersamaan.
Aku memalingkan wajahku ke arah lain, malas melihat Bang Davin. Bukannya sembuh, bisa-bisa aku semakin sakit.
"Permisi," ujar seseorang membuka pintu.
"Arfan? Sini masuk!" suruh Mama.
"Pagi Tante, Dea sudah sadar?"
"Iya, baru aja. Dey, ada Arfan tuh."
Mama membiarkan Kak Arfan duduk di kursi yang tadinya ditempati Mama, sedangkan Mama sendiri mengajak Bang Davin keluar. Baguslah kalau dia pergi.
"Halo?" panggil Kak Arfan.
"Eh? Hai Kak." Ujarku kikuk.
"Gimana keadaan kamu?" tanyanya.
"Masih sakit di kepala, nyut-nyutan gitu."
"Belajar nyetir itu gak bisa sendirian, jadinya begini kan. Kenapa gak minta ajarin sama Davin?"
"Bang Davin gak mau ngajarin. Katanya kalau belum bisa naik motor ya jangan belajar naik mobil."
"Kenapa gak bilang sama aku? Mau aku ajarin gak? Tapi nanti kalau kamu udah sembuh total."
"Nggak ah, gak lagi-lagi belajar nyetir. Takut,"
"Haha lagian aneh-aneh sih. Oh iya, aku bawain kamu brownis nih. Anggep aja pengganti brownis gagal buatan Davin kemarin." Ucap Kak Arfan mengambil bungkusan yang ia bawa.
"Kok tau kalau Bang Davin bikin brownis gagal?"
"Kemarin dia curhat sama aku. Katanya gara-gara brownisnya gagal, kamu malah minta ajarin naik mobil."
KAMU SEDANG MEMBACA
Love and Lies
عاطفيةKayla Deanisa, Arfandy Mahendra, dan Raditya Abrega. Tiga orang yang hidup saling berkaitan. Alur kehidupan Dea hanya terpusat pada dua hal, bahagia dan terpuruk. Siapakah di antara Arfan dan Rega yang lebih sering membuatnya bahagia atau bahkan ter...