|07|

1.9K 455 157
                                    

"Dibawah langit kelabu dan bulan menangis,aku menutup mataku bahkan bunga-bunga yang bermekaran dengan indahnya.... Suatu saat akan layu juga..."

Salsa yang sedang memilih makanan di ranjang kantin itu dibuat terkejut karena kehadiran seorang cowok di sampingnya. Kali ini berbeda, cowok itu menarik Salsa keluar kantin lalu membawanya ke belakang lab Biologi yang terbilang cukup sepi di sana.

"Sal," panggil Bimas sambil melepas eretan tangannya.

"Ish! Kenapa main tarik aja sih?! Sakit tau!" bentak Salsa menampilkan wajah merahnya.

Bimas menahan tawa akan tingkah lucu yang di tampilkan cewek di hadapannya, justru perbuatan nya itu tambah memancing amarah Salsa. Tapi kenapa ia tidak dapat marah secara langsung? Wajah lelaki di hadapannya kali ini membuatnya malah semakin ingin bersikap manis.

"Ke-kenapa ketawa?! Nggak lucu tau!" ujar Salsa masih dengan dramanya.

"Emang gue nggak boleh ketawa? Orang lo lucu kok," balas Bimas mencoba memasang wajah datar.

"Apa dia bilang?! Lucu?! Gue lucu? Iya? Gue nggak salah denger, kan? Huwaaa!!! Lo jangan bikin gue tambah susah move on gini dong!" ujar Salsa dalam benak hatinya.

Bimas yang melihat Salsa termenung dengan wajah yang meranya itu pun langsung bertanya padanya, "loh? Kok diem?"

"Mau ngomong apa?! Sampai nyeret gue kesini?" tanya Salsa ketus.

"Tadi malam lo langsung tutup teleponnya sepihak tanpa balas ajakan gue," katanya terang-terangan.

"Tanpa balasan? Eh! Gue udah jawab tuh, lo nya aja yang budek!" Salsa mengerutkan dahinya, sudah jelas kalau semalam dia membalas ajakan dari Bimas.

"Sejak kapan? Kok gue nggak denger? Coba di ulang di sini," ucap Bimas menaikan satu alisnya.

"Gue bilang ke lo 'nggak!' pake tanda seru!" ujar Salsa melotot kan matanya.

"Salsa mau nggak gantiin Nala jadi pengurus piket besok?" tanya Bimas dengan tingkah imutnya.

Apa ini?! Yang di lakukan Bimas membuat Salsa berpikir berulang kali menolak ajakannya, jika saja ia sudah mempunyai pengganti dari cowok ini, mungkin saja dapat dengan mudah dia melupakannya, tapi nyatanya? Cukuplah sulit baginya mencari seorang lelaki yang dapat ia kencani.

"Iya-iya." Salsa dengan kepolosan nya itu pun menerima ajakan dari Bimas, toh dengan ini dia bisa seharian menghabiskan waktu dengan cowok pujaan hati nya.

"Yang bener? Yey!"

"Bocah banget, tabiatnya nggak berubah dari dulu. Cih! Bimas, lo harus tanggung jawab! Gue makin cinta sama lo!"

•••

Sudah hampir lima belas menit Arkan dan Ardian saling pandang satu sama lain, entah apa yang ingin Arkan bicarakan pada Ardian. Ia kira akan menjadi obrolan yang serius, tetapi nyatanya, hanya buang-buang waktu saja.

"Ardian," ujar Arkan masih menatap tajam ke arah cowok di hadapannya.

"Ehm?"

"Dia nyariin sesuatu nggak sih? Kayak resah gitu barang berharga nya hilang," tanya Arkan mengelus dagunya.

"Hah? Lo nyru barang punya dia?"

"Nggak, err~. Bagus deh, oh saat lo liat gue sama Abila ngobrol bareng itu. Lo nggak penasaran gue ngapain?" katanya lagi tertawa pelan.

ARKAN [ SUDAH TERBIT ] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang