chapter 4

146 4 0
                                    

.
'Normal POV'
Sinar mentari mulai masuk melalui celah-celah jendela
Membuat seseorang yang tidur di sana menggeliat.

"Hoaammm"

Alana pun menguap dan meregangkan otot-otot tangan nya,ia melirik jam Becker yang ada terletak di meja di samping ranjangnya.

"Sudah jam stengah 7"ucpa nya malas malasan

Ia pun turun dari ranjang,mengambil handuk dan kemudian langsung memulai ritual mandi nya.

Ia keluar dari kamar mandi dengan balutan handuk yang melilit sebagian tubuhnya,ia melihat pantulan dirinya di cermin,matanya sangat sembab krena terus terusan menangis.

"Gimana klw Devano ngeliat mata gua sembab?apa gua gak usah skolah dulu ya?.

ia berfikir sejenak kemudian mencari handphone nya,ia mencari kontak jino ketua kelasnya dan mengatakan bahwa ia sedang sakit dan tidak bisa kesekolah sekarang.
Benar!Alana berbohong,tapi daripada ia harus bertemu dengan Devano dengan mata yang seperti ini,lebih baik ia berbohong.

Di kelas jino mendapat Line dari Alana,ia membacanya dan mengangguk pertanda mengerti.

"Pagi anak-anak"sapa pak Burhan ramah.

"Pagiiiii pak"ucap para murid serentak.

Devano melihat kursi Alana kosong.

"Dimana dia?"gumamnya pelan.

"Pak!!"ucap Jino sambil mengangkat tangannya.

"Iya,apa jino?"jawab pak Burhan ramah.

"Aca gak masuk pak, katanya dia lagi sakit!"jelas jino pada pak Burhan.

"Yaudah!bapak ngerti!"lanjut pak Burhan.

'sakit?'pikir Devano dalam hati,setahunya Alana tidak gampang sakit, menurutnya Alana itu kuat,Devano pun mulai gelisah,ia takut akan terjadi apa2 pada Alana,ia ingin segera pulang.

Bel pulang pun berbunyi,Devano langsung pergi menuju parkiran dan langsung berlalu mengendarai moge nya dengan kecepatan sedang.

Ia berhenti di depan rumah bertingkat berwarna hijau muda.
Tanpa ba bi bu ia langsung memasuki rumah tersebut,dari raut wajahnya terlihat jelas bahwa ia sangat menghawatirkan sahabat manis nya itu,ia langsung berlari ke lantai dua,dan berhenti di depan kamar Alana.

"Ca!!"
Ia langsung memasuki kamar Alana sambil meneriaki nama sahabat nya itu.

"Devano?"ia sangat kaget melihat Devano yang tiba2 ada di kamarnya.

"Lu sakit?"
Devano mendekati Alana yang sedang bersandar di kepala ranjang dengan sebuah novel di tangan nya.

"Guee..."Alana langsung menyembunyikan wajah nya dengan menutupi wajahnya dengan novel yang tengah ia baca tadi,Alana tidak sekolah karena takut menemui Devano dengan mata sembabnya,tapi sebaliknya Devano malah datang kerumahnya.

"Lo kenapa?"
Devano duduk di tepi ranjang Alana,merasa pertanyaan nya tidak mendapat jawaban,Devano menarik novel yang menutupi wajah Alana, tetapi gagal! Karena Alana menyingkirkan tangan Devano sebelum Devano menarik novelnya.

"Lo kenapa si ca?"
Devano mulai geram dengan tingkah Alana,sepulang sekolah ia langsung ke rumah Alana tapi Alana tidak memberi sambutan hangat padanya.

"Gue gak papa,lo pulang aja!"
Ungkapa alana di balik novel nya.

"Ck,yaudh gue pergi!"
Devano kesal,sangat kesal terhadap Alana,Devano menghawatirkan Alana,tapi Alana malah mengusirnya?, sebenarnya Alana bukan maksud mengusir,tapi ia tak ingin Devano melihat matanya yang sembab,apalagi karena menangisinya.

"Huffttt!hampir saja!"
Alana lega karena Devano sudah peegi,ia memang masih kecewa karena Devano menolaknya,tapi ia tidak akan pernah bisa membenci Devano,krena Alana sangat menyayangi nya,ia akan tetap berusaha untuk membuat Devano bertekuk lutut padanya.

'Devano POV'

"Dasarrrrrrrrr"
Gue mengemudi dengan kecepatan tinggi,gue kesel Alana bersikap kayak gitu ke gue,dia bahkan gk ngucapin terimakasih karena udh ngeliat dia,yang gue dapetin apa?,gue di USIR....
Kurang jelas?U-S-I-R...

"Tau kayak gini,mending gue gak usah liat lo ca!!!!!"
Gue marah,gue kesel,gue kecewa
Dan itu untuk Ter akhir kalinya!
.
TBC
.
.
.

Maab telat up😭
Author lupa huwaaaaaaaa😿
Lain kali author usahain gak telat lagi....

Thank's for reading

always love youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang