Berita itu?!

4.5K 195 5
                                    


-

Author POV

Hari ini adalah hari anniversary bhakti dan dita yang ke 3 tahun. Tepat 3 tahun yang lalu, mereka mengikat hubungan. Dan ya, 3 tahun yang mereka rasakan adalah kebersamaan. Meskipun dibatasi oleh tembok lemdik, mereka yakin, kalau mereka dapat memecah tembok itu suatu hari nanti.

Bertepatan dengan itu, pangkat bhakti pun naik, dari yang tingkat 2 menjadi tingkat 3. Oleh sebab itu, bhakti sering ke luar kota untuk studi lanjut. Dan bhakti pun jarang memegang handphone untuk memgabari dita karena kesibukan dan waktu yang terbatas.

Dita juga bisa memaklumi keadaan bhakti. Toh bhakti seperti ini karena cita citanya.

Dita POV

Anniversary yang ke -3 tanpa bhakti. Yah, kali ini bhakti sedang berada di klaten untuk melanjutkan studinya. Aku bahkan dapat menghubunginya hanya 2 minggu sekali. Tapi tidak apa-apalah.

Drrrttt.. drrrtttt.. drrrttt..

Hapeku bergetar, dan yups, bhakti.

"Hallo, assalamualaikum sayang?"

"Iya, waalaikumsalam, aku kangen sama kamu yang,"

Tumben langsung ngomong kangen.

"Yakan udah telfon, adaa apa sih?"

"Aku mau test terjun dari ketinggian, doain aku selamat mendarat ya sayang?"

Firasatku menjadi tidak enak. Kenapa ini?

"Iyaa sayang, aku doain kamu selamat, trus tes nya sukses, cepet balik ya? Aku juga kangen sama kamuu,"

"Iyaa aku bakal balik,"

Aku tersenyum lega, mendengarnya.

"... dengan atau tanpa nyawa" lanjutnya.

Hatiku lemas seketika.

"Sayang, kamu ngaco ya? Gausah aneh aneh deh"

"Bener sayang, aku ini abdi negara, aku harus siap gagal dimedan perang atau medan latihan. Bahkan kalo aku besok gagal saat tes terjun, inshaallah aku siap menghadap sang kuasa sayang,"

"Tuhkan ngomongnya kemana-mana,"

"Denger ya sayang, kalo terjadi apa - apa sama aku, aku harap, kamu iklhasin aku ya? Lupain aku, cari pengganti yang baru. Aku mau, kamu bahagia."

"Sayanggg ih, jangan ngomong gitu, aku takut,"

"Kapanpun dan dimanapun kamu harus siap atas takdir allah sayang. Yaudah aku mau sholat, doain yang terbaik buat aku, assalammualaikum sayang. love you"

"Iya sayang, waalaikumsalam. love you too"

Tut.. tut.. tut.. terdengar nada sambung putus dari hape. Kenapa perasaanku tidak enak begini ya?

Buru buru kurapal shalawat dan doa untuk keselamatan abang dalam tes terjun besok. Mengambil air wudhu dan sholat.

Bhakti POV

Apa yang terjadi kepadaku besok? Entah mengapa aku sebegitu tenang menghadapinya. Bukan seperti teman teman angkatanku yang merasa gugup atau ketakutan.

Ku raih dan ku tekan ponselku, mencari nama dita dan menelfonnya

"Hallo, assalamualaikum sayang?"

"Iya, waalaikumsalam, aku kangen sama kamu yang,"

entah mengapa aku sangat merindukannya.

"Yakan udah telfon, adaa apa sih?"

"Aku mau test terjun dari ketinggian, doain aku selamat mendarat ya sayang?"

"Iyaa sayang, aku doain kamu selamat, trus tes nya sukses, cepet balik ya? Aku juga kangen sama kamuu,"

Terdengar suara dita yang sedang khawatir.

"Iyaa aku bakal balik,"

Aku potong kalimatku.

"... dengan atau tanpa nyawa" lanjutku

"Sayang, kamu ngaco ya? Gausah aneh aneh deh"

Dia mulai khawatir.

"Bener sayang, aku ini abdi negara, aku harus siap gagal dimedan perang atau medan latihan. Bahkan kalo aku besok gagal saat tes terjun, inshaallah aku siap menghadap sang kuasa sayang,"

"Tuhkan ngomongnya kemana-mana,"

Terdengar suara dita yang menahan tangis karena perkataanku barusan.

"Denger ya sayang, kalo terjadi apa - apa sama aku, aku harap, kamu iklhasin aku ya? Lupain aku, cari pengganti yang baru. Aku mau, kamu bahagia."

"Sayanggg ih, jangan ngomong gitu, aku takut,"

"Kapanpun dan dimanapun kamu harus siap atas takdir allah sayang. Yaudah aku mau sholat, doain yang terbaik buat aku, assalammualaikum sayang. love you"

"Iya sayang, waalaikumsalam. love you too"

Tut.. tut... tutt.. kumatikan ponselku, karena terdengar suara adzan dan aku pun pergi sholat

Author POV

Dita sehari semalam hanya memikirkan si bhakti yang akan tes terjun besok. Dia tidak dapat berpikir tenang dan jernih. Dia membayangkan apa yang bhakti katakan. Tak sadar, ia pun menangis tanpa suara. Ia sangat sayang dan cinta sama bhakti. Dia tidak ingin kehilangannya.

Mencintai Abdi NegaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang