Kecelakaan

4.8K 205 5
                                    

Author POV

Pagi ini, sebagian taruna tingkat 3 akademi angkatan udara menyiapkan diri, untuk tes terjun yang akan dilaksanakan pada pukul 8 pagi. Terlihat wajah tampan Bhakti yang begitu pucat, memandang sebuah kitab suci al-quran. Dia hanya pasrah dengan keadaan ini.

Bhakti POV

Aku merasa ajal ku semakin dekat, entah mengapa. Aku hanya ingin melihat wajah manis Dita. Hanya ingin berkumpul dengan keluarga besarku. Tapi mengapa?

Kuputuskan untuk menelpon Dita, untuk senantiasa mendoakanku dan berharap dia sudah melaksanakan sholat shubuh.

"Assalammualaikum, Dita?"

"Waalaikumsalam abang, kenapa?"

"Hari ini aku takut banget" ucapku sambil memegang sandaran kursi

"Bismillah abang, abang juga jangan lupa buat berdoa, minta keselamatan, disini Dita juga doain abang, biar abang selamat, trus cepet pulang. Dita udah kangen"

Nyesssss. Tak terasa satu bulir air mataku jatuh menetes dipipiku.

"Inshaallah, abang cepet pulang buat Dita, doain abang lancar ya?"

"Amiiiin sayang"

"Kamu udah sholat dit?"

"Udah kok, ga lupa buat doain kamu"

"Makasih, ya udah aku siap siap dulu ya? Assalamualaikum, take care sayang"

"Waalaikumsalam sayang"

Tuttt.. tuttt.. tutttt. Nada putus sambungan dari hape. Ya, aku akan bersiap-siap.

Author POV

Pukul 8 tepat, Bhakti dan teman temannya berkumpul dilapangan utama akademi angkatan udara. Penjelasan instruktur harus mereka dengar baik baik demi keselamatan mereka. Alat alat dan tata cara pemakaiannya, dijelaskan secara detail untuk safety first. Terlihat Bhakti antusias mendengarkan prosedur dari instruktur.

Dirumah, Dita mengkhawatirkan Bhakti. Bhakti yang akan berlatih di medan perang.

Satu persatu taruna karbol tingkat 3 memasuki helikopter yang sudah disiapkan. Bising dari baling-baling helikopter terdengar saling bersahut-sahutan. Berbarengan dengan sahut-sahutan shalawat yang Bhakti lantunkan didalam hati.

Dita POV

Bismillah, hari ini abang akan melakukan tes terjun. Hari ini entah mengapa aku malas sekali berangkat kesekolah, padahal hari ini adalah hari favorite ku, hari selasa. Tapi tidak apalah, toh hari ini aku ada urusan dengan kepala sekolah perkara ekstrakurikuler baru yang akan ku bentuk minggu depan.

Saat memasuki gerbang sekolah, keadaan sekolah yang super-duper macet ini aku malah merasakan kekhawatiran yang luar biasa, entahlah aku tidak tau.

Seperti biasa, memakrikan mobil di lapangan belakang sekolah, berjalan melalui koridor ruangan demi ruangan dan akhirnya sampai dikelas.

Bhakti POV

Satu persatu teman temanku terjun dengan prosedur yang benar dan sekarang ini giliranku, bismillah.

"Bhakti setelah saya hitung mundur harap kamu lompat. Tali yang biru ini untuk mengembangkan parasut, dan tali yang merah ini untuk mengembangkan parasut ketika tali biru ada masalah, kamu mengerti?!" Jelas instruktur.

"Randu! Komandan!"

"Oke saya hitung, 3, 2, 1, lompat!"

Aku pun lompat dari helikopter. Angin berhembus sangat kencang hari ini. Mendekati ketinggian 590 meter diatas permukaan tanah, aku hendak mengembangkan parasutku. Aku menarik tali biru, tapi tunggu dulu, mengapa parasutku belum mengembang? Ku tarik tali merah, sama saja, parasutku tetap tidak mau mengembang. Ya Tuhan! Aku hampir mendekati tanah dan parasutku tidak mau mengembang! Dipikiranku hanya terlintas rekanitaku Dita. Maafkan aku Sayang, aku tidak bisa menemanimu, sekali lagi maafkan aku.

Author POV

Brakkkkkk! Suara itu terdengar sangat keras. Tubuh Bhakti terjatuh tepat diatas pemukiman penduduk. Bahkan saking kerasanya rumah tersebut terlihat seperti terbelah menjadi dua. Baru saja Bhakti mendarat, parasut itu baru mengembang.

Bhakti merasakan sakit yang amat sangat diseluruh bagian tubuhnya. Terlihat dikepala bhakti mengucur darah segar yang cukup deras. Pakaiannya compang-camping. Keadaan rumah itu sedang sepi ditinggal pemiliknya berwisata. Bahkan dalam kondisi seperti itu, dipikiran Bhakti hanya terlintas bayangan Dita yang setia menunggu kedatangannya. Sampai akhirnya Bhakti menghembuskan nafas terakhirnya ditempat itu juga.

Selang beberapa saat kemudian, para warga dan pihak berwajib mengamankan keadaan sekitar lokasi kejadian. Para wartawan dan jurnalistik lainnya meliput kejadian itu. Pihak akademi pun datang setelah mengetahui berita itu dari pihak kepolisian. Hari ini Akademi Angkatan Udara tengah berduka, karena pulangnya Taruna Karbol terbaik mereka.

Dita POV

Hati ini sangat gelisah, entahlah. Makan dikantin pun tidak nafsu, membaca buku diperpustakan tidak bergairah. Entahlah.

Saat hendak kembali kekelas, ponsel disaku rok osis ku berdering. Itu Kak Nayla, teman rekanitaku. Dia menelponku? Karena apa?

"Hallo assalamualaikum, Kak Nayla, ada apa ya kok tumben telfon?"

"Dek bhakti dek, bhakti"

"Bhakti kenapa kak?!" Aku panik

"Bhakti kecelakaan dek, dia gagal mendarat, coba kamu cek berita itu ditelevisi"

Segera kumatikan ponselku dan berlari menuju ruang tata usaha. Disana sedang disiarkan tentang kecelakaan yang dialami Bhakti. Sempat ku lihat, proses evakuasi Bhakti.

"Bhaktiii!!!" Aku pun histeris dan jatuh pingsan.

Mencintai Abdi NegaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang