Chapter 2 : Diluar Dugaan

253 24 0
                                    

Saat tiba di kelas, aku melihat Rin yang sedang menikmati pemandangan di luar jendela. Hal ini mengingatkanku pada saat upacara penerimaan.

-FLASHBACK ON-

Sehari setelah upacara , aku berangkat lebih awal di hari kedua ini. Saat sampai di kelas, aku membuka jendela dan menghirup segarnya udara dipagi hari. Burung-burung yang bertengger di ranting pohon melantunkan nyanyiannya dengan merdu.

Satu persatu para siswa berdatangan dan menduduki tempat yang sesuai keinginan masing-masing. Akupun memilih tempat paling depan dekat jendela.

Angin yang berhembus membawa aroma segar dari bunga sakura yang sedang bermekaran, sambil menopang dagu di telapak tangan kiri, penglihatanku tidak teralihkan dari pemandangan ini.

WHUUSSSHH~

Seseorang berjalan melewatiku di iringi dengan aroma yang tak asing di hidungku.

DEG~ aroma yang sudah lama tidak ku hirup lagi!

DEG~ aroma yang kurindukan! Ya~ ini adalah wangi parfum yang paling aku suka.

Jantungku berdetak kencang saat aku melirik seorang gadis yang mendudukan dirinya di bangku belakangku, padahal ini adalah pagi yang indah, namun sepertinya tidak seindah pagi yang ia alami. Wajahnya yang ditekuk memandang keluar jendela dengan menopang dagunya.

'Gadis ini... Tidak mungkin!'

"Oh... Ohayou! Namaku Rin!" manik blue sky nya menatapku. Sepertinya ia menyadari kalau dari tadi aku memandanginya tanpa berkedip.
"O... Ohayou mo... Aku [Fullname]" aku melemparkan senyuman kepadanya
"Nama yang cantik" dan ia membalas senyumanku
"T-terimakasih..." untuk kedua kalinya ada orang yang memuji namaku, hingga aku tersipu.
Namun setelah itu, dia menyumpal headphone nya di telinga lalu menyetel musik dan kembali menatap kosong ke luar jendela dengan wajah yang ditekuk. Sepertinya ia tak ingin diganggu.

'Jutek sekali' gumamku.
.
.
.
.
.
TENG! TENG! TENG! TENG!

Dihari kedua ini hanya perkenalan saja, dan sekarang waktunya pulang. Karena aku belum mempunyai teman, jadi aku berjalan melewati lorong sekolah sendirian. Namun aku merasa ada yang ganjil, seperti ada yang mengikutiku. Saat ku tengok ke belakang, tidak ada siapa-siapa. Aku mempercepat langkahku, begitupun denganya. Aku berhenti dan mengambil napas panjang, tanpa berbalik ke belakang, aku menegurnya.

"Keluarlah... aku tahu kau bersembunyi di balik pilar itu!" ucapku, namun tak ada balasan dan entah mengapa atmosfirnya terasa mencekam.

SYUUUT~

Seseorang menikamku dari belakang dengan pisau yang hampir mengenai leherku.

"S-siapa kau!?" tanyaku dengan berteriak.
"Ssstt!! Jika kau berisik... pisau ini akan menggores kulit lehermu..." dia berbisik dan mengancam, keringat dingin meluncur dari pelipisku.

"Kau siswi kelas satu bukan?" lanjutnya.
"Ji... Jika itu benar... mengapa!?" karena aku dilanda ketakutan, jadi suara yang keluar dari mulutku cukup keras.

CSSST~

Ia benar-benar melakukannya, kulit leherku digores dan darah segar mengalir. Aku tidak bisa berteriak karena mulutku di sumpal oleh sebuah sapu tangan.

'Sakit! Ini aneh, mengapa orang sepertinya ada di lingkungan sekolah? Apa yang harus aku lakukan? Jika memberontak maka luka ku akan semakin besar. Apa tidak ada yang lewat? atau melihat hal ini?'

The Two PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang