4. Libur Pesantren

7K 323 12
                                    

Karna hal paling di sukai para Santri itu, Liburan Panjang.
Yang pernah nyantri alias alumni pesantren maupun yang sedang dalam status santri aktif pasti familiar dengan kata
L-I-B-U-R

◇◇☆◇◇


Dua bulan berlalu begitu saja. Tanpa terhitung dengan jelas. Tanpa terhenti sejenak.

Rencana demi rencana yang Rayyan susun bersama Ibnu juga Abinya sudah terangkum dengan matang. Tinggal bagaimana nanti dia akan melaksanakannya.

Hari itu, tepat pada tanggal 15 Sya'ban seluruh Santri Al-Kautsar liburan panjang. Dua bulan lebih mereka akan berada di rumah masing-masing. Berkumpul kembali bersama keluarga sebelum kembali bersiap menyambut tahun ajaran baru pesantren.

Semua santri terlihat senang. Terpancar jelas di wajah masing-masing takkala mereka menggendong tas berisi pakaian dan alat penting lainnya. Masih dengan pakaian khas santri, mereka berpamitan pada pengasuh. Tak ketinggalan Rayyan dan Ibnu.

Keduanya nampak kompak memakai sarung Lamiri biru dengan paduan baju koko putih. Tak lupa pula peci putih berlambang terompah nabi di puncak kepalanya.

Kedua pemuda tampan nan gagah itu sudah bersiap di kantor kunjung Ponpes. Menunggu Pak Abdullah menjemput mereka.

"Abi mana sih, Kak? Katanya 10 menit bakalan sampai. Ini udah lewat 15 menit kok belum keliatan juga."

Ibnu masih sibuk menggerutu sambil sesekali menatap jam tangannya.

"Kamu, ya. Baru juga liburan pertama. Udah nggak sabar pengen cepet pulang. Bentar lagi juga nyampe kok. Palingan juga masih kejebak macet." Ucapnya seraya mengacak kepala Ibnu.

"Aaaah Kakak. Rambut gantengku rusak nih. Gak tau apa bentar lagi bakal Ketemu Bidadari surga."

"Hah? Apa? Bidadari surga?"

Rayyan melongo. Adik tirinya itu sudah punya pacar? Atau tunangan? Atau pula gebetan? Berbagai pertanyaan memenuhi kepalanya.

Usia adik tirinya itu masih menginjak 18 tahun. Dia baru saja menamatkan SMA beberapa bulan lalu. Menurutnya masih terlalu dini dia memikirkan tentang kekasih. Masih banyak mimpi yang harus dia persembahkan pada orang tuanya.

"Heey... Kak. Kok bengong sih?" Ibnu mengibaskan tangannya di depan wajah Rayyan.

"Hah? Apa?"

"Yeeee.. Di tanya. Kok malah nanya balik."

Rayyan menggaruk kening yang tak gatal.

"Nggak papa. Kakak cuma heran aja. Kamu kan masih terlalu muda. Masih labil juga. Masa ia udah punya kekasih."

Ibnu tertawa mendengar penuturan Rayyan. Hal itu membuat Rayyan mengernyit heran.

"Kok ketawa? Ada yang lucu?"

"Kakak tuh. Emang siapa yang bilang Aku punya kekasih? Aku kan cuma bilang bidadari surga. Dan itu yang Aku maksud..--"

"Assalamualaikum mujahid Abi." Salam seseorang memotong percakapan keduanya.

Keduanya menoleh seraya menjawab salam. Dan begitu terkejut mendapati Pak Abdullah sudah berdiri di depan mereka.

Syauqillah (Terbit E-BOOK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang